} Riko Periko - Bambang Irwanto Ripto

Riko Periko

                                                      
                                                  Oleh Bambang Irwanto
     Riko kurcaci duduk di sebuah batu besar. Ia asyik memperhatikan peri-peri yang terbang di sekitar bunga-bunga berwarna-warni. Ada peri Ledi, Peri Asmira, Peri Keli, Peri Anggun, Peri Keshia, dan Peri Mawarni. Peri-peri itu sedang sibuk mengumpulkan nektar untuk dibuat sirup madu.
     Riko selalu berkhayal, ingin seperti peri-peri itu. Pasti menyenangkan sekali mempunyai sepasang sayap dan bisa terbang kesana-kemari, gumam Riko.
     Pagi itu Riko lewat di depan rumah Peri Ledi. Riko heran, karena rumah peri Ledi terlihat sepi. Ia segera mengintip melalui jendela. Tampak peri Ledi terbaring lemah di tempat tidur. Olala…ternyata Peri Ledi sakit. Riko segera masuk menjenguk Peri Ledi.
     Dengan sigap, Riko menjerang air. Setelah air mendidih, Riko membuatkan sup jamur dan segelas susu cokelat.
     “Terima kasih, Riko! Sekarang saya merasa baikan,” ucap peri ledi setelah menghabiskan semangkuk sup jamur.
     “Tapi kenapa Peri Ledi masih gelisah?” tanya Riko.
   “Iya, Riko, saya tidak bisa mengantar sirup madu untuk pelanggan. Saya khawatir mereka tidak bisa menikmati sirup madu hari ini,” keluh Peri Ledi.
     “Bolehkah saya mengantikan Peri Ledi mengantarkan sirup madu?”  tanya Riko.
     “Tentu saja boleh, Riko! Wah, terima kasih, ya! Peri Ledi  senang sekali Riko mau membantunya.
     Riko segera mengambil botol-botol sirup madu di lemari Peri Ledi. Tidak lupa Riko  mencatat nama-nama pelanggan.
     Syalala…syalili… sepanjang jalan Riko bernyanyi riang. Keranjang berisi sirup madu ikut bergoyang-goyang.
      “Lo, kenapa kamu yang mengantar madu, Riko? Mana Peri Ledi?” tanya Bu Rania.
     “Peri Ledi sedang sakit,” jawab Riko sambil memberi sebotol  sirup madu kepada Bu Rania.
     “Oh, syukurlah. Anak saya tidak kekurangan madu. Terima kasih Riko. Sampaikan salam saya untuk Peri Ledi. Semoga dia cepat sembuh,” kata Bu Rania.
     “Baik, Bu Rania, Riko tersenyum lalu bergegas mengantar sirup madu ke seluruh rumah pelanggan.
     Menjelang siang, Riko sudah selesai mengantar sirup madu. Riko segera menemui Peri Ledi.  Namun Peri Ledi sedang tidur dan Riko tidak mengusiknya. Akhirnya Riko meletakkan keranjang di depan rumah, lalu bergegas pulang.   
      “Coba aku mempunyai sayap, pasti pekerjaanku akan cepat selesai, gumam Riko sambil melangkah. Tiba-tiba Riko mendapat akal.
      Ia lalu  memetik ranting pohon. Kemudian Riko membuat sepasang kerangka dari ranting pohon itu. setelah jadi, ia memetik daun lebar lalu menempelnya pada kerangka. Setelah selesai, Riko memasang di kedua lengannya.      
      “Kini aku sudah punya sepasang sayap,” uacap Riko senang sambil mengepak-ngepakkan sayap barunya.
      Riko lalu naik ke atas pohon dan berjalan di ujung dahan. Riko akan mencoba sayap barunya. Wus.. Riko meloncat dari atas dahan sambil mengepak-ngepakkan sayapnya.
     Bruuk...Riko terjatuh dan sayapnya patah. Untung Riko tak apa-apa.
    “Riko kamu kenapa?” Lelo dan Melo kurcaci datang membantu.
    “Apa yang kamu lakukan tadi
, Riko?” Tanya Lelo.
     Riko bercerita pada Lelo dan Melo. Kurcaci kembar itu tertawa terbahak.
     “Riko, kamu tidak mungkin bisa menjadi seorang peri,” kata Melo.
    “Kenapa?” tanya Riko heran.
     “Peri itu harus suka menolong,” jawab Melo.
     “Aku suka menolong,” tukas Riko.
     “Peri itu harus perempuan dan cantik,” jawab Lelo.
     Benar juga, gumam Riko sedih. Melo dan Lelo lalu pamit pulang.
     Besoknya Riko pergi ke rumah Peri Ledi lagi. Ia ingin membantu peri Ledi mengantar sirop madu. Peri ledi menyambut gembira kedatangan Riko.
      “Peri Ledi sudah sembuh?”
      Peri Ledi mengangguk. “ Itu karena kemarin kamu membantuku, Riko. Saya bisa beristirahat dan minum obat. Kamu baik hati seperti seorang peri,” puji Peri Ledi.
      “Tapi aku bukan seorang peri,” jawab Riko tersipu malu.
     Ia lalu bercerita kepada Peri Ledi.
     “Riko menolong sesam
a itu tidak membedakan laki-laki atau perempuan. Yang penting mempunyai ikhlas berbagi,” Nasehat peri ledi. “Tetaplah menjadi diri sendiri, Riko dan tidak perlu memiliki sayap untuk membantu orang lain,” kata Peri Ledi lagi.
     Kini Riko tahu, untuk membantu orang lain, ia tidak perlu menjadi seorang peri dulu.
     “Tapi mulai sekarang, aku akan memanggilmu Riko periko. Apa kamu suka?” tanya Peri Ledi.
     “Ah, Riko suka dengan panggilan itu. Ya kini ia adalah Riko periko, kurcaci yang suka menolong walau tak mempunyai sayap.

             
                                               Dimuat di kumdong Pustaka Ola
                                                    September 2013     

                                                

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Riko Periko"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.