} Sepatu Istimewa Pak Ed - Bambang Irwanto Ripto

Sepatu Istimewa Pak Ed

          Hari sudah siang. Pak Ed bergegas menghabiskan sarapan. Setelah itu ia mengambil sepatu di rak sepatu.
“Oh tidak,” pekik Pak Ed saat mengenakan sepatu. Sepatu sebelah kirinya jebol lagi! Jempol kakinya sampai keluar. Padahal ia harus segera berangkat bekerja.
“Aduh, bagaimana ini?” keluh Pak Ed sambil mengerutkan dahi. Entah kenapa, selalu sepatu sebelah kirinya yang jebol duluan. Padahal sepatu sebelah kanan masih bagus. Terpaksa, Pak Ed sering membeli sepatu baru.
“Coba diperbaiki dulu,” usul Bu Bet, istri Pak Ed. “Sayang kalau kita selalu membuang sepatu kanan padahal masih bagus.”


Pak Ed mengangguk setuju. Dibungkusnya sepatunya, lalu dengan hanya memakai sandal, Pak Ed pergi ke rumah Pak Karlo, si tukang sepatu.
Di perjalanan, Pak Ed bertemu seorang kakek. Badannya kurus dan pakaiannya compang-camping.
“Bapak belum makan?” tanya Pak  Ed.
Kakek itu mengangguk.
“Saya tidak punya uang sepeser pun,” sahut sang kakek. Pak Ed merasa iba. Ia memberikan sebagian uangnya.
Pak Ed tiba di rumah Pak Karlo. Ia meminta Pak Karlo menjahit sepatu kirinya. Sepuluh menit kemudian pak Karlo telah selesai menjahit sepatu Pak Ed.
“Aduh, kok, sepatunya bertambah sempit, ya?” keluh Pak Ed saat mencoba sepatunya.
”Tentu saja, saat dijahit ukuran sepatu akan berkurang sedikit,” jelas Pak Karlo. “Kenapa kamu tidak membeli sepatu baru saja, daripada harus memaksakan memakai sepatu sempit?”
“Betul juga, tetapi…” Pak Ed meraba kantongnya. Sebagian uangnya, kan, sudah diberikan ke kakek tadi. Dengan terpaksa, Pak Ed memakai sepatu sempit. Kakinya terasa sakit dan kulit kakinya lecet.
Rodi, teman kerja Pak Ed, sempat menertawakannya.
“Salahmu sendiri, kenapa uangmu kau berikan kepada kakek pengemis. Sekarang, kamu susah sendiri, jalan terpincang-pincang!” tawa Pak Rodi.
Pak Edi hanya tersenyum.
“Membeli sepatu, ‘kan, bisa ditunda. Tapi kalau lapar, tidak bisa ditunda, ‘kan?” Dia sama sekali tidak menyesal memberikan uangnya pada kakek itu.
Sore tiba, Pak Ed telah selesai bekerja. Sebelum pulang, ia mengganti sepatunya yang kesempitan dengan sandal, lalu bergegas pulang ke rumah.
Dalam perjalanan pulang, dengan keheranan, Pak Ed melihat sebuah kereta kuda melintang di tengah jalan.
“Apa Tuan pemilik kereta kuda ini?” tanya Pak Ed pada seorang pria berpakaian bagus yang duduk tak jauh dari situ.
“Iya, Pak. Roda kereta saya tiba-tiba rusak. Saya bingung harus bagaimana,” kata seorang pria itu.
“Tak usah khawatir, rasanya saya bisa memperbaikinya.”
Dengan cekatan, Pak Ed memperbaiki roda kereta yang rusak. Sebentar saja, kereta kuda itu sudah bisa berjalan.
“Terima kasih, Pak. Kenalkan saya Ronal, saya perancang sepatu istana.”
Nama saya Ed. Senang berkenalan dengan Anda.”
“Kenapa Bapak tidak memakai sepatu? Bukankah hari sangat dingin?” tanya Pak Ronal.
Pak Ed menceritakan sekilas tentang sepatunya. Pak Ronal mendengarkan cerita Pak Ed dengan teliti. Setelah itu, mereka berpisah.
”Ke mana sepatumu?” tanya Bu Bet saat Pak Ed tiba di rumah dengan kaki sedingin es. Sekali lagi, Pak Ed bercerita tentang si kakek miskin.
”Ya tidak apa-apa. Saya senang kita masih bisa membantu orang lain. Samoga kita segera mendapat uang dan membeli sepatu baru,” kata Bu Bet.
Esoknya Pak Ed kembali bersiap-siap bekerja dengan sandalnya. Ia harus bersabar menunggu gajian dua minggu depan.
Tok…tok… tok… Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah Pak Ed. Pak segera membuka pintu.
“Pak Ronal?” Pak Ed terkejut.
“Saya membawakan hadiah untuk Bapak karena kemarin membantu saya,” ujar Pak Ronal sambil menyodorkan kotak terbungkus kain perak.
Pak Ed segera membuka kotak itu. Wow.. ternyata isinya sepasang sepatu kulit empuk berwarna biru gagah!
“Terima kasih, Pak Ronald. Saya senang dan sepatu ini sangat bagus. Sayang, pasti sepatu sebelah kirinya akan jebol duluan,” sesal Pak Ed karena sepatu itu betul-betul indah.
Pak Ronal tersenyum.
“Tidak usah khawatir. Sepatu ini sudah saya rancang khusus!”

Pak Ronal membuat ukuran sepatu kiri Pak Ed sedikit lebih besar daripada sepatu kanan. Ya, ternyata kaki kiri Pak Ed sedikit lebih besar daripada kaki kanannya! Makanya sepatu kiri Pak Ed selalu lebih dulu jebol.

Bambang Irwanto

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sepatu Istimewa Pak Ed"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.