} Saat Naskah Ditolak - Bambang Irwanto Ripto

Saat Naskah Ditolak

                                  


Aduh, naskahku ditolak lagi. Padahal sudah capek-capek menulis. Sudahlah, berhenti menulis saja.
Naskah ditolak, memang membuat kita kecewa. Itu pun yang saya rasakan saat naskah-naskah saya ditolak. Sudah capek-capek menulis, kok tidak dimuat atau diterbitkan juga. Akhirnya waktu itu memang sedikit malas menulis.
Tapi saya kembali pada niat saya menulis. Saya suka menulis, dan mencintai dunia menulis. Apalagi menulis itu merupakan proses. Jadi saya harus menjalani setiap proses menulis. Apalagi setiap proses ada nilai pembelajarannya, termasuk penolakan naskah.
Akhirnya, saya tidak perlu berlama-lama kecewa. Saya pun langsung menulis kembali. Semakin rajin menulis, akan semakin banyak tulisan yang kita hasilkan. Semakin banyak juga tulisan yang dikirim ke media. Akhirnya semakin banyak peluang.
Jadi saat naskah ditolak itu kerena dua hal. Pertama, naskah kita memang masih kurang menarik dan belum memenuhi kriteria penerbit atau media. Tentu saja, media tidak bisa memuat naskah kita, dan penerbit tidak bisa menerbitkan naskah kita.
Nah, untuk alasan pertama ini, maka saya akan membaca kembali naskah saya yang ditolak. Saya pelajari lagi kekurangan naskah saya. Dan memang, saat dibaca kembali, naskah saya memang belum menarik hehehe...
Saya pun kemudian mempelajari cerita-cerita ang dimuat di majalah itu, atau buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit itu. Ini sangat penting, karena dengan cara ini, saya bisa tahu, karakter media atau penerbit.
Setelah itu, saya tulis ulang cerita baru yang disukai dan sesuai dengan karakter media tau penerbit. Setelah selesai, tinggal kirim. Selanjutnya, saya akan menulis naskah baru lagi.
Alasan kedua adalah naskah saya sudah menarik (Ceritanya ini sudah pede, karena sudah sering menulis), tapi belum sesuai dengan kriteria media atau penerbit. Makanya naskah saya ditolak.
Misalnya, ada orang suka makan mie ayam. Saya malah kirimkan mie bakso. Walau sama-sama mie dan enak, tapi orang itu lebih suka makan mie ayam, daripada mie bakso. Bahkan, walaupun saya mengirimkan mie ayam, ternyata orang itu tidak suka. Soalnya racikannya beda. Orang itu suka mie ayam suwir ayam, saya kirimkan mie ayam pakai ceker. Jadi kembali, saya harus jeli melihat selera dan karakter media.
Untuk alasan kedua ini, maka naskah yang ditolak tadi, akan saya baca kembali. Dari baca ulang itu, biasanya saya akan tahu, kira-kira cocok untuk media atau penerbit mana. Makanya, kita jangan hanya mempelajari satu media atau satu penerbit saja. Kalau perlu semua. Jadi referensi kita kirim naskah semakin banyak.
Setelah menemukan media atau penerbit yang pas, maka naskah itu akan saya permak, lalu kirim ke media atau penerbit lain yang sesuai dengan naskah saya. Kalau selera dan karakter sudah cocok, Insya Allah peluang akan lebih besar.
Jadi sudah tahu kan, kenapa naskah kita ditolak. Intinya jangan sedih saat naskah ditolak. Tapi harus terus semangat. Karena apa yang kita kita tulis, tidak ada yang sia-sia. Semua akan menemukan jodohnya. Salam semangat menulis....

Bambang Irwanto

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Saat Naskah Ditolak"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.