Kemarin, hari kamis, 13
Oktober 2016, saya menonton film Wonderfu Life. Awalnya, saya tertarik menonton
film ini.karene melihat keseruan teman-teman yang ikut gala priemer film ini.
Apalagi habis nonton, langsung foto-foto dengan pemeran filmnya.
Makanya saya pun mencari info
pemutaran Wonderful Life di bioskop. Ternyata film ini diputar mulai 13 Oktober
2016. Dan Binggo.. Bioskop 21 di mall Kelapa Gading terrmasuk yang mulai
memutar kemarin . Saya pun sergera menyusun rencana. Selain dekat rumah saya,
kebetulan kemarin saya ada waktu lowong. Saya pun memilih pemutaran perdana
pukul 13.00 wib.
Pukul 12 kurang, saya sudah meluncur ke mall Kelapa Gading. Naik
motor saja. Biar kayak si Topan Anak Jalanan (Eh.. apa hubungannya hehehe...).
Pukul setengah 1 saya sudah tiba di bioskop 21 mal Kelapa Gading. Belum terlalu
ramai. Tapi saya memang sengaja.datang hari biasa. Menghindari kejaran fans
hahaha... Halah...gayane saya ini. Saya pun segera membeli tiket seharga 25
ribu.
Pukul 1 kurang, suara
Bu Maria Oentu sudah terdengar. Suara beliau sangat merdu dan lembut. Saat
keibuan. Pas sekali memang saat mengisi suara
tokoh ibu di sandiwara radio, Ibuku
Sayang Ibuku Malang.
Perhatian...
perhatian... pintu theater 1 telah dibuka. Bagi anda yang sudah memiliki tiket,
dipersilakan masuk.
Saya pun langsung masuk
dan duduk di kursi D5. Sebelum film Wonderful Life diputar, ada ekstra diputar
cuplikan film yang akan tayang selanjutnya. Ada beberapa film. Tapi yang saya
ingat, ada film Me vs Mami, Dear Love, juga Gelas-Gelas.kaca. kayaknya bakal
tayang bersamaan 20 Oktober 2016. Saya senang, karena film Indonesia terus
mengeliat.
Pukul 1 lewat dikit, film Wonderful Life pun diputar. Saya suka
sekali.opening film ini. Begitu mulai, langsung diiringi lagu. Sayang saya tidak tahu siapa
penyanyi. Tapi pas reffrein, dan suara cewek cowoknya berpadu, itu keren
sekali.
Awal film dimulai suasana
pagi hari dengan dering weker. Lalu ditampilkan Amelia dan anaknya Aqil bangun.
Lalu tampak Amelia buru-buru menyiapkan baju dalam kopor.
Awalnya saya heran, mau kemana mereka? Soalnya, tadi juga Amelia menyiapkan buku pelajaran Aqil. Tapi Aqil kok tidak pakai seragam sekolah.
Awalnya saya heran, mau kemana mereka? Soalnya, tadi juga Amelia menyiapkan buku pelajaran Aqil. Tapi Aqil kok tidak pakai seragam sekolah.
Rupanya Amelia akan mengajak Aqil
pergi berobat. Ternyata Aqil mengalami disleksia. Menurut wikipedia, disleksia
adalah sebuah gangguan dalam perkembangan baca-tulis yang umumnya terjadi pada
pada anak yang menginjak usia 7 hingga 8 tahun. Ditandai kesulitan belajar
membaca dengan lancar dan kesulitan memahami meskipun normal.
Di film ini, semua itu
tergambar jelas, saat Aqil menunggu di mobil, sementara Amelia sedang ke sebuah
makam. Saat Aqil berusaha mengerjakan tugas pelajaran bahasa Indonesia, Aqil kesulitan
mengeja. Ternyata Aqil melihat huruf itu seperti menari-nari, hingga tidak
tersusun kata yang benar.
Begitu juga saat Aqil
dihukum karena menggambar saat pelajaran berlangsung. Aqil disuruh Bu Guru
menulis kalimat. Aqil menulis terbalik-balik, dan hurufnya kadang tidak pas.
Akhirnya Aqil pun diejek oleh teman-temannya.
Setelah siap, maka berangkatlah
Amelia dan Aqil. Sempat terjadi perdebatan kecil Amelia dengan ayahnya yang
menentang Amelia mengajak Aqil pergi. Namun Amelia keukeuh.
Setelah ini, alur
cerita jadi mundur. Ditampilkan adegan bagaimana Aqil kesulitan menerima
pelajaran.disekolah. Bahkan mengerjakan tugas paling mudah Aqil tidak bisa.
Amelia pun dipanggil ke sekolah. Akhirnya Amelia memutuskan berobat alternatif
untuk Aqil.
Selain itu, ditampilkan
juga adegan Amelia di kantor bersama rekan-rekan kerjanya, termasuk Aga.
Bagaimana Amelia berada dalam situasi dilema. Antara meninggalkan pekerjaannya
sejenak, dan membawa Aqil berobat, atau terus mengejar tender produk yang
sedang berjalan, namun ia terus memikirkan nasib anaknya. Apalagi posisi Amelia
sebagai single parent.
Alur kembali maju. Di sinilah
perjalan Amelia dan Aqil kembali dilanjutkan. Amelia mendatangi berbagai
pengobatan sesuai daftar yang sudah Amelia susun. Mulai dari pengobatan ilmu
dalam, pengobatan helbal, sampai pengobatan ala dukun yang menggunakan ritual
aneh.
Namun semua itu tidak bisa
menyembuhkan penyakit Aqil. Walaupun Amelia tetap ngotot dan menganggap semua penyakit
itu ada obatnya. Di sela-sela perjalanan Amelia dan Aqil ini, diselipkan juga adegan
Amelia yang terus kontak dengan Aga, Bagaimana Aga terus mencecar Amelia dengan
pekerjaan kantor. Juga sesekali adegan
flashback, perdebatan Amelia dan Aga, sebelum Amelia memutuskan mengambil cuti
dan meninggalkan sejenak pekerjaannya. Juga ditampilkan sedikit tentang ayah si
Aqil.
Perjalanan yang panjang sudah
dilewati Amelia bersama Aqil. Sampai akhirnya Amelia sadar. Selama ini, ia
terlalu memaksakan kehendak pada Aqil. Karena obat untuk Aqil, sebenarnya
berasal dari Amelia sendiri. Dan adegan ini bikin saya meleleh hehehe...
Saya suka menontonnya. Adegannya
berwarna-warni. Mengaduk emosi saya. Cieee....
Saya girang saat penjaga warnet
tidak marah, saat Aqil menggambar dinding warnetnya. Ia malah menyuruh Aqil
lanjut menggambar, dan boleh memilih dinding warnet mana saja untuk digambari.
Saya ngakak saat adegan Amelia dan Aqil bertemu dua pemilik perahu yang
mengantar mereka menyeberangi sungai ke rumah datuk. Saya deg-degkan saat
Amelia dan Aqil dikejar si datuk. Ternasuk saat mereka dikejar pemilik warung,
saat tidak bisa membayar makanan, karena dompet Amelia hilang di pasar.
Hati saya terenyuh saat
adegan Didi Nini Towok yang berperan sebagai terapis herbal berkata, "Anak
Ibu tidak apa-apa. Setiap anak terlahir sempurna.”
Juga saat adegan Amelia dan Ibunyayang diperankan oleh Lidya Kandou. Ibunya berkata, “Kita perempuan, kita yang mengandung, kita yang melahirkan, jadi kita harus kuat."
Juga saat adegan Amelia dan Ibunyayang diperankan oleh Lidya Kandou. Ibunya berkata, “Kita perempuan, kita yang mengandung, kita yang melahirkan, jadi kita harus kuat."
Secara keseluruhan, film ini
sangat menarik. Sekali lagi, saya suka menontonnya. Akting para pemainnya juga
bagus. Atiqah Hasiholan sangat apik memerankan tokoh Amelia. Begitu juga dengan
Sinyo yang memerankan tokoh si Aqil. Pengambilannya gambarnya juga keren. Apalagi pas di shoot pemandangan alam sepanjang perjalanan Amelia dan Aqil.
Dari segi tema juga
menarik, karena masih jarang film Indonesia yang mengangkat tema disleksia.
Apalagi cerita di film ini berdasarkan buku yang ditulis oleh Amelia Prabowo
dari kisah nyatanya. Menyadarkan kita, bahwa anak-anak berkebutuhan khusus bukan berbeda, mereka hanya memerlukan perlakuan khusus saja.
Hanya sebagai penonton, saya
ingin memberi sedikit komentar dari kacamata saya (padahal saya tidak pakai
kacamata. Misalnya pada bagian Amelia mengunjungi.makam, itu awalnya kurang
jelas makam siapa? (Apa saya meleng ya?) Apakah makan ayahnya Aqil atau
kakaknya Amelia?
Begitu juga saat adegan
Aqil hilang di pasar. Saat Amelia berlari sambil teriak-teriak memanggil Aqil,
tiba-tiba Amelia sudah di dekat Aqil. Pasti lebih jelas kalau tetap ada adegan,
Amelia menghampiri kerumunan, lalu ia melihat Aqil sedang menggambar yang
dikerumuni banyak orang.
Lalu ada adegan yang melompat.
Saat Amelia kehilangan dompet, tapi Amelia dan Aqil bisa melanjutkan perjalanan, akhirnya, mereka sampai di rumah di Jakarta lagi.
Logikanya kan, mereka butuh uang juga selama perjalanan. Misalnya membeli bensin atau beli makan minum. Coba ditambah adegan lagi. Amelia.menjual jam tangannya, atau hapenya atau menggadaikan laptopnya.
Kemudian, menurut saya,
penampilan Amelia selama perjalanan selalu cantik. Bahkan kalau tidak salah
(maaf kalau saya salah), Atiqah itu masih pakai bulu mata palsu, walau masih
natural dan bukan bulu mata anti badai. Jadi bisa ditampilkan adegan Amelia
saat akan melanjutkan perjalanan atau dalam perjalanan berdandan dulu. Bisa
menggunakan produk Sariayu hehehe.
Menurut saya, film ini
sangat bisa dinikmati oleh orang dewasa usia mulai 22 tahun. Karena lebih
menyorot konflik yang dihadapi Amelia, yaitu konflik di kantor, konflik
anaknya, dan konflik dengan ayahnya. Apalagi kamera cerita memang ada pada
Amelia. Sepanjang cerita, Amelia selalu ada. Kecuali seningat saya di satu
adegan, yaitu saat adegan di kantor, Aga menerima telpon kalah tender itu.
Bila film ini ingin
lebih dinikmati oleh anak-anak. Maka konfliknya ada pada si Aqil. Jadi Bagaimana
Aqil yang disleksia mengahdapi teman-teman, lingkungannya, bagaimana
perasaannya saat diajak perjalanan mencari pengobatan, dan lainnya. Konflik
yang dialami Amelia, bisa penonton dapatkan dari sudut pandang Aqil. Misalnya
saat Amelia stress, Aqil bisa bertanya, “Umi kenapa?”
Kamera cerita pun
otomatis pindah ke Aqil. Misalnya saat Aqil dan Amelia mampir ke sebuah pasar
membeli minuman. Nah, Aqil yang turun dari mobil. Lalu ia berjalan menyusuri
pasar, menemukan kertas kosong, lalu mengeluarkan spidol yang kebetulan ada di
saku celananya, lalu mulai menggambar, dikerumuni orang yang takjub dengan
gambar Aqil, sampai akhirnya Amelia datang.
Sebagai penutup, film
ini tetap keren. Saya acungin jempol untuk Mas Agus Makkie, juga para
produsernya Angga Dwimas Sasongko, Rio dewanto & Handoko Hendroyono. Mereka berhasil memberikan tontonan yang memikat hati.
Jadi... yuk,
beramai-ramai nonton film ini. Dan biarkan emosi teman-teman teraduk-aduk.
Hingga di akhir film, kita pun menyadari, Semua Anak Terlahir Sempurna...
Bambang Irwanto
0 Response to "Wonderful Life, karena Semua Anak Terlahir Sempurna"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.