Alhamdulillah, cerita yang saya tulis, kembali dimuat di media. Kali ini
cerita tentang dua ekor tupai mentawai, yang dimuat di Nusantara bertutur atau
Nubi. Tepatnya, di kolom klasika, kompas, minggu 9 April 2017.
Awalnya
saya melihat postingan di FB Nubi. Kebetulan tema bulan april adalah “Menghargai”.
Saya sudah lama tahu pengumuman ini, hanya saya kok baru ngeh dan sempat nulis
hari rabu pagi, 5 april 2017.
Saya pun
mulai memikirkan temanya. Tema menghargai itu kan sangat banyak, dan sangat
luas. Jadi kita harus pilih yang spesifik. Saya pun memilih ide cerita
menghargai tamu, yang tentu saja sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari, termasuk di kalangan anak-anak.
Setelah
ide saya dapat, saya langsung menentukan konfliknya. Setelah itu, saya
menentukan tokohnya. Kalau saya pakai tokoh orang, mungkin sudah biasa. Maka
saya pun memakai tokoh hewan, dan akan saya tulis jadi fabel.
Karena
cerita Nubi itu harus berkaitan dengan nusantara, maka saya harus memperhatikan
juga tokoh ceritanya atau hewan apa yang pas untuk cerita. Lalu saya kok
kepikiran tupai, dan kenari. Lalu pas saya google, eh.. ada tupai khas
Indonesaia yang hidup di kepulauan mentawai, sumatera Barat. Kloplah... saya
pun mulai menulis ceritanya.
Pertama saya
menulis ceritanya di tab dulu, sambil tiduran santai hehehe. Setelah selesai,
saya pindahkan ke laptop. Saya menulis cerita ini memang hanya 15 menit. Tapi
bukan karena saya hebat, ya. itu hanya karena sejak awal, bahan ceritanya sudah
lengkap. Jadi saya lancar saja menulisnya.
Selesai
saya tulis, langsung saya kirim hari itu juga. Tapi kok tumben ya, tidak ada
email balasan dari Nubi seperti biasanya. Tapi tidak apa. Saya percaya, setiap
naskah yang saya tulis, akan ada rezeki naskahnya.
Sabtu
siang, saya di inbox Mbak Ruri Irawati. Katanya ada audio Pupi dan Tummi. Dan
biasanya, hari minggu akan dimuat yang edisi cetak di kompas klasika. Wow..
suprais sekali. Rezeki naskah ini cepat sekali. Bahkan mengalahkan cerpen “Uang
Darmawisata” yang dimuat harian solopas hanya seminggu setelah kirim. Hari
minggunya, saya juga dikabari oleh Mbak Pupuy dan Mas Fauzi. Terima kasih kabarnya, teman-teman.
Kok bisa
cepat dimuat, ya?
Sekali lagi, ini bukan dilihat dari penulisnya, ya! Juga bukan karena penulis senior, yunior atau masih newbie. Percayalah, media tidak melihat siapa penulisnya. Apalagi karena melihat ketampanan wajah saya wkwkwkw.
Tapi media melihat ceritanya. Cocok apa tidak untuk media mereka. Yang ingin membaca ceritanya, bisa mampir ke sini, ya!
Sekali lagi, ini bukan dilihat dari penulisnya, ya! Juga bukan karena penulis senior, yunior atau masih newbie. Percayalah, media tidak melihat siapa penulisnya. Apalagi karena melihat ketampanan wajah saya wkwkwkw.
Tapi media melihat ceritanya. Cocok apa tidak untuk media mereka. Yang ingin membaca ceritanya, bisa mampir ke sini, ya!
Kalau
cerita Pupi dan Tummi bisa langsung dimuat, mungkin karena saya tepat membidik
temanya. Mungkin cerita saya belum ada yang menulis seusai tema. Dan tentu
saja, rezeki naskanya. Jadi terus semangat menulis, teman-teman. Menulis itu
sebuah proses. Jadi nikmati semua proses menulis dengan senang hati. Salam
semangat menulis...
Bambang
Irwanto
0 Response to "Ada Pupi dan Tummi di Nusantara Bertutur "
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.