} Panik ‘Over Dosis” - Bambang Irwanto Ripto

Panik ‘Over Dosis”

      Siapa yang pernah panik? Pastinya semua pernah mengalami. Dari panik karena dompet ketinggalan di kamar mandi umum, panik kunci rumah terjatuh di jalan, panik belanjaaan tertinggal, panik anak terkunci di kamar mandi, dan sebagainya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, panik itu....


      
        Saya pun suka panik. Pernah saya panik, saat salah masukin nomor pin. Kok bisa blank. Padahal sudah saya hapal luar kepala. Pernah panik saat pas sampai di tempat kerjaan, kok dompet tidak ada di saku celana. Padahal ketinggalan di rumah. Pernah juga panik saat mau naik kereta, kok tiketnya tidak ada di tas kecil. Padahal tiketnya dipegang saudara hehehe. Pokoknya banyak.
      Tapi cerita terbaru dan menurut saya paling membuat saya panik ‘over dosis’ adalah saat saya berada di solo dan perjalanan menuju ke Surabaya. Pokoknya, saat itu saya hanya kepikirannya, harus tiba di Surabay tepat waktu hehehe.
       Waktu itu kan, saya berencana ke Makassar. Nah, biar seru, saya dari Kebumen lewat Yogya, Solo, Surabaya, baru ke Makassar. Saat menuju Kebumen-Yogya, lancar aman. Saya naik kereta Joglokerto harga 50 ribu. Saat dari Yogya ke solo, saya naik kereta Prambanan ekspres dengan tiket 8 ribu saja. Nah, rencananya, dari solo ke surabaya, saya naik kereta Api Mutiara Selatan seharga 165 ribu.


      Perhitungan saya nih, pesawat saya kan pukul 16.30 wib. Dari Solo saya berangkat pukul 02.35 wib dan tiba di Stasiun Gubeng pukul 06.24 wib. Jadi waktu saya masih sangat banyak bersantai-santai tampan manjah sebelum berangkat ke Makassar. Makanya biar tenang, saya sudah memesan tiketnya via online. Jadi di stasiun Solo Balapan, saya tinggal cetak tiket.    
     Malam jumat, sesuai rencana, saya sudah siap-siap di penginapan saya di Solo. Baju sudah rapi dipacking kembali. Saya pun sudah membeli makanan di kafe Tiga Tjeret yang tidak jauh dari penginapan saya.Saya pun sedang menchas tablet saya, biar nanti bisa digunakan. Tidak lupa, saya sudah kontak Mas Jarot (Abang ojek), agar menjemput saya pukul 12 malam saja. Siangnya pun, saya sudah bilang ke Mas Imran, pengelolah penginapan, kalau saya akan cek out pukul 12. Semua rencana sudah saya susun rapi.
     Selesai shalat isya dan makan malam, saya mengaktifkan tablet saya yang sudah selesai dichas. Ternyata langsung ada notif email dari aplikasi tempat saya membeli tiket online. Mata saya langsung melotot, melihat pesan email itu 


     Inti pesannya, jam penerbangan saya yang tadinya pukul 16.30 wb, jadi 05.50 . Waduh piye iki...
Saya langsung panik berarti saya harus sudah di bandara paling lambat pukul 5 pagi. Keburu tidak ya? Saya kebayang, kalau saya telat, maka tiket saya ini akan hangus, dan jadwal yang sudah saya susun rapi akan berantakan. Mau beli tiket baru, sayang sekali. Apalagi kan, bawa duit pas-pasan hahaha.
     Saya langsung telepon Mas Jarot. Cukup lama juga diangkat. Dan sepertinya Mas Jarot lagi latihan gending jawa atau apa itu, karena saat telepon, terdengar jelas alunan gending jawa. Saya lagsung ceritakan semuanya. Mas jarot menyarankan naik travel saja. Saya pun langsung setuju. Walau itu artinya, tiket kereta api saya hangus. Tapi masih mending, daripada tiket pesawat yang hangus.
      O, iya, saya mau cerita dulu. Mas Jarot ini kebetulan yang mengantar saya ke penginapan, pas baru tiba di stasiun Solo. Saya ingat, akan naik kereta dini hari. maka saya pun meminta Mas Jarot untuk mengantarkan saja nanti. Jadi cerita kami sudah janjian hehehe.
       Lanjut ceritanya, ya. Saya langsung minta Mas Jarot segera ke penginapan menjemput saya. Tidak lupa saya pun langsung menelpon Mas Imran. Saya laporan akan cek in sekarang saja. Mas Imran kaget, karena katanya saya akan cek out pukul 12. Saya jelasin saja semua. Dan teryata... Mas Imran lagi nongkrong di depan penginapan. Gaya banget ya, saya pakai nelpon. Ya namanya panik hahaha.
    Saya pun bergegas. Selang berapa menit Mas Jarot sms kalau sudah depan penginapan saya pun pamit ke Mas Imran, sambil terus berdoa semoga sampai Surabaya tepat waktu. Jujur sih, saya sempat ngomal-ngomel kecil. Aduh seenaknya saja ‘memajukan’ jadwal blabla dan sebagainya.
   Mas Jarot pun memacu motornya menuju terminal Tirtonadi. Api sebelumnya saya minta dicarikan atm dulu. Soalnya uang di dompet memang persiapan kalau naik kereta. Kalau naik bus kan, harus keluar modal lagi. Untung masih cukup. Kebetulan pas mau berangkat, ada teman ikut kelas privat. Lalu honor Go Girl sudah masuk. Eh, ada tambahan dari cerita anak dimuat di Solopos. Alhamdullillah...
     Akhirnya saya dan Mas Jarot sampai di terminal Tirtonadi. Kami segera menuju travel. Tampak sebuah mobil siap jalan terpakir di depan tarvel. Mas jarot pun bertanya, apa ada tarvel ke urabaya. Bapak pemiliknya menunjuk mobil itu,” ini mau ke sana, Mas!” horeeee... saya pun lega. “Mas nunggu sopirnya saja lagi ke toilet.”
   Selang lima menit, Pak sopir nongol. Saya pun menjelaskan, kalau saya harus sampai Surabaya sebelum jam 5 subuh. Pak sopir langsung menggeleng,” Ndak bisa eh, Mas. Paling cepat jam enam. Saya ndak berani ngebut. Lagi banyak perbaikan jalan.”
    Aduh... saya langsung lemas. Bagamanakah nasib saya selanjtnya? Rasanya jiw dan raga saya mellayang Hahaha lebay sekali saya. Lalu Pak Sopir memberi saran, “Naik bus Eka saja, Mas. Ada jam sembilanan dan bisa cepat.”
   Terbit lagi harapan baru. Saya pun mengambil keputusan naik bus itu, walau hasil pahitnya, saya telat sampai di surabaya dan tiket hangus. Yang penting saya sudah berusaha. Saya pun terus komat-kami berdoa. “Ya, Allah, tolong lancarkan perjalanan saya. Tiba tepat waktu di surabaya.”
   Mas Jarot kembali memaju motornya ke pintu keluar stasiun. Saya beruntung, karena bus Eka yang akan saya tumpangi, tampak sudah keluar dari terminal. Mas Jarot segera menyetopnya, dan saya pun bergegas naik ke bus. Tidak lupa saya minta maaf sudah Mas Jarot, dan mengucapkan terima kasih. Saya pun mnyelipkan 50 ribu ke saku celana Mas Jarot (Maturnuwun sanget, Mas Jarot).


     Saya pun memilih duduk di kursi paling depan di semping seorang ibu. Ibu itu dari rumah saudarnyaa di Solo dan akan pulang ke Surabaya. O, iya, kalau tidak salah ingat, tiketnya 85 ribu, dapat minuman mineral botol ukuran 600 ml. Juga dapat tiket makan saat bus singgah untu beristirahat. Saya pun ditanya darimana dan mau ke maana, saya jelaskan, kalau penerbangan saya dimajukan.   
      “Bisa kok. Bisa. Bus ini sampai surabaya jam 4. Saya kan, sudah biasa naik bus ini.”
      “Duh, rasanya plong sekali. setidaknya harapan saya semakin besar. Rasanya saya pengin peluk ibu itu, karena sudah memberikan saya harapan besar lagi hahaha. Saya pun komat kamit, agar perjalanan saya lancar.  Dan saya pun semakin senang saat Ibu itu ngomong lagi.
       “Mas mau kuliah di sana?”
        Wih.. saya merasa seperti anak muda usia awal 20-an. Mungkin karena bus itu lampu dalamnya dimatiin. Jadi kerutan di wajah saya tidak terlihat hahaha.
      Walau agak tersendat di daerah mana itu ya, akrena ada bus terperosok, saya sampai terminal Purabaya atau di sebut juga Bungurasih pukul setengah 4. Aduh leganya. Sopirnya keren. Walau jalanan sepanjang Solo - Surabaya ada bekelok, ditrabas saja. Dan sukses membuat saya muntah dua kali hahaha.
       Setelah sampai di terminal Purabaya, saya pun bergegas mencari bus Damri tujuan bandara. Banyak ojek menawari. Tapi untung Ibu di samping saya tadi sudah mengingatkan, kalau lebih enak naik bus Damri atau taksi. Busnya ada di sebelah utara atau selatan terminal ya. Saya pun langsung naik. Lega.


      Saya menyandarkan kepala saya di kursi bus damri, lalu menarik napas lega. Iseng-iseng, saya membuka hape saya yang sejak tadi tidak saya intip. Ada beberapa pesan, diantaranya dari maskapai penerbangan yang akan tumpangi. Isinya :


       Huwaaaah... saya kaget lagi. Ternyata jadwal penerbangan saya diundur, bukan dimajukan. Di emailkan ditulisnya pukul 05.00 sekian-sekian. Hanya saya tidak teliti AM atau PM. Sepertinya oesan di hape saya masuk, mungkins saat saya sedang membeli makanan di kafe Tiga Tjeret.
Haduh... perasaan saya langsung kayak gado-gado hahaha. Jadi memang bukan salah siapa-siapa. Dan soal mundur jadwal 1 jam lebih itu, masih bisa saya maklumi. Saya saja yang panik hahaha.



        


       Dan akhirnya saya sukses sampai di bandara Djuanda pukul 5 subuh. Hari masih gelap, matahari belum menampakan diri. Daaaaan... Saya pun duduk nonkgrong tampan-tampan manjah, selama 12 jam menunggu waktu keberangkatan saya hahaha. Dari terbit fajar, sampai terbenamnya matahari wkwkwkw...Ya, mau diapa lagi. Namanya juga panik. Panik Over Dosis hahaha. Tapi pengalaman ini bisa jadi pelajaran bagi saya. Tenang.. tenang, dan tenang hahaha...

Bambang Irwanto

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Panik ‘Over Dosis” "

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.