} Saya dan Pecikan Majalah Gadis - Bambang Irwanto Ripto

Saya dan Pecikan Majalah Gadis




Alhamdulillah... beberapa hari yang lalu, pagi-pagi saya dapat kejuatan manis dari teman, Mbak Hairi Yanti. Pas buka inbox fb. Ternyata percikan saya dimuat di Majalah gadis. Senang, tentu saja. Ini adalah percikan ke tiga saya yang dimuat di gadis. Sebelum ada Lupa, lalu terpesona miko. Bisa kok dibaca di sini.

Saya pun langsung posting di beranda facebook. Tidak lama teman-teman ramai komen memberi selamat. Tentu saja saya senang. Banyak juga yang like. Ingatan saya pun langsung terlempar (Tailaaaa... bakso kali dilempar) kembali ke tahun-tahun sebelumnya.

Saya mengenal majalah Gadis itu dari tahun 87. Kebetulan kakak perempuan saya selalu beli gadis secara rutin sampai tahun 1996. Jadi jangan heran kalau saya hapal para Gadis sampul. Mulai dari Angkatan pertama Monica Guanova, Zara Xettira, Btari Karlinda, Mareta Artuti, desy Ratnasari, Siti Rahamyanti, Nike Ardilla (Nike Ratnadilla) Ineka Koeherawati, Krisdayanti, Cut Tary, sampai Dian Sastro.

Bukan hanya para gadis sampul, semua rubrik di majalah Gadis saya hapal. Dari Bintul (bintang sampul), tips psikologi, kuis, bahkan dulu ada rubrik resep dan idih malu deh di Gadis. Saya juga tahu perubahan logo gadis. Dari tulis gadis besar di atas kaver, kemudian kata gadis dibuat lebih kecil, lalu pakai kotak. Terus mulai tahun 1991 logo Gadis jadi huruf besar semua Gadis, yang huruf s-nya dikotak.  Dari ukuran gadis masih besar, sampai sekarang bisa dikantongin di saku.

Rubrik yang paling saya suka adalah percikan, cerpen dan cerber. Selalu saat pertama membaca, saya akan membaca percikan dulu, baru cerpen, kemudian cerber. Rasanya tidak sabar selalu menunggu sambungan cerbernya. Malah dulu, Gadis rutin mengadakan lomba cerpen dan cerber.

Percikan pertama saya dimuat di Gadis


 Mungkin karena sering membaca percikan, cerpen dan cerber Gadis, maka saya jadi ingin belajar menulis cerita remaja juga. Tapi tentu saja saya harus belajar percikan dulu, cerita pendek 2-3 halaman folio saja. Dan memang jenjang belajar menulis cerita itu bisa seperti ini, menulis percikan dulu 2-3 halaman, lalu cerpen 6-7 halaman, lalu cerber 25-40 halaman.

Saya pun semangat belajar menulis percikan. Setelah selesai menulis, segera saya kirim. Waktu itu ngetiknya masih di mesin tik, lalu kirimnya via pos. Saya ingat pakai prangko biasa 300 perak, kilat 700 perak hehehe.

Sebulan kemudian, pak Pos tiba-tiba mengantar amplop. Wow.. saya kegirangan. Amplop itu diketik rapi di sampulnya, lalu ada stempel logo Gadis. Deg-degan saya buka. Ternyata hasilnya... percikan saya ditolak hahaha...

Sedih kecewa, pastinya. Tapi makin penasaran, dong, Saya pun terus menulis percikan dan mengirim ke Gadis. Malah semakin banyak kirimnya. Kirim 3 naskah, ditolak 3. Kirim 5 ditolak 5. Kirim 10, ditolak 10 hahahaha.

Tahun 1999 saya merantau ke Jakarta. Jadi acara baca majalah terhenti. Saya malah beralih menulis cerita anak. Namun saya juga iseng membeli majalah Gadis. Tentu saja saya ingin kembali membaca percikan yang dimuat. Termasuk melihat gadis sampul yang imut-imut. Makanya saya tetap tau gadis sampul era 2000-an. Dari Astrid Tiar, Intan Nuraini, Ayu Sita, Maudy Ayundia, Lontoh bersaudara sampai teuku zahira (putri Teuku Wisnu dan Cindy Fatika Sari).

Nah, dari situ keinginan menulis percikan kembali ada. Tapi masih terbentur sibuk bekerja. Apalagi mesin tik ketinggalan di Makassar. Beli komputer masih mahal coy. Belakangan saya baru tahu, kalau banyak rental komputer di Jakarta. Salah satunya di belokan jalan matraman menuju jalan pramuka hahaha.

Akhirnya 2007 saya mengenal facebook. Bahkan akun fb juga dibuatkan adik saya. Saya senang karena bisa berkenalan dengan para penulis yang dulu ceritanya saya sering baca di Gadis. Ada Mbak Nurhayati Pujiastuti, Mas Adnan Buchary, Mas Donatus, dan masih banyak lagi. Kalau mereka punya blog, aya pantengin juga blog-blog mereka. Saya pelajari karya-karya mereka juga.

Percikan kedua saya di Gadis

Dari situ saya kembali bersemangat menulis. Lalu mulai kembali mempelajari percikan. Saya pun sering membeli majalah  majalah Gadis lagi. Saya pelajari kembali percikan yang dimuat, termasuk cerpennya saya lahap. Tapi sayang, waktu itu cerber sempat menghilang. Tapi sekarang sudah hadir kembali kok.

Kalau dulu kirimnya lewat pos, sekarang lebih mudah. Naskah dikirim saja via email. Walau kadang email Gadis sering mental. Tapi terus saja kirim sampai masuk.

Alhamdulillah percikan pertama saya Lupa dimuat di Gadis. Suprais. Tidak percaya (bisa dibaca di sini). Tahun berikutnya saya kirim dan dimuat lagi. Judulnya Terpesona Miko (bisa dibaca di sini). Alhamdudlilah tahun ini dimuat lagi, cerita tentang Alinka.

Jadi intinya, kita harus terus bersemangat. Bila ingin mencapai sesuatu, terus kembangan asa, lalu terus kejar sampai dapat. Insya Allah akan tercapai. Bila kita semangat mengejar mimpi, maka semesta akan ikut mendukung kita.

Yuk, terus semangat menulis. Kalau penasaran dengan percikan terbaru saya, segera beli majalah Gadis edisi terbaru, ya...

Bambang Irwanto 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Saya dan Pecikan Majalah Gadis"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.