} Enaknya Menulis Sekarang Dibandingkan Dulu - Bambang Irwanto Ripto

Enaknya Menulis Sekarang Dibandingkan Dulu

    

     Suka menulis? Tapi semangat menulis turun naik? Atau niat menulis ada, tapi kok malas nulisnya? Lho.. bagaimana itu hehehe
     Harus tetap semangat, dong. Soalnya progress di dunia menulis itu sangat cepat. Terlena sedikit saja, maka bisa tersalip dengan penulis lain. Dan ketika sadar, kita tellah tertinggal jauh. Akhirnya jadi malas menulis.
    Padahal menulis zaman sekarang lebih enak, dibandingkan zaman dulu, lho. Tidak percaya? Simak deh, seuprit pengalaman saya menulis dulu. Semoga setelah membacanya, kamu jadi semakin semangat menulis.

Buku Notes dan Buku Tulis


     Dulu itu, saya ke mana-mana selalu bawa notes alias buku kecil. Tujuannya, kalau di jalan saya dapat ide, langsung saya catat. Soalnya kan, memori otak saya terbatas. Bisa saja saya lupa. Sayang kalau ide bagus menguap begitu saja.
     Nah, saat sedang menunggu atau mengantre, maka saya gunakan untuk membuat draf-draf cerita. Bisa juga saya amati keadaan atau orang di sekeliling saya. Saya latihan menulis narasi atau menulis deskripsi.
     Nah, dari notes, baru saya tulis lagi di buku tulis. Setelah itu saya baca lagi, saya edit lagi, baru saya ketik di mesin tik. Jadi prosesnya lebih lama.
     Kalau sekarang kan, beda. Saya tinggal kantongin smartphone. Selain buat alat komunikasi, bersosial media, juga bisa untuk menulis. Jadi manfaatkan smartphone kamu untuk menunjang aktivitas menulismu.

Mesin Tik

     
      Awal menulis, saya masih merasakan menggunakan mesin tik. Saya mengenal mesin tik, sejak kelas 4 SD, dan beruntung Bapak saya punya mesin tik. Walau kalau ketahuan ketak-ketik, saya kena omel juga hahaha.
      Pakai mesin tik itu sangat jauh beda dibandingkan kompuetr atau laptop. Termasuk suaranya yang berisik saat digunakan. Makanya saya dulu tidak pernah menulis malam, apalagi dini hari. Selain masih sekolah, bisa dijewer satu rumah karena mengganggu orang tidur hahaha.
      Makanya sekarang enak nulis. Kemana-mana bisa nenteng laptop. Kalau dulu, kebayang kan, betapa ribetnya kalau bawa-bawa mesin tik. Kopornya saja segede gaban hahaha.

Pita Mesin Tik.
  
      
       Ini dia yang harus saya siasati. Kalau saya mau nulis lancar jaya aman damai sentosa selamanya, maka saya haru rajin nabung buat beli pita mesin tik.  Logikanya, banyak nulis, banyak pita yang habis hahaha.
       Pita mesin tik itu dulu ada dua kemasan. Dalam kaleng dengan jumlah yang lebih banyak, dan dalam tempat plastik. Karena kantong anak sekolah tipis, maka saya selalu beli yang kemasan tempat plastik saja. Itu juga kadang pinjam uang tabungan kakak perempuan saya hahaha.
       Pernah suatu saat, saya kehabisan pita mesin tik. Mana uang saku sudah kepakai buat beli diktat. Kakak saya mengajari pakai minyak rambut urang-aring Eh, saya kok langsung coba. Hitam sih, tapi.. kertas cemang-cemong  dan hitam. Alih-alih maunpita hitam, malah minyak rambut habis.

Penghapus
  
    
      Dulu itu tip-ex atau Stipo jadi barang wajib menulis. Soalnya salah ketik atau typo, pasti selalu ada. Makanya dulu menulis itu harus focus 1000 %. Meleng sedikit saja, bisa gawat.
        Kalau typo satu dua huruf sih, bisa pakai tip-ex. Tapi kalau sudah panjang, kertas jadi tidak bersih, dan lebih bagus ganti kertas saja. Apa boleh buat, harus nulis ulang dari awal. Pakai tip ex itu juga ribet. Kalau kering ditambah pengencernya.  Kalau habis, biasnaya diganti bensin. Kata orang jawa.. Duh mambu’ne. Untunglah dulu belum ada istilah... Galau Melaw.. kayak Stabilow hahaha
      Beruntung sudah ada yang ciptain tip ex kertas. Jadi kalau typo masih bisa diedit dan hasilnya lebih rapi daripada tip ex cair.
       Makanya sangat jarang penulis yang bisa langsung menuangkan idenya dengan langsung ditik. Saya sendiri, harus mengkonsep dulu cerita saya di buku tulis. Saya koreksi lagi , baru ditik. Itu pun hasilnya tidak oke hahaha.
        Coba bandingkan dengan zaman  sekarang. Salah ketik, bisa langsung tekan tombol delate. Mau diedit, tinggal cari saja bagian mana yang perlu diedit. Coba kalau dulu, dijamin harus ngetik ulang.

Kertas


       Untuk urusan kertas, saya pun harus rajin menabung juga. Seringnya sih, saya nyicil saja beli kertas dii toko fotokopiny. Misalnya 2 ribu perak dapat berapa lembar. Yang penting cukup untuk mengetik satu naskah.
        Makanya zaman sekarang enak. Untuk naskah kirim email, tidak perlu pakai kertas. Kecuali memang syaratnya harus kirim naskah print. Jadi lebih menghemat.

Amplop dan Prangko

     
Selesai naskah diketik, selanjutnya harus dikirim. Jangan simpan naskahmu di bawah kasur. Siapa yang mau baca? Hehehe
       Mengirim naskahtentu saja harus membeli amplop dan prangko lagi. Otomatis keluar uang , Belum ada pengeluaran tambahan. Misalnya biaya transportasi ke kantor pos.Kalau pun yang tinggal di jabodetabek dan bisa mengantar langsung naskahnya, tetap butuh uang transpor juga.
      Makanya zaman sekarang enak. Kirim naskah, tinggal duduk manis depan laptop. Tinggal tekan tombol send, naskah terkirim. Ada sih, biaya kuota internet, tapi tidak sebanyak kirim naskah via pos.
       Nah, sudah paham kan, betapa enaknya menulis zaman sekarang, dibandingkan dulu. Makanya, dengan segala kemudahan sekarang, harus terus semangat menulis. Salam semangat menulis.
Bambang Irwanto


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Enaknya Menulis Sekarang Dibandingkan Dulu"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.