} Menulis Fabel ala Bambang Irwanto - Bambang Irwanto Ripto

Menulis Fabel ala Bambang Irwanto



Fabel atau dalam bahasa Inggris disebut Fable adalah cerita yang menceritakan kehidupan hewan yang seolah-olah menyerupai manusia. Jadi di sini, tokoh hewannya digambarkan mempunyai sifat dan sikap seperti manusia. Misalnya sombong, murah hati, cerdik, ramah, dan sebagainya.

Hal lainnya adalah tokoh hewannya bertingkah dan berlaku selayaknya manusia. Mereka pakai baju, menjahit, memasak, naik mobil dan sebagainya. Semua itu, pastinya harus disesuaikan dengan kebutuhan ceritanya. Kurang pas memasukan, maka ceritanya akan melenceng.

Nah, pada kesempatan ini, saya akan berbagi cara menulis fabel ala saya. Pastinya tulisan ini saya susun berdasarkan pengalaman menulis saya sendiri, ya. Jadi bila ada perbedaan dengan penulis lain, anggap saja warna-warni dalam dunia menulis.

Inilah Menulis Fabel ala Bambang Irwanto


Variasi Menulis Fabel

Untuk penulisan fabel, saya ada 3 variasi. Pertama, tokohnya berlaku selayaknya hean dan settingannya sesuai habitatnya. Jadi heannya memang mempunyai sifat dan bisa berbicara seperti manusia, tapi tetap berlaku seperti hewan. Misalnya cerita kancil dan buaya.



Kedua, tokoh hewannya berlaku selayaknya manusia dan settingnya bisa imajinasi. Misalnya hewannya tinggal di rumah, bersekolah, naik sepeda, dan sebagainya. Misalnya Winnie the pooh atau Micky Maouse

Nah variasi ketiga, tokoh utamanya tetap hewan, tapi ada tokoh manusia sebagai tokoh pendukung. Dalam variasi ini, tokoh hewannya berlaku selayaknya hewan ya. Terus mereka hanya bisa berbicara sesama hewan saja dan di saat manusia tidak ada di dekat tokoh-tokoh hewan itu. Jadi kapan ada manusia, tokoh hewan berlaku selayaknya hewan. Misalnya Tom dan Jerry.

Ide Cerita Fabel

Sebelum menullis cerita, termasuk fabel, pertama saya dapatkan dulu ide ceritanya. Nah ide cerita itu bisa datang darimana saja. Apa yang kita rasakan, kita lihat, kita baca, kita dengar, smeua bisa jadi ide.



Selain mendapatkan ide-ide cerita dari hal di atas, untuk fabel, saya mendapatkan ide juga dari tokoh hewannya. Jadi saya melihat seekor hewan, ide itu bisa langsung muncul. Misalnya saat melihat kupu-kupu, maka langsung dapat ide seekor kupu-kupu yang sedih karena hidupnya hanya sebentar.

Pelajari Tokoh Hewannya

Jadi begitu dapat ide, saya langsung dan sudah mendapatkan tokoh ceritanya , maka langsung   info seputar hewan yang akan saya masukan dalam tokoh. Tapi biasanya, saya lebih fokus dan detail pada tokoh utamanya.



Nah untuk tokoh fabel ini, bisa satu jenis hewan saja. Misalnya kelinci saja, tupai saja, domba saja, dan sebagai. Bisa juga beragam, asalkan satu habitat. Misalnya tokoh beragam hewan laut. Ada penyu, Lumba-lumba, Bintang laut. Atau hewan kutub anjing laut, pengiun. Tidak boleh digabung penguin dengan singa, harimau atau macan soalnya beda habitat.

Konflik Fabel

Untuk konflik fabel saya biasa mengambil dari diri hewan itu sendiri yang dikominasikan dengan atak manusia. Misalnya, kumis ikan lele + rendah diri. Jadi ikan lele yang sebel dengan kumisnya. Padahal kumisnya itu justru bermanfaat bagi dirinya.



Contoh lain : Duri Landak + rendah diri. landak yang sedih, karena teman-teman takut dengan durinya. Padahal duri itu sangat berguna bagi dirinya. Atau bisa dibalik Duri landak + sombong. Jadi ada landak yang sombong karena mempunyai duri. Dia selalu menakut-nakuti temannya. Padahal duri itu digunakan untuk berjaga diri, bukan untuk disombongkan. Akhirnya si landak dapat kejadian yang tidak mengenakan. Pokoknya kelebihan dan kekurangan tokoh, bisa dijadikan konflik dalam cerita.

Lainya, bisa diambil dari konflik umum saja. Misalnya saling menhormti, persahabatan, dan lainnya. Rumusnya : konflik umum + sifat manusia.. Misalnya Saling Menghormati + sok. Pak Rubah bila menyetel radio suaranya kencang dan mengganggu tetangga lain. Tetangga sudah menegurnya, tapi dia tidak peduli.

Alur Cerita

Untuk alur cerita fabel, saya menyesuaikan dengan kebutuhan ceritanya. Tapi saya usahakan tetap logis dan natural saja. Misalnya, saat menulis fabel, saya tidak memasukan unsur sihir atau simsalabim.



Saya juga tidak membuat tokoh hewannya bisa berbicara dengan manusia. Saya pun tidak membuat tokoh hewannya mempunyai kekuatan super yang bisa menggampangkan masalah.
Saya juga menghindari hal-hal ajaib dalam cerita fabel yang saya tulis. Misalnya seekor lumba-lumba diundang ke pesta ulang tahun Lili kelinci di hutan. Maka saat tiba di darat, lumba-lumba itu tetap bisa bernapas dan malah bisa berjalan menggunakan ekornya. Atau ekornya berubah jadi kaki.

Ending Cerita

Untuk ending cerita fabel, sama dengan ending cerita anak lainnya. Saat ending, konflik harus selesai. Ada solusi dari masalah. Kemudian ada pesan moral atau sesuatu yang didapat oleh pembaca anak-anak.



Untuk lebih menudahkan saya, maka sebelum menulis alur cerita, maka saya menentukan endingnya dulu. Jadi kalau ending sudah dapat, maka saya akan fokus menyusun alur sesuai ending cerita. Ibaratnya, sebelum pergi ke luar rumah, saya sudah menentukan tujuan dulu. Jadi saya akan mudah menentukan mau naik apa ke sana. Berbeda kalau saya keluar rumah tanpa tujuan dulu. akhirnya akan muter-muter jadinya hehehe.

Tidak saling memangsa

Saat menulis fabel, saya menghindari menulis cerita fabel yang tokohnya saling memangsa atau kanibal. Misalnya Serigala memangsa domba. Jadi saya arahkan saja serigala hendak menjahili domba. Dia pun membuat perangkap. Ternyata malah Serigala yang kena perangkap sendiri, dan akhirnya si domba yang menolongnya.




Begitu juga alur atau bagian-bagian cerita. Misalnya, Pak Beruang menjual sate ayam atau Bu Angsa memakan ikan bakar. Jadi saya usahakan fokus menulis alur cerita yang tidak ada hal-hal tersebut.
Pokoknya saya menghindari hal-hal yang membuat anak-anak ngeri dan berhenti membaca cerita kita.

Misalnya, Serigala sudah sejak pagi mengintai domba. Akhirnya domba datang dan serigala langsung menerkamnya. Serigala begitu puas berhasil memakan daging domba yang empuk dan harum. Serigala pun membersihkan mulutnya yang masih penuh darah domba, sebelum meninggalkan tempat itu.


Demikian cara menulis fabel ala saya. Tulisan ini bisa jadi bahan referensi saja ya, tidak harus jadi patokan wajib atau harga mati menulis fabel. Soalnya cara saya menulis fabel, bisa berbeda dari cara menulis fabel penulis lain. Intinya, fabel yang kita tulis itu menarik, menghibur, dan bisa memberi inspirasi dan pesan moral pada anak-anak.  Selam semangat menulis.

Bambang Irwanto


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Menulis Fabel ala Bambang Irwanto"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.