} 4 Cara Mengatur Keuangan Freelance di Zaman Pandemi - Bambang Irwanto Ripto

4 Cara Mengatur Keuangan Freelance di Zaman Pandemi

4 Cara mengatur Keuangan Freelance di zaman pandemi  ini sangat perlu sekali. Saya sebagai pekerja lepas, harus semakin pintar-pintar mengatur lalu lintas keuangan keluarga. Tujuannya  jelas, agar kehidupan teus  berjalan, termasuk dapur  terus ngebul.
4 cara mengatur keuangan freelance saat pandemi
4 cara mengatur keuangan freelance

Makanya pengaturan keuangan kembali saya benahi. Namanya penghasilan saya sebagai pekerja lepas kan tak menentu. Di masa sekarang, pastinya harus semakin ketat mengeluarkan duit.

Nah, inilah 4 cara mengatur keuangan freelance di zaman pandemi ala saya. pastinya ini saya susun sesuai pengalaman pribadi saya, ya. Semoga bermanfaat bagi teman-teman yang juga feelance seperti saya.

1. Utamakan Kebutuhan Bukan Keinginan

Tips utama mengatur keuangan freelance itu intinya ada pada KBK alias kebutuhan berbanding keinginan. Saat pandemi sekarang, pastinya saya sangat mengutamakan pemenuhan kebutuhan dulu. Walau namanya saja manusia, pasti ada keinginan-keinginan juga. Tapi itu harus disingkarkan dulu jauh-jauh hahaha.

Makanya saat mendapatkan penghasilan, saya langsung lihat dulu, mana saja kebutuhan yang masuk dalam daftar  kebutuhan mendesak, dan harus segera dipenuhi. Baru setelah itu, lanjut kebutuhan yang memang  nantinya akan segera dipakai.

Pokoknya saya sesuaikan saja fee yang saya dapatkan dengan kebutuhan. Jadi saya tidak akan menambah uang untuk memenuhi membeli kebutuhan. Misalnya dapatnya 500 ribu, eh, belanja 750 ribu. Kalau bisa malah ada sisa dulu paling tidak 50 ribu atau 100 ribu. Ibaratnya jangan lebih besar pasak daripada tiang.

Insya Allah walau dalam masa pandemi seperti ini, Allah SWT selalu mencukupkan apa yang saya inginkan, bukan apa yang saya butuhkan.

2. Menyisipkan Penghasilan

Namanya saja pekerja lepas ya, dengan penghasilan tak selalu sama. Bisa bulan Januari banyak, bulan Februari sedikit, bahkan bisa saja bulan Maret kosong. Nah, situasi seperti iniah yang sangat saya perhaikan.

Makanya wajib bagi saya, bahkan freelance lainnya, untuk menyisipkan uang saat penghasilan sedang banyak.  Dan semua freelance pasti dan pernah (atau bahkan akan mengalami) masa-masa saat rezeki freelance itu banyak dan datangnya bersamaan.

Nah, saat saya mendapat rezeki banyak, maka saya menerapkan beberapa sistem. Tujuannya agar saya jangan khilaf dan menggunakan uang itu. Pikirnya besok ada lagi rezeki. Padahal kembali lagi, penghasilan freelance tak menentu.

A. Sistem 3 : 1

Saya menerapkan sistem  3 : 1. Maksudnya  saat saya mendapat rezeki banyak, maka 3 bagian saya tabung, 1 bagian untuk memenuhi kebutuhan. Misalnya dapat   3 juta, maka masuk kas dulu Rp. 2.250.000,- sedangkan Rp. 750.000,- untuk memenuhi kebutuhan.

Sistem perbandingan ini, tentu saja bisa teman-teman sesuaikan, ya. Dan saya pun bisa sangat fleksibel dengan jumlah penghasilan yang saya terima.


B. Pos-Pos Penghasilan

Saya dulu saat bekerja tetap dan setiap bulan mendapat gaji, maka saya sudah mempersiapkan pos-pos keuangan. Misalnya pos uang sembako sekian, pos uang listrik sekian, simpanan sekian dan lainnya.

Saat  sebagai pekerja freelance, saya pun tetap menerapkan pos-pos keuangan itu, Tapi pos-posnya tidak sebanyak dulu. Paling hanya pos uang simpanan yang nantinya bisa digunakan untuk keadaan apapun.

Nah, untuk memenuhi kebutuhan, saya memang sangat mengandalkan dari fee job. Makanya saya menerapkan pos-pos bayangan. Maksudnya saya sudah memprediksi uang job ini untuk untuk suat kebutuhan.

Misalnya ada beberapa job bulan Januari. Job A, B dan C. Fee Job A sekitar 300 ribu, buat bayar listrik, fee job B sebesar 250 ribu buat beli beras 20 kilogram, fee job C sekitar 500 buat bayar  uang sekolah krucil.

Terkadang ada job-job yang fee kecil atau disebut job receh. Itu saya gunakan untuk tambahan kebutuhan mana saja. Dan tidak bisa disepelekan job receh itu. Walau fee hanya 50 ribu, 25 ribu bahkan 15 ribu, tapi kalau masuknya saat saya butuhkan, apalagi berbarengan, itu sangat membantu dapur saya terus ngebul hehehe

b1. Pos di Rumah

Pertama saya menyimpan uang cadangan di rumah. Tapi pastinya tidak dalam jumlah besar ya. Ini memungkin saya akan bisa segera menggunakan bila ada kebutuhan mendadak dan dalam bentuk uang tunai. Pastinya akan ribet sekali bila harus menarik uang dulu ke ATM.

b2. Rekening Bank

Pastinya, saya menympan juga uang cadangan di rekening Bank. Biar mudah mengontrolnya, saya pakai internet banking yang non tunai. Jadi cek saldo saja. Soalnya takut banyak godaan hahaha.

b3. Dompet Digital

Zaman now kan banyak dompet digital. Seperti Gopay, OVO, Dana, Link Aja dan lainnya. Nah, saya juga memanfaatkan perkembangan teknologi ini. Jumlah sesuai dan sandar saja. Yang pasti kalaua da kebutuhan, bisa digunakan.

b4. Bentuk Emas

Bila ada rezeki lebih, maka menurut saya freelance perlu ada pos simpanan dalam bentuk emas. Soalnya kalau emas, saat butuh mudah dijual dan dapat uang. Harganya juga tidak terlalu jatuh. bahkan bisa naik, saat ahrga emas bagus.

Soalnya pengalaman, suatu saat saya ada rezeki, saya belikan barang-barang elektonik. Eh, pas butuh, malah harganya jatuh, apdahal barangnya masih bagus dan belum lama dipakai. Akhrnya saya mulai berpikir inestasi emas saja.

Tapi catatanya ini, pos emas ini digunakan bila pos-pos lainnya sudah tidak ada. Jadi emmang sangat mendesak. Daripada pinjam ke orang lain, dicerita juga, dibayar juga hahaha.

Makanya kemairn ada teman yang menawari saya pinjaman. Nah, saya gunakan untuk beli emas saja. Dan Alhamdulilah selama niatnya benar, maka akan dilancarkan rezekinya juga. Dan itu sudah saya buktikan. Dan ketulan sudah saya tuliskan Cara Cepat Melunasi Utang.


3. Catat Arus Lalu Lintas Keuangan

Setiap menerima job, saya selalu mencatatnya. Ini sangat membantu saja untuk mengetahui berapa job yang sdah saya terima dan berapa penghasilan saya. Namanya juga manusia, saya pun bisa saja lupa.

Dengan mencatat  seperti itu, saya jadi bisa memprediksi penghasilan saya, termasuk mengatur kebutuhan saya nantinya.  Karena kan, tidak semua job yang saya kerjakan langsung dibayarkan. Misalnya job A, nanti dibayarkan 1 bulan kemudian, job B dibayarkan 40 hari, atau job C dibayarkan 60 hari.

Saat ini, saya masih mencatat di buku album saja. Sederhana saja, misalnya nama job, besar jumlah fee-nya. Pastinya saya kelompokkan dalam per bulan. Kalau fee sudah masuk, tinggal saya contreng saja.

4. Ekstra Mencari Peluang

Jujur harus saya akui, zaman sekarang, apalagi pandemi keadaan semakin sulit. Apalagi dampak dari pandemi ini sudah masuk ke ranah ekonomi. Pastinya berdampak juga bagi saya yang bekerja lepas
Tapi, kuncinya harus terus semangat dan berusaha. Karena selama kita ikhtiardan berdoa, Insya Allah rezeki akan terbuka. Insya Allah selalu ada peluang.

Makanya saya pun ekstra mencari peluang. Dan saya bersyukur sampai saat ini di media sosial selalu ada peluang job. Setiap ada yang posting ada campign, ada conten placement di blog, dan lainnya, selagi pas syaratnya, saya isi. Soal diterima tidak, kembalikan saja soal rezeki. Kalau sudah rezeki tidak akan ke mana. Apalagi banyak sekali hal-hal yang bisa dilakukan oleh penulis saat masa pandemi ini.

Pokoknya kebangkan potensi yang ada dalam diri. Misalnya saya tahu passion saya penulis cerita anak, maka saya terus membuka kelas menulis Kurcaci Pos. Genar terus promo. Ada yang minat ikutan, Alhamdulillah. Belum ada yang ikutan, promo terus hehehe.

Nah, itu dia 4 cara saya mengatur keuangan di masa pandemi. Pastinya ini saya susun sesuai pengalaman saya. Jadi bila ada peredaan, anggap warna-warni kehidupan ya hehehe. Semoga bermanfaat. Salam semangat selalu.

Bambang Irwanto

Subscribe to receive free email updates:

24 Responses to "4 Cara Mengatur Keuangan Freelance di Zaman Pandemi"

  1. Tips 3:1 nya bagus mas, sekalian saya mau ngasih masukkan, kas yang 3 bagian itu dijadiin dana darurat saja, yang nilainya minimal 3-6 kali pengeluaran bulanan. Karena kerja sebagai freelancer ini resikonya tinggi sekali. Kadang gajian, kadang ga. pendapatan ga tentu.

    Kalau udah siapin dana darurat pasti lebih nyaman, seandainya dalam beberapa bulan ga ada pemasukkan bisa pakai dana darurat itu.

    Untuk nyimpan dana darurat bisa masukin ke tempat yang gampang cair, deposito, reksa dana pasar uang atau emas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mas. Sebagai freelance memang perlu ada dana darurat. Dan itu pun saya lakukan. Termasuk ada dalam bentuk emas walau sedikit.

      Delete
  2. Syukron Mas infonya. Menarik banget 3:1 nya. Semoga bisa mengikuti jejaknya Mas Bambang juga nih. Nabung/ menyisihkan penghasilan harus bener-bener dipaksakan. Jazakallah khyr..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Kak.
      memang sebagai freealnce, wajib sekali menyisipkan penghasilan. jadi saat penghasilan sedikit atau bahkan kosong, bisa digunakan.

      Delete
  3. pengen bisa semua itu mas, tapi hingga kini tak ada satupun yang bisa, ambles kan ya kalau kayak gini terus menerus

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terus semangat, Mas Joko. Insya Allah selalu ada rezeki.

      Delete
  4. Wah tob abis Mas tips nya. Kebetulan saya baru saja memutuskan jadi digital nomad alias freelancer nih Mas. Jadi amat sangat terbantu dnegan tips dari Mas Bambang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terus semangat, Mbak Niken.
      Insya Allah selalu terbuka rezeki. Aamin.

      Delete
  5. Aku setuju point no.01 mas, karena jika kita sebagai freelancer terlebih lagi seorang istri harus pinter ngatur keuangan baik saat pandemi atau newnormal seperti sekarang.
    Membeli sesuai kebutuhan adalah pilihan yang bijak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak Elva. Pokoknya saya utamakan dulu kebutuhan utama yang meamng sangat dibutuhkan dulu, Mbak.

      Delete
  6. Bulan ini anak sakit debapil sama telinganya ada radang jadi musti ke THT, sekalipun ada yang ditanggung BPJS, tapi tetap saja jadi malah lebih banyak pengeluaran. Apalagi kalau anak sakit jadi malas makan. Namun bagaimanapun harus tetap semangat mencari rezeki ya Pak Bambang. yang saya belum punya dalam bentuk tabungan emas saja...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak Maya. Anak sakit itu memang bikin pikiran.Tapi semoga sekarang anaknya sudah sehat ya, Mbak Maya, jadi Mbak Maya bisa semangat lagi dan semakin semangat lagi mencari rezeki.

      Delete
  7. Semenjak di rumah aja aku jadi nggak terpengaruh dengan diskon di e-commerce mas, karena harus prepare sama dana kebutuhan dadakan. Bagusnya jadi makin bisa mengontrol keinginan belanja (maklum perempuan wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak Annafi. Itu godaan besar hahaha.
      Hanya bagusnya, kalau ada barang diskon, dan memang dibutuhkan, Mbak. itu wajib dibeli hehehe.

      Delete
  8. sejak nikah aku udah bikin arus cashflow keuangan nih mas Bambang, dan memang bener nih menahan godaan itu butuh effort karena harus utamakan kebutuhan ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mak Grandy. Soalnya masa pandemi begini, keinginan harus direm sekencang mungkin hahaha. Insya Allah kalau keadaan sudah membaik, maka 1- keinginan bolehlah kita penuhi. Termasuk keinginan jalan-jalan hehehe.

      Delete
  9. Aku juga mencatat pemasukan daei blog dan buzzing dg cara seperti yang Mas lakukan. Cuma, saya tulis tanggal posting juga tanggal penerimaannya. Keliatan deh berapa lama pembayarannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, sama, Mbak Ria. Saya kategorikan per bulan saat dapat job. Lalu saat fee cair, saya lingkari dan kasih tanggal hehehe.

      Delete
  10. Pembagian wilayah 3:1 menarik banget nih, 3 ditabung, 1 dibelanjain buat kebutuhan ya. Hmm semoga bisa deh, soalnya selama ini aku kebalikannya, 3 yang dibelanjain, bahkan malah susah nabung, hihi. Makasih tipsnya mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa, Mbak Lia. Mungkin secara bertahap. Misalnya 1:1 dulu, baru naik 2:1, selanjunya baru 3:1

      Delete
  11. Wah sebenarnya gak rumit ya yang harus disiapkan.. tinggal gemana kita konsisten aja... Swmoga dimudahkan ya meski suasananya sprti ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul,Mbak. Jadi secara bertahap dulu dan dibiasakan. Nanti lama-lama akan konsiten juga. Semangat...

      Delete
  12. Nah yang paling utama memang mempriorktaskan kebutuhan ya, bukan keinginan. Apalagi mama2 kayak saya nih, hehee...biasanya pengin ini itu. Harus sekuat tenaga nih sekarang mengendalikannya. Musim gini semua serba sulit. Harus kuat prihatin dulu nih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak Uniek. Soalnya kalau keinginan tidak kita kalahkan, maka imbasnya ke pengaturan keuangan. Apalagi kalau misalnya membeli sesuatu yang belum kita butuhkan sama sekali.

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.