Hal-Hal yang Bisa dilakukan Penulis Saat Masa Pembatasan Sosial - Masa pembatasan sosial atau Social Distancing sudah memasuki minggu ke 3. Bahkan di wilayah Gombong Kebumen, sekolah krucil saya sudah memperpanjang sampai 13 April 2020. Bahkan di daerah lain ada yang sampai Mei, termasuk beberapa derah sudah melakukan lockdown.
Dengan kondisi seperti ini, dan orang yang terkena virus corona semakin meningkat di Indonesia, maka mau tidak mau, kita harus mengikuti pembatasan sosial ini. Otomatis wajib #DirumahAja. Harapannya, semoga virus corona segera berakhir, dan kita semua bisa beraktivitas kembali dengan normal. Aamin.
Sebagai penulis lepas sejak tahun 2013 lalu, saya memang sudah terbiasa bekerja di rumah. Namun tetap, sesekali saya keluar rumah juga untuk refreshing sekaligus mencari bahan tulisan. Termasuk memncari rezeki di luar rumah juga.
Nah, dengan berlakunya masa pembatasan sosial ini, waktu saya di rumah memang otomatis lebih banyak. Selain menulis, pastinya saya bisa melakukan hal-hal lain yang masih berkaitan dengan menulis. Kalau menulis terus, dijamin akan jenuh, dan lama-lama akan bosan hehehe. Berikut hal-hal yang bisa dilakukan penulis saat masa pembatasan sosial :
Nah, draf di smarphone yang sudah saya pindahkan ke laptop, segera saya hapus dari file. Ini agar memory smartphone saya tidak kepenuhan. Saya pun bisa menulis draf baru.
Beres di smartphone, maka saya akan pindah ke laptop. Tahap ini, saya biasanya merapikan file-file dalam satu folder. Misalnya khusus naskah cerita anak saya ada beberapa folder. Misalnya Naskah yang kirim ke media, naskah yang kirim ke penebit, Naskah yang sudah dimuat di media, naskah yang sudah diterbitkan. Ini belum termasuk file naskah lainnya, misalnya naskah untuk postingan blog.
Dengan pengelompokan file seperti ini, maka saya akan lebih mudah mencari atau memgecek bank naskah saya. Selain itu, saat saya mencari satu naskah, saya dengan cepat menemukannya. Jadi idak pusing dan efisien waktu kan.. hehehe
Saat merapikan file naskah, saya juga sekalin menghapus file-file yang tidak perlu. Misalnya brief job yang sudah lewat, atau draf tulisan saya di media sosial. Ini bisa meluaskan kembali memory laptop saya.
Bisa juga naskah itu ditolak, lalu tidak diutak-atik lagi. Padahal naskah yang ditolk, belum tentu tidak bagus. Mungkin hanya kurang sesuai dengan media atau penerbitnya. Ibaratnya orang sukanya mie bakso, malah disodorin mie ayam. Jadi walau mie bakso itu enak, tapi kurang sesuai selera orang itu, akhirnya ditolak.
Nah, saatlah meneruskan ceritanya kembali. Saatnya kembali merevisi naskah yang ditolak, disesuai, lalu kirim ke media atau penerbit yang pas. Jadi jangan sampai file naskah itu jadi penghuni abadi folder di laptop kita. Sayang, karena percayalah, setiap naskah.
Juga tidak ketinggalan, ini saatnya mengeksekusi ide-ide yang kemarin bertebaran. Jangan membiarkan ide terlalu lama. sayan kalau menguap. Bahkan bisa bikin nangis bombay di pojokan kalau duluan dieksekusi penulis lain.
Jadi sejatinya seorang penulis tidak harus menulis... dan menulis terus. Wajib terus memperbanyak referensi. Apalagi zaman now, penulis itu lebih dipermudah. Misalnya dulu, saya harus ke perpustakaan mencari bahan atau menambah bahan tulisan. Bayangkan zaman now. Bisa sambil rebahan, maka bisa dapat yang kita butuhkan.
Begitu juga misalnya selama ini fokus menulis cerita ganre anak, bisa mulai belajar cerita ganre remaja dan cerita ganre dewasa. Bisa juga mulai menulis di blog atau platform lainnya juga. Pokoknya apa saja bisa kita peajari.
Soalnya menurut saya, semakin banyak jenis tulisan yang kita bisa, maka akan dunia menulis akan semakin bervariasi. Kalau hanya fokus menulis itu.. itu saja, maka akan jenuh juga. Kemudian, peluang menulis akan semakin lebar. Ada penawaran ini, kita bisa. Ada penawan menulis itu, kita bisa.
Jadi terus kobarkan semangat, karena semua tahapan menulis bisa dilalui. Tidak ada yang susah, karena semua bisa dipelajari. Lebih baik menjalani setiap tahapan menulis, daripada belum mulai, sudah mengeluh.
Sekali lagi, zaman now, dunia menulis semakin dipermudah. Termasuk soal menulis. Banyak sekali kelas-kelas menulis dibuka di media sosial. Baik yang berbayar ataupun gratis. Mau buat kelas bersama teman penulis juga boleh sekali.
Jadi manfaatkan masa pembatasan sosial ini dengan menambah skil menulis. Jelajahi media sosial, dan cari info-info menulis. Lalu sesuaikan dengan keinginan. Misalnya mau ikut kelas menulis cerita anak, bisa ikut kelas Kurcaci Pos hahaha... promosi.
Semalam saja, saya baru cek email. Saya dapat penawaran ikut kelas di Tempo Institute. Seru beragam kelas berbayar yang ditawarkan. Ada kelas Tehnik menulis untuk pemula, kelas merencanakan Infografis, menulis artikel ilmiah populer, kelas menulis cerita perjalanan autentik, dan teknik storytelling Kuliner. Seru-seru kan.. kalau minat ikutan saja.
Nah, saat dirapikan, kita bisa mengecek apakah buku kita masih aman dari rayap. Soalnya jangan salah, kadang kita mengira koleksi buku-buku kita aman-aman saja, tapi pas dicek.. wah sudah banyak dimakan rayap. Akhirnya nangis bombay di pojokan.
Selain mengecek buku-buku aman dari rayap, kita bisa mengecek juga apakah buku-buku tidak lembab atau basah kena air. Karena dalam situasi tertentu, kita tidak tahu, kalau ternyata buku-buku kita itu terkena air. Misalnya saja, pas kita tidak ada di rumah, turun hujan, dan genting ada yang bocor pas di abwah rak buku kita.
Saat beberes rak buku, kita bisa juga sekalian mengecek koleksi buku kita. Siapa tau ada koleksi yang tidak ada, ternyata si A pinjam belum mengembalikan. Dan kita pun lupa memintanya.
Bisa juga nih, saat membereskan rak buku, ternyata ada buku yang belum dibaca. Jadi bisa buat menambah bahan bacaan. Bisa juga ternyata ada stok buku yang kita tulis, atau ada buku dobel yang kita punya. Bisa tuh dijual.
Selain membranding diri, juga mencari peluang kan. Pasti banyak yang butuh buku untuk dibaca selama pembatasan sosial ini. Kemudian, kita juga mempromosikan diri sebagai penulis.
Jadi orang mengenal kita sebagai penulis beserta karyanya. Sstt editor itu bergerilya di media sosial, lho. Mereka itu rajin kepoin akun-akun penulis. Jadi siapa tahu, seteah melihat postingan kita, selanjutnya diajak menulis.
Jadi daripada menghabiskan waktu saat buka medsos, lebih baik kepoin akun-akun media sosial penerbit. Karena setiap info, mereka posting di sana, termasuk penerimaan naskah dan lomba menulis. Karena sekali lagi, zaman now penulis lebh dimudahkan. Beda zaman dulu.
Nah, peluang ini akan semakin lebar, kalau teman-teman menguasai beragam menulis. Makanya mulai sekarang semangat belajar. Hanya sekedar sharing ya, misalnya saya. Dulu saya itu hanya berfokus pada menulis cerita anak. Tapi di suatu ketika, saya mulai berpikir untuk keluar dari zona nyaman. Akhirnya saya belajar masuk ke dunia blogger. Walau masih belajar sampai saat ini, Alhamdulillah dunia blogger memberikan banyak peluang dan rezeki.
Ini sekalian menghapus-hapus email yang telah lewat. Soalnya jangan sampai email kepenuhan. Akhirnya nanti saat ada email baru masuk akan mental. Sayang, akhirnya peluang terbuang.
Nah, itulah hal-hal yan bisa dilakukan penulis di masa pembatasan sosial. Ini saya susun berdasarkan pengalaman pribadi, dan erat hubungannya dengan dunia menulis. Semoga bermanfaat ya, dan membuat teman-teman terus semangat menulis. Salam...
Dengan kondisi seperti ini, dan orang yang terkena virus corona semakin meningkat di Indonesia, maka mau tidak mau, kita harus mengikuti pembatasan sosial ini. Otomatis wajib #DirumahAja. Harapannya, semoga virus corona segera berakhir, dan kita semua bisa beraktivitas kembali dengan normal. Aamin.
Sebagai penulis lepas sejak tahun 2013 lalu, saya memang sudah terbiasa bekerja di rumah. Namun tetap, sesekali saya keluar rumah juga untuk refreshing sekaligus mencari bahan tulisan. Termasuk memncari rezeki di luar rumah juga.
Nah, dengan berlakunya masa pembatasan sosial ini, waktu saya di rumah memang otomatis lebih banyak. Selain menulis, pastinya saya bisa melakukan hal-hal lain yang masih berkaitan dengan menulis. Kalau menulis terus, dijamin akan jenuh, dan lama-lama akan bosan hehehe. Berikut hal-hal yang bisa dilakukan penulis saat masa pembatasan sosial :
Merapikan dan Mengecek File Tulisan
Hal pertama yang bisa penulis bisa lakuan saat masa pembatasan sosial adalah merapikan dan mengecek file tulisan. Kalau saya, saya akan cek di smartphone dan laptop saya. Soalnya, saya biasanya ngedraf dulu di smartphone, setelah itu saya pindahkan ke laptop.Nah, draf di smarphone yang sudah saya pindahkan ke laptop, segera saya hapus dari file. Ini agar memory smartphone saya tidak kepenuhan. Saya pun bisa menulis draf baru.
Beres di smartphone, maka saya akan pindah ke laptop. Tahap ini, saya biasanya merapikan file-file dalam satu folder. Misalnya khusus naskah cerita anak saya ada beberapa folder. Misalnya Naskah yang kirim ke media, naskah yang kirim ke penebit, Naskah yang sudah dimuat di media, naskah yang sudah diterbitkan. Ini belum termasuk file naskah lainnya, misalnya naskah untuk postingan blog.
Dengan pengelompokan file seperti ini, maka saya akan lebih mudah mencari atau memgecek bank naskah saya. Selain itu, saat saya mencari satu naskah, saya dengan cepat menemukannya. Jadi idak pusing dan efisien waktu kan.. hehehe
Saat merapikan file naskah, saya juga sekalin menghapus file-file yang tidak perlu. Misalnya brief job yang sudah lewat, atau draf tulisan saya di media sosial. Ini bisa meluaskan kembali memory laptop saya.
Semakin Semangat Menulis
Saat merapikan file-file naskah cerita di laptop, pastinya teman-teman akan menemukan file naskahnya yang ternyata belum selesai ditulis, entah karena satu dan lain hal, lalu akhirnya lupa. Padahal cerita sangat menarik.Bisa juga naskah itu ditolak, lalu tidak diutak-atik lagi. Padahal naskah yang ditolk, belum tentu tidak bagus. Mungkin hanya kurang sesuai dengan media atau penerbitnya. Ibaratnya orang sukanya mie bakso, malah disodorin mie ayam. Jadi walau mie bakso itu enak, tapi kurang sesuai selera orang itu, akhirnya ditolak.
Nah, saatlah meneruskan ceritanya kembali. Saatnya kembali merevisi naskah yang ditolak, disesuai, lalu kirim ke media atau penerbit yang pas. Jadi jangan sampai file naskah itu jadi penghuni abadi folder di laptop kita. Sayang, karena percayalah, setiap naskah.
Juga tidak ketinggalan, ini saatnya mengeksekusi ide-ide yang kemarin bertebaran. Jangan membiarkan ide terlalu lama. sayan kalau menguap. Bahkan bisa bikin nangis bombay di pojokan kalau duluan dieksekusi penulis lain.
Cari Referensi Tulisan Baru
Saat masa pembatasan sosial ini, saatnya penulis mencari referensi baru untuk amunisi menulis. Nah, referensi ini bisa dicari dari beragam. Mulai dari membaca, menonton kartun, nonton youtube, dan lainnya. Termasuk main ke blog saya yang banyak juga tips-tips menulis dan postingan cerita anak.Jadi sejatinya seorang penulis tidak harus menulis... dan menulis terus. Wajib terus memperbanyak referensi. Apalagi zaman now, penulis itu lebih dipermudah. Misalnya dulu, saya harus ke perpustakaan mencari bahan atau menambah bahan tulisan. Bayangkan zaman now. Bisa sambil rebahan, maka bisa dapat yang kita butuhkan.
Belajar Menulis Ganre Lain
Masa Pembatasan sosial ini menurut saya paling bagus belajar menulis ganre lain. Maksudnya kalau selama ini fokus menulis cerpen anak realis, boleh mulai belajar menuis dongeng, fabel, cerita msiteri dan juga cerita detektif. Kalau selama in hanya fokus menulis cerita anak 650-750 kata, bisa mulai belajar pictbook atau novel anak.Begitu juga misalnya selama ini fokus menulis cerita ganre anak, bisa mulai belajar cerita ganre remaja dan cerita ganre dewasa. Bisa juga mulai menulis di blog atau platform lainnya juga. Pokoknya apa saja bisa kita peajari.
Soalnya menurut saya, semakin banyak jenis tulisan yang kita bisa, maka akan dunia menulis akan semakin bervariasi. Kalau hanya fokus menulis itu.. itu saja, maka akan jenuh juga. Kemudian, peluang menulis akan semakin lebar. Ada penawaran ini, kita bisa. Ada penawan menulis itu, kita bisa.
Jadi terus kobarkan semangat, karena semua tahapan menulis bisa dilalui. Tidak ada yang susah, karena semua bisa dipelajari. Lebih baik menjalani setiap tahapan menulis, daripada belum mulai, sudah mengeluh.
Ikut Kelas Menulis Online
Yang merasa dulu ingin ikut kelas menulis, tapi terbentur waktu, mungkin saatnya bisa mewujudkan ikut kelas. Ini pastinya akan meningkatkan kemampuan menulis teman-teman. Dan karena waktunya sudah lowong, maka ikut kelas akan maksimal.Sekali lagi, zaman now, dunia menulis semakin dipermudah. Termasuk soal menulis. Banyak sekali kelas-kelas menulis dibuka di media sosial. Baik yang berbayar ataupun gratis. Mau buat kelas bersama teman penulis juga boleh sekali.
Jadi manfaatkan masa pembatasan sosial ini dengan menambah skil menulis. Jelajahi media sosial, dan cari info-info menulis. Lalu sesuaikan dengan keinginan. Misalnya mau ikut kelas menulis cerita anak, bisa ikut kelas Kurcaci Pos hahaha... promosi.
Semalam saja, saya baru cek email. Saya dapat penawaran ikut kelas di Tempo Institute. Seru beragam kelas berbayar yang ditawarkan. Ada kelas Tehnik menulis untuk pemula, kelas merencanakan Infografis, menulis artikel ilmiah populer, kelas menulis cerita perjalanan autentik, dan teknik storytelling Kuliner. Seru-seru kan.. kalau minat ikutan saja.
Memberes Rak Buku
Terkadang di hari biasa, penulis itu tidak sempat membereskan rak buku. Nah, inilah saat yan tepat bagi penulis untuk menyentuh buku-buku yanga da di rak. Tidak hanya membereskan atau merapikan saja lho, tapi juga mengecek keberadaan dan kondisi buku.Nah, saat dirapikan, kita bisa mengecek apakah buku kita masih aman dari rayap. Soalnya jangan salah, kadang kita mengira koleksi buku-buku kita aman-aman saja, tapi pas dicek.. wah sudah banyak dimakan rayap. Akhirnya nangis bombay di pojokan.
Selain mengecek buku-buku aman dari rayap, kita bisa mengecek juga apakah buku-buku tidak lembab atau basah kena air. Karena dalam situasi tertentu, kita tidak tahu, kalau ternyata buku-buku kita itu terkena air. Misalnya saja, pas kita tidak ada di rumah, turun hujan, dan genting ada yang bocor pas di abwah rak buku kita.
Saat beberes rak buku, kita bisa juga sekalian mengecek koleksi buku kita. Siapa tau ada koleksi yang tidak ada, ternyata si A pinjam belum mengembalikan. Dan kita pun lupa memintanya.
Bisa juga nih, saat membereskan rak buku, ternyata ada buku yang belum dibaca. Jadi bisa buat menambah bahan bacaan. Bisa juga ternyata ada stok buku yang kita tulis, atau ada buku dobel yang kita punya. Bisa tuh dijual.
Promo di Media Sosial
Biar postingan di media sosial lebih membantu kita sebagai penulis, jadi selama masa pembatasan sosial ini, kita bisa promo buku dan tulisan. Apalagi gratis, jadi harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Dan kebetulan saya pernah tulis juga Tips Promo Buku di Media Sosial.Selain membranding diri, juga mencari peluang kan. Pasti banyak yang butuh buku untuk dibaca selama pembatasan sosial ini. Kemudian, kita juga mempromosikan diri sebagai penulis.
Jadi orang mengenal kita sebagai penulis beserta karyanya. Sstt editor itu bergerilya di media sosial, lho. Mereka itu rajin kepoin akun-akun penulis. Jadi siapa tahu, seteah melihat postingan kita, selanjutnya diajak menulis.
Cari Peluang Menulis
Zaman now, zamannya menjemput bola. Jadi sebagai penulis, kita harus rajin mencari peluang menulis. Salah satunya peluang menulis itu, kini banyak di media sosial.Jadi daripada menghabiskan waktu saat buka medsos, lebih baik kepoin akun-akun media sosial penerbit. Karena setiap info, mereka posting di sana, termasuk penerimaan naskah dan lomba menulis. Karena sekali lagi, zaman now penulis lebh dimudahkan. Beda zaman dulu.
Nah, peluang ini akan semakin lebar, kalau teman-teman menguasai beragam menulis. Makanya mulai sekarang semangat belajar. Hanya sekedar sharing ya, misalnya saya. Dulu saya itu hanya berfokus pada menulis cerita anak. Tapi di suatu ketika, saya mulai berpikir untuk keluar dari zona nyaman. Akhirnya saya belajar masuk ke dunia blogger. Walau masih belajar sampai saat ini, Alhamdulillah dunia blogger memberikan banyak peluang dan rezeki.
Cek dan Bersih-Bersih Email
Ini termasuk penting dan wajb penulis lakukan saat masa pembatasan sosial ini. jadi jangan lupa cek email dan bersih-bersih. Siapa tahu saja, ada email masuk penawaran job. Sayang kalau sampai kelewat.Ini sekalian menghapus-hapus email yang telah lewat. Soalnya jangan sampai email kepenuhan. Akhirnya nanti saat ada email baru masuk akan mental. Sayang, akhirnya peluang terbuang.
Nah, itulah hal-hal yan bisa dilakukan penulis di masa pembatasan sosial. Ini saya susun berdasarkan pengalaman pribadi, dan erat hubungannya dengan dunia menulis. Semoga bermanfaat ya, dan membuat teman-teman terus semangat menulis. Salam...
Setuju dengan tipsnya pak. Di rumah aja tidak serta merta kreativitas kita luntur malah justru harus semakin diasah khususnya dalam kepenulisan. Semangattt
ReplyDeleteBenar sekali, Mbak Maria. Kita bisa menyesuaikan dengan keadaan, jadi terus bisa melakukan aktivitas yang bermanfaat.
DeleteNah, iya Mas Bambang. Kalau punya file yang rapi itu memang memudahkan. Kita jadi nggak repot nyarinya.
ReplyDeleteBenar, Mba Afin. Sesuai pengalaman saya, nyarinya pun lebih mudah. kapan butuh, sudah tahu file itu ada di folder mana hehehe.
DeleteGagal fokus sm pemandangan sawah di foto. Enak banget... Cari inspirasi di pinggir hamparan sawah. Thanks tipsnya pak, sgt bermanfaat 👍
ReplyDeleteItu sawah dekat rumah, Kak. Makanya saya suka juga ke sana duduk-duduk santai hehehe.
DeleteSebagai freelance writer kita emang udah dasarnya sering dirumah dari pada di luaran tapi saat kayak gini terasa juga boringnya. Belum bisa Refreshing
ReplyDeleteIya, Mbak Fiona. Makanya harus cari hal-hal membuat kita tidak jenuh selama masa pembatasan sosial ini.
DeleteSelalu iri dengan kemampuan para penulis. Pasti butuh waktu & latihan yah mas. Saya baru mau belajar nulis nih, walopun telat.
ReplyDeleteUntuk kelas online ada rekomendasi tidak mas?,
Menulis itu proses, Mbak Desi. Jadi semakin terus semangat menulis, maka menuis semakin mudah, cepat, dan menyenangkan.
DeleteMbak Desi mau ikut kelas online menulis apa, Mbak?
#WorkfromHome ini memang menjadiberkah bagi freelancer karena jadi punya banyakkesempatan untuk menggali referensi tulisan,seperti saya yang biasanya lebih menulis tentang travelingmencoba mengangkat isu sosial dan kemanuasiaan :). Terimakasih tulisan panjangnya jadi inspirasi untuk bisamenggali genre lainnya
ReplyDeleteIya, kak. Bagusnya bisa menulis banyak ganre, jadi peluang menulis semakin terbuka, pastinya potensi menulis kita lebih tergali dan terasah.
DeleteHahahah ... Bisa aja promonya. Jadi semangat belajar menulis cerita anak nih gara-gara lihat promonya :D
ReplyDeleteSekalian promo ditulisan sendiri ya, Mbak Irfa hahaha
DeleteMerapikan rak buku dan cek serta bersih-bersih email nih yang harus segera saya lakukan hahaha 😅 Tapi pas lihat rak buku malah berakhir keasikan membaca diantara tumpukan...
ReplyDeleteHahaha.. harusnya beresin raknya dulu, Mbak Dwi. Jadi sisihkan buku yang akan dibaca. Nah, kelar beresin rak, tinggal santai baca buku hehehe.
DeleteAdanya pembatasan jarak sosial bagi saya yang jadi admin media sosial Instagram Indonesia Saling Follow malah beroleh tambahan mandat berupa jadi admin kelas anak saya, ayangnya sebagian besar orang tua murid keberatan dengan sistem belajar online dari pusat dan ya, sudah. Yang segelintir saja mengerjakannya.
ReplyDeleteKadi, saya tidak punya waktu untuk lakukan hal yang Pak Bambang lakukan. Malah pekerjaan bertambah karena pada akhirnya Bu Guru mengalah dan memberikan tugas secara foto di WAG untuk dikerjakan anak di rumah. Artinya saya harus mendampingi anak dan memindajkan foto tersenut ke layar komputer sehingga bakal gantian pakai komputer dengan anak selain ponsel, he he.
Syukuri saja karena kita masih sehat dan selalu ada hal baru untuk dilakukan.
Oh ya, Palung saat ini malah kena cacar air jadi tidak bisa ke mana-mana, ada tenaga ekstra untuk merawatnya sampau sembuh total tapi disyukuri saja sakitnya saat sedang wabah gini sehingga bisa mengerjakan soal dari rumah dan tidak berani keluyuran karena harus dikarantina berkat cacar, he he.
Tetap produktif agar rezeki senantiasa mengalir lancar.Semoga kian banyak yang ikut kelas Pak Bambang. Seharusnya buku cerita untuk anak itu pasarnya potensial karena anak-anak sekarang harus di rumah saja.
Iya, Mbak Rohyati. Soal belajar di rumah ini banyak dikeluhkan juga, soalnya agak ribet. jadi semiga corona segera berakhir, dan kita semua bisa beaktivitas normal kembali ya, Mbak Rohyati. Aamin. Terus semangat, Mbak.
DeleteKalau saya jadi lumayan nambah kerjaan nih pak di rumah sejak pembatasan sosial, tapi bersyukur nya anak-anak jadi suka makan
ReplyDeleteAlhhamdulillah ya, Mbak Yani. Kalau anak suka makan, jadi daya tahan tubuh mereka juga terjaga dari virus ini. Semangat, Mbak Yani.
DeleteCek dan bebersih email ini usul yang brilian ini Mas Bambang. Soalnya email tugas2 mahasiswa yang semester lalu masih numpuk di email terafiliasi kampus. Untung aja Mas Bambang ingetin. Matur nuwun njih Mas...
ReplyDeleteNah, iya, Mbak Mia. karena kalau email penuh, maka tidak bisa masuk email baru, mental terus. Sayang kalau ada penawaran job.
DeleteSama-sama, Mbak Mia.
Saya karena sejak bekum adanya kasus ini rmang udah di rumah, jadi ya gak ada perbedaan antara sebelum dan kini.
ReplyDeleteSaya pun sudah terbiasa lebih banyak di rumah, Mbak Ida. Jadi paling kalau jenuh menulis, melakukan hal-hal lain.
DeleteEh sebenarnya memang banyak banget ya yang bisa dikerjakan walau sikon kayak gini ya mas. Aku jadi keinget belum beberes / bersih2 email. Sukses selalu mas Bambang :)
ReplyDeleteIya, Mbak Enny, khusus seputar dunia menulis, banyak hal yang bisa kita lakukan. Sukses selalu untuk Mbak Enny juga.
DeleteKarena sosial distancing ini, hubungan saya dengan blog membaik. Saya mencintai dunia blog ingin dan dunia tulis menulis kembali. Juga membedah blog agar performa lebih baik
ReplyDeleteKeren, Mbak Susi. jadi lebih banyak waktu menulis ya, Mbak Susi. terus semangat menulis, Mbak.
Delete