} Persetan dengan Ucapan Bapak! - Bambang Irwanto Ripto

Persetan dengan Ucapan Bapak!

 "Buat apa menulis? Bikin habis-habis uang saja. Bikin rusak mesin tik. Nanti juga di sana (maksudnya media) dibuang!"

30 tahun sudah berlalu. Namun ucapan Bapak saya itu terus tergingat kuat di kepala saya dan terus tergiang di telinga saya. 



Waktu itu, saya menang baru dalam tahap menulis secara otodidak. Saya belajar menulis disambi dengan tugas sekolah. Saya memang awalnya suka membaca, lalu dengan sendirinya ingin belajar menulis.

Tantangan menulis itu pasti ada. Dan ternyata tantangan terbesar dari Bapak Saya. Beliau yang seorang tentara, memang mana tahu serunya dunia menulis hahaha. 

Terus apa yang saya lakukan agar bisa terus bertahan menulis? 


Terus Semangat

Waktu Bapak saya bilang begitu, pastinya dong, saya sedih. Karena sejatinya, sosok Bapak itu kan, yang mendorong anaknya untuk maju. Lah.. Ini malah yang mematahkan semangat. Rasanya waktu itu, ingin langsung gantung meisn tik, tapi keberatan hahaha.

Nah, hal pertama saya lakukan adalah terus mempertahankan semangat menulis. Kerena tulah modal utama saya. Kapan semangat menulis sudah padam, maka kelar semua.

Cara agar saya terus bersemangat adalah dengan kembali ke niat awal saya menulis. Pertama saya suka menulis. Saya ingin berbagi cerita. Termasuk ingin punya uang jajan sendiri hehehe. Selain itu, saya terus membaca cerita-cerita yang sedang saya pelajari. Setiap kali ada orang dimuat, maka saat itulah semangat menulis saya bertambah.


Cari Celah

Ibarat pepatah, selalu ada jalan ke Roma  pasti ada celah yang bisa saya manfaatkan. Selama ini kan, kendala saya tidak bisa menulis, kalau Bapak saya ada di rumah. Berarti kalau tidak ada di rumah, saya pasti bisa menulis.

Nah, akhirnya ketemu waktunya. Jadi Bapak saya itu kan dinas harian dri pukul 7 pagi sampai pukul 2 siang. Lalu, pas saya STM kelas 1 itu, jadwal sekolah saya bervariasi. Senin pagi. Selasa siang, rabu kadang masuk, kadang libur karena gantian praktik dengan kelas lain. Jumat dan sabtu siang. Kapan Bapak saya tidak ada di rumah, itulah saya gunakan menulis. 

Kemudian, tahun berikutnya, saya beruntung karena Bapak saya ditugaskan di daerah di luar kota Makassar. Paling pulang seminggu sekali baru pulang. Malah kadang dua minggu kalau lagi banyak kerjaan proyek. Saya justru senang, dan makin berjayalah saya menulis hahaha.


Konsisten

Setelah ada peluang, maka saya usahakan terus konsisten menulis, agar nantonya proses menulis saya semaki cepat menuai hasil. Sama saja boong, kalau Bapak saya tidak ada di rumah, terus saya malah leyeh-leyeh dan malas menulis. Karena kesempatan itu tidak akan datang lagi.

Saya pun semakin semangat menulis. Terus berani mengirim naskah ke media cetak Ibukota. Walau hasilnya ditolak-tolak terus, tapi saya menikmati setiap proses menulis. Seperti pepatah, semua akan indah pada waktunya. Cailah... hahaha.


Pembuktian

Salah satu cara ampuh untuk mengatasi orang yang tak sepaham dengan kita adalah pembuktian. Saya tidak perlu berdebat dengan Bapak saya soal dunia menulis blablabla. Buntut-buntutnya juga saya yang kalah dengan ending.. "Apa kamu? Anak kecil sok pintar."

Mungkin kalau zaman now saya mengalami kejadian ini maka saya akan jawab, "its my dream. Not dad’s dream! "

Wkwkwkw.. 

Dan terbukti  Bapak saya akhirnya luluh, pas tulisan pertama saya dimuat di majalah MODE menepis cemburu. Lalu menyusul menang harapan Lomba Cerpen Remaja Harian Fajar Makassar, dimuat di Anita Cemerlang, sampai di media anak-anak, termasuk majalah Bobo. 

Pas honor pertama, malah Bapak saya yang mengantar mencairkan weselnya di kantor Pos. Lalu saya belikan baju buat Bapak saya juga rokok hahaha. 

Eh, Bapak saya malah ngomong, " Ya, udah, Mbang! Nulis lagi!" Hahaha. 

Dalam hati saya, uuh dulu aja, ngomongnya beda hehehe. 

Dari cerita saya di atas, saya yakin banyak teman-teman yang mengalami. Hanya saja beda permasalahan pilihan saja. Hanya tetap jalannya sama. Tidak perlu selalu menuruti ucapan orang tua. Asalkan apa yang kita kerjakan itu baik dan sesuai kemampuan kita, maju terussss. Logika kan, yang menjalani kita, yang akan merasakan kita juga.

Saya selalu berpikir,  seandainya, saya dulu menuruti apa kata Bapak saya, entah bagaimana nasib saya sekarang. Pastinya, saya akan mengalami hambatan juga. Termasuk saat pandemi sekarang ini. Mau cari kerja juga, susah juga. Terbentur umur dan pendidikan hehee. Alhamdulillah menulislah yang membuat saya terus mendapatkan rezeki.

Semoga cerita saya ini bisa menberi inspirasi pada teman-teman semua. Untuk judul, hanya sekadar gimmick, ya! Intinya, terus semangat mengejar apa yang dicita-citakan.. Semangat...

Bambang Irwanto

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Persetan dengan Ucapan Bapak!"

  1. Saat ortu melarang gini, memang harus dari kitanya membuktikan bahwa kita bisa survive dengan hal yg kita suka ya mas.

    Aku dulu juga gitu, papa neglarang aku masuk IPS, dan harus IPA. Padahal otakku memang anak IPS banget. Tapi aneh nya giliran kuliah ga masalah masuk akuntansi. Padahal itukan IPS 😂.

    Tapi aku ga mau kayak gitu ke anak2 ku. Mereka bebas lah mau belajar apa aja, asal ga melenceng dari agama. Dan beneran mau serius

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.