} Cara Memasukan Pesan Moral Pada Cerita Anak - Bambang Irwanto Ripto

Cara Memasukan Pesan Moral Pada Cerita Anak

Banyak teman yang bertanya kepada saya, apakah harus ada pesan moral pada cerita anak? Jawaban saya, ya! Dan berikut cara memasukkan pesan moral pada cerita anak.


memasukkan pesan moral pada cerita anak

Jadi sekali lagi ya, Pesan moral harus ada dalam cerita anak yang saya tulis. Karena pesan moral itulah yang sebenarnya ingin saya sampaikan kepada pembaca anak-anak melalui cerita yang saya tulis. Lalu biar ceritanya semakin ciamik, saya masukan info-info menarik juga sesuai ceritanya. Jadi setelah membaca cerita yang saya tulis, maka anak-anak akan mendapatkan sesuatu.

Misalnya pesan moralnya harus mendengarkan nasihat orang lain. Jadi ceritanya tentang Bu Rosela yang akan pergi ke peternakan lebah. Dia memakai banyak parfum. Semua temannya sudah mengingatkan. Tapi Bu Rosela ngeyel. Akhirnya di peternakan lebah, Bu Rosela disengat lebah. Kenapa? Karena lebah suka wangi-wangian, dan itulah info tambahannya. Cerita lengkapnya  mampir di sini, ya... 

cerita anak bambang irwanto


Lanjut lagi soal pesan moral dalam cerita anak, ya!
Nah, Lewat cerita, kita bisa menasihati anak soal ini itu, tanpa harus memberi tahu langsung yang nantinya akan terkesan menggurui. Dan memang, anak-anak banyak yang tidak nyaman bila dinasihati langsung. Malah mereka kadang menolak menerima nasihat. Kalau dibalikin ke kita lagi, pasti kita ogah dinasihati ini itu secara langsung oleh orang lain, kan? Hehehe...

Nah, bagaimana cara menyampaikan pesan moral pada cerita anak?
Berikut saya bagikan tipsnya yang saya susun sesuai pengalaman menulis saya (yang masih seuprit). Semoga bermanfaat.

Lewat Ucapan Tokoh Cerita

Pertama, pesan moral dalam cerita anak bisa disampaikan langsung oleh tokoh dalam cerita. Baik tokoh utama ataupun tokoh pendamping. Jadi disesuaikan saja sesuai kebutuhan ceritanya.

Misalnya, tokoh utmananya pemalas, maka tokoh pendamping yang memberi tahu agar jangan malas. Begitupun sebaliknya, kalau tokoh pemdamping yang malas, maka tokoh utama bisa memberi tahu langsung.

Hanya perlu diingat, pesan moral ini usahakan jangan disampaikan oleh tokoh orang dewasa dalam cerita. Istilah meminjam mulut orang dewasa. Misalnya orang tua, guru, kakek, Nenek, dan sebagainya. Karena kalau diucapkan oleh tokoh dewasa kesannya biasanya mengurui. Tapi bukannya tidak boleh, ya. Hanya dihindari saja.

Kalau saya, biasanya kehadiran tokoh orang dewasa memang sangat diperlukan dalam cerita. Jadi mau tidak mau harus ada. Kalau pun ada, hanya sebagai pendamping saja. Tokoh dewasa bisa memberi saran ini itu, tapi tetap tokoh anaknya yang menyelesaikan masalahnya.

Nah, untuk mensiasati hal ini, biasanya saya menggunakan tokoh anak dalam cerita untuk menyampaikan pesan moral secara langsung. Selain tokoh utama anak dalam cerita, temannya boleh, sepupunya boleh. Maksimal saya menggunakan tokoh kakaknya. Itupun usianya paling jauh beda usia 2 tahun.


Lewat Kalimat Dalam Cerita

Kedua, pesan moral dalam cerita anak bisa disampaikan lewat kalimat-kalimat dalam cerita. Itupun tidak semua bagian, dan hanya satu paragraf saja. Jadi sebenarnya, hampir sama dengan ucapan langsung. Hanya ini ditulis menjadi kalimat tak langsung. Tapi inti pesan moralnya tetap sama.

Misalnya :
 “Makanya, kamu jangan malas! Kamu rugi sendiri!”
Ruri Kurcaci pun menangis sedih. Kini tidak ada lagi persediaan makanan dalam lemari makanannya, padahal musim dingin sudah tiba. Malas memang bisa merugikan diri sendiri.

Yang perlu diingat, memasukan pesan dengan cara ini, letaknya di hampir ujung cerita. Jadi bukan di opening. Begitu masuk cerita, pembaca anak langsung dicecar dengan beragam nasihat ini dan itu. Baru mulai membaca cerita, pembaca anak sudah pusing duluan hehehe.


Lewat Alur Cerita

Pesan Moral pada cerita anak, bisa disampaikan lewat alur cerita atau tersirat. Penyampaian ini sangat halus, karena memang tidak diucapkan langsung oleh tokoh dalam cerita atau ditulis langsung dalam narasi, tapi melalui adegan-adegan yang dimainkan oleh tokohnya.

Misalnya cerita mengenai kurcaci yang malas. Musim dingin hampir tiba, tapi dia masih saja malas bekerja mencari uang untuk membeli makanan. Entar besok... entar besok saja... Dan ternyata musim dingin datang lebih cepat. Akhirnya Kurcaci itu panik dan tidak mempunyai persediaan makanan.

Jadi tidak perlu ada kurcaci lain yang menasihatinya ini itu, agar tidak malas lagi. Atau tidak perlu  nasihatnyaditulis lewat langsung lewat kalimat dalam cerita, Tapi bisa dari kejadian-kejadian yang dialami oleh tokohnya. Karena dia malas, maka akan merugikan dirinya sendiri. Tidak ada persediaan makanan, dia kelaparan, dan sebagainya. Sampai akhirnya di ending cerita, dia sadar, dan tidak malas lagi.

Nah, demikian tips singkat dan sederhana dari say, Cara Memasukkan Pesan Moral pada Cerita Anak. Semoga bermanfaat dan memotivasi teman-teman untuk terus semangat menulis cerita anak. Salam semangat menulis.

Bambang Irwanto



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cara Memasukan Pesan Moral Pada Cerita Anak"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.