Teman-teman pernah ke Kawasan Kota Tua Jakarta? Pastinya sudah banyak yang pergi ke sana, ya. Apalagi Kota Tua memang salah satu tujuan wisata favorit. Yang berkunjung ke Jakarta, wajib ke kota Tua, karena dari sanalah Sejarah kota Jakarta berawal dari nama Batavia sejak zaman VOC.
Bagi yang suka menyambangi museum, Kota Tua memang tempat paling tepat. Banyak museum berada di sini. Mulai dari Museum Sejarah Jakarta, museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, sampai dengan Museum Bank Mandiri, dan Museum bank Indonesia. Dekat juga dengan stasiun kota Tua yang ada sejak zaman Belanda dan dulunya bernama Stasiun BEOS.
Tugu Penurunan Tanah
Nah, di sekitar Kota Tua, tepatnya di jembatan Kali Besar, ternyata ada sebuah Tugu penting bagi Jakarta. Saya jujur, sudah berulang kali lewat situ bila kek kota tua, tapi baru ngeh ada tugu itu, soalnya kalau naik Transjakarta, pasti akan turun di halte kali besar. Dan saya baru tahu ada sebuah tugu. Namanya Tugu penurunan Tanah Jakarta.
Tugu Penurunan Tanah Jakarta ini dibangun oleh beberapa Lembaga. Seperti JICA atau Badan Kerja sama Internasional Jepang, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan Pemprov DKI Jakarta. Merupakan bagian dari Upaya Bersama mengatasi masalah penurunan tanah di Jakarta.
Tugu penurunan Tanah yang tingginya 1,5 meter di atas jembatan kali besar ini ini sebagai tanda peringatan yang menunjukkan fenomena penurunan permukaan tanah yang terjadi di Jakarta utara khususnya sejak 1974 hingga 2020.
Penyebab Penurunan Tanah di Jakarta
Sesuai data, penurunan tanah di Jakarta sudah 3x tinggi orang dewasa atau rata-rata 3,9 cm per tahun. Tingkat penurunan bahkan bisa mencapai 20-28 cm di beberapa titik. Bila ini terus berlangsung, maka diperkirakan tahun 2050, Jakarta akan tenggelam. Astaga... jangan sampai ini terjadi. Jakarta merupakan kota menyenangkan bagi saya.
Penurunan tanah di Jakarta disebabkan pemompaan air tanah yang berlebihan untuk berbagai kebutuhan. Termasuk pembuatan sumur resapan. Pastinya semakin bertambahnya penduduk di Jakarta, pembuatan sumur resapan juga bertambah banyak. Padahal, sekitar 70 % air tanah sudah terkontaminasi dengan Tinja. Selain itu, beban bangunan dan infrastruktur juga berkontribusi penurunan tanah.
Bukti Penurunan Tanah di Jakarta
Soal penurunan Tanah di Jakarta ini, memnag bukan hanya isapan jempol saja, lho. Saya sudah membukti dengan mata kepala sendiri saat saya ikut Free Guined Walking tour.
Pertama saat ikut sesi eksplore kampung arab Pekojan. Bangunan Langgar tinggi itu tampak sangat turun. Bahkan bagunan Tingkat duanya, sudah hampir sejajar dengan jalan raya. Dari foto yang saya jepret di bawah ini, tampak jalan raya lebih tinggi dari bagian bawah tanah. Sehingga harus berjalan turun pula.
Begitu juga saat sesi eksplore kali besar sampai museum Bahari. Pintu masuk museum Bahari Sudah turun. Padahal sejatinya itu bangunan kolonial Belanda yang pintunya tinggi. Perhatikan foto hasil jepretan saya di bawah ini. Itu lantainya agak melengkung karena bagian tengahnya turun
Pencegahan Penurunan Tanah Jakarta
Pastinya ya, kehadiran Tugu Penurunan Tanah Jakarta di jembatan Besar bukan sekadar pajangan atau penghias atau spot untuk selfie. Tapi sebagai peringatan kepada kita semua, bahwa penurunan tanah di Jakarta akan terus terjadi. Dan jangan sampai 2050 Jakarta akan tenggelam.
Jadi solusi paling tepat adalah semakin bijak menggunakan air tanah. Bisa dengan beralih menggunakan air PAM. Selain itu juga memperbanyak lahan terbuka hijau. Kemudian biar beban tanah tidak semakin bertambah, pembangunan gedung-gedung juga harus dibatasi.
Jadi saat ke Kota Tua, mampir ya, ke tugu penurunan Tanaha Jakarta. Sydha dilengkapi dengan informasi juga. bahkan di satu sisinya, tersedia huruf brille juga untuk membant teman-teman yang tunanetra.
Bambang Irwanto
0 Response to "Tugu Penting untuk Jakarta dan Tak Boleh Diabaikan"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.