} Gaji Pertama Saya - Bambang Irwanto Ripto

Gaji Pertama Saya


Gaji Pertama Saya - Bicara soal gaji pertama saya... ehm, berarti saya harus memutar kembali memori saya ke tahun 1998.  Berarti sekitar 21 tahun yang lalu, saat saya masih muda belia, ceria dan penuh semangat. Sekarang... tetap.. hahaha.



Jadi seperti yang diketahui, tahun 1998 itu kan, krismon. Bukan Krisdayanti montok, tapi krisis moneter. Indonesia pun sedikit guncang. Banyak perusahaan tutup dan pemutusan hubungan kerja di mana-mana. Otomatis cari kerja semakin sulit. Lah yang kerja saja diPHK, bagaimana mau menerima pekerja baru.

Makanya saya ini agak bingung. Soalnya sudah cari kerjaan di mana-mana, tetap saja hasilnya zonk. Apalagi saya kan juga terbilang lulusan baru, jadi pengalaman kerja juga belum ada. Apalagi, saya ini hanya tamatan STM jurusan elektronika, lalu ditambah kursus televisi di Balai Latihan Kerja (BLK) selama 3 bulan. Mau diam di rumah terus juga tidak nyaman.

Walau pelarian saya bisa dengan menulis, hanya tahun 1998 itu saya juga masih belajar menulis. Jadi naskah-naskah cerita anak yang saya kirimkan ke media anak, termasuk majalah Bobo, belum satu pun mendapatkan hasil. Masa itu, saya baru berhasil tembus majalah MODE dan Anita. Tapi... krismon, membuat juga majalah gulung tikar. Selain itu, paling kalau suntuk, saya ke perpustakaan wilayah di dekat rumah saya atau naik sepeda keliling kota Makassar hehehe.

Nah, suatu hari, teman Ibu saya datang ke rumah. Saya memanggilnya Tante Wasito, karena suaminya itu teman Bapak saya juga. Tante Wasito menyampaikan, kalau ada lowongan “Tenaga Marketing” di sebuah penjualan es putar Citra. Tante Wasito itu dengar lowongannya di radio Telstar. Gajinya sebulan 125 ribu. Dapat makan.

Wah, ibarat mendapatkan setetes air di tengah gurun tandus, tanpa pikir panjang, saya langsung mau. Pokoknya pikir saya, waktu itu, keluar rumah saja. Apalagi anaknya Tante Wasito, si Gatot juga mau melamar. Maka saya pun siapkan lamaran, sambil berdoa semoga ke terima.

Besoknya, saya pergi ke salah satu cabang es putar Citra. Ibarat orang melamar, dandanan rapi, dong. Pakai kemeja putih, celana kain hitam, sepatu kulit, rambut juga disisir rapi pakai minyak rambut orang aring hahaha. Soalnya, dalam pikiran saya nih, itu es putar Citra adanya di sebuah ruko, kafe atau warung.

Jadi es putar itu semacam es krim. Hanya saat membuat, itu tong es diputar-putar secara manual, lalu sekitarnya diberi es dan garam. Biasa hadir di acara pernikahan juga.

Sampai di sana, saya agak terkejut. Soalnya es putar Citra ini hanya sebuah gerobak yang mangkal di tepi jalan. Hanya memang gerobangnya baru. Saya pun disuruh menunggu pemiliknya. Namanya Daeng Iwan (Daeng = kakak). Tidak lama datang Daeng Iwan.

Daeng Iwan pun menjelaskan cara kerjanya. Jadi nantinya saya akan berpatner dengan Kak Syukur. Setiap pagi, saya harus paling lambat datang pukul 7 pagi. Setelah itu, mendorong gerobak ke tempat mangkal. Setelah itu, es putar dan bahan-bahan lainnya akan diantar. Selanjutnya saya dan Kak Syukur akan mempersiapkan segalanya. Mulai dari memotong-motong nangka, mengeluarkan durian, pokoknya persiapan sampai es putar siap jual. Siap 86 hehehe...

Besoknya saya datang lagi. Tapi penampilan saya beda dari kemarin. Pakai kaos saja dan celana panjang, lalu sandal hahaha. Mulailah hari-hari kerja saya. Ramai sih, soalnya di depannya itu sekolah Islam Athira milik Pak Yusuf Kalla yang termasuk sekolah orang kaya. Jadi mereka pada doyan jajan. Seporsi harganya 1500. Topingnya, pakai durian, nangka, tape. Ada langganan saya itu suami istri. Mereka naik becak dari rumahnya hanya ingin menikmati es putar.

Pastinya banyak pengalaman ya, misalnya ternyata tetangga saya itu, cucunya sekolah di Athira. Jadi pas dia jajan bareng temannya, dia perhatikan saya terus, sambil nyeletuk, “Ih, penjualnya kayak tetangga Nenekku!” hahaha saya mesem-mesem doang.

Lainnya, teman kakak saya itu ananya sekolah juga di TK. Nah, dia itu dulu sekolah SD-nya pas di belakang rumah saya. Terus kan dulu di rumah saya buka toko. Jadi dia sering jajan. Terus pernah Kak Lia itu buka sewa buku dan saya suka sewa bukunya hahaha. Maknya Jadi pas beli es putar dia perhatikan saya terus, “Eh, kamu Bambang ya, adiknya Dewi?” Ya saya mengangguk saja.

Tapi yang paling seru, saat tetangga saya itu jemput anaknya yang TK juga. Namanya Bu Margianto. Nah, pas dia mau beli, saya pura-pura mau buang air kecil hahaha. Soalnya belum waktunya membuka penyamaran. Bisa heboh nanti para tetangga saya hahaha.

Jujur sih, selama kerja di es putar saya senang. Soalnya Kak Syukur baik. Terus penjual di sekitar juga baik-baik. Kadang tukar-tukar jualan. Ada gado-gado, juga es buah. Pokoknya sangat kekeluargaan.

Jam kerja saya sampai pukul 5 sore. Nah, sebelum pukul 5, sudah ada Deang siapa ya, bersama anaknya datang. Nanti kalau masih sisa, Daeng ini akan mendorong gerobak sampai ke jalan Ahmad Yani depan BCA. Nah, di sana banyak pelangganan. Soalnya di sana daerah perkantoran.

Setelah bekerja sebulan, akhirnya saya gajian. Duh senangnya dapat gaji 125 ribu. Uang segitu di saat krismon sangat berarti. Setidaknya bisa mengisi dompet saya, dan juga tambahan uang belanja Ibu saya hehehe.

Hanya sekitar dua bulan saya kerja di es putar Citra, karena Ibu saya menyuruh coba merantau ke Jakarta. Kebetulan ada Om saya yang bekerja di PT Yasonta Sharp. Jadi harapannya, saya kan jurusan elektronika televisi, bisa tuh masuk sana.

Pas pamitan sedih juga sih, soalnya saya mulai merasa nyaman dengan pekerjaannya. Itu waktu tidak terasa. Pergi pagi, tau-tau sudah sore. Jadi masalah gaji kecil itu tidak terpikirkan. Deang Iwan juga kasih saya sangu 100 ribu buat uang jalan.

Itulah cerita seputar gaji pertama saya. Di sinilah sebagai langkah awal saya menuju dunia kerja yang sesungguhnya. Dan dari sinilah perjalanan hidup merantau saya dimulai. Jauh dari orang tua, saudara, dan rumah hehehe.


Bambang Irwanto



Subscribe to receive free email updates:

22 Responses to "Gaji Pertama Saya"

  1. Tergolong gede tu, saya yang kerjanya hampir 24 jam saja hanya 200ribuan, sebagai penjaga sekaligus tukang bersih shoroom motor di umbulharjo jogja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mas. Alhamdulillah. Apalagi dapat makan, bisa makan es putar, dan paling penting suasana kerjanya menyenangkan.

      Delete
  2. Wah susah ya cari kerja jaman krismon, untung masnya dapat pekerjaan juga pada akhirnya. Walau gajinya mungkin terbilang kecil tapi tetap beruntung ya mas, dibanding nggak kerja sama sekali~ jaman krismon saya masih SD jadi nggak begitu merasakan efeknya hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, masih bersyukur sekali. Istilahnya, tidak harus nongkrong saja di rumah yang bisa bikin kepala puyeng hahaha.
      Apalagi kerjanya enjoy, jadi masalah gaji itu nomor sekian hehehe.

      Delete
  3. seneng banget yaa nerima gaji pertama rasanya bak terbang di udara :D
    alhamdulillah gaji pertama sukses buat nambahin ongkos naik bis dan jajan di bulan berikutnya waktu kerja honorer di bank dulu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, soalnya terasa banget dari hasil kerja. Walau sebelumnya saya sudah beberapa kali menerima uang hasil menulis, tetap saja berbeda hehehe.

      Delete
  4. Seru juga pengalamannya. Soalnya, gai pertama. Walaupun kecil, gaji pertama itu kenang-kenangan punya uang sendiri dari hasil keringat sendiri. Sekarang pasti gainya sudah besar di perantauan, hehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak Windhu. jadi moment menentukan dalam hidupp saya hehehe.
      Sekarang gajinya ga tentu, Mbak. Soalnya penulis freelance . Tapi Alhamdulillah selalu ada rezeki dari menulis.

      Delete
  5. Wow es putar. Aku belum pernah Coba es putar, hehe kayaknya sekarang udah jarang ya? Ngomong2 gaji pertama, seneng banget memang dapat gaji pertama bagaikan mendapat setetes embun Di Padang sahara

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak Visya. Soalnya pembuatannya masih manual. Dan tidak semua orang bisa buatnya. Gaji pertama memang mengesankan, Mbak hehehe.

      Delete
  6. Gaji pertama itu pasti selalu diingat yah, bang. Penuh kenangan dan perjuangan saat bisa menghasilkan uang sendiri. Duit 100 ribu pun berharga sekali kalo uda dibutuhkan ya,bang. Penuh perjuangan dalam mencari nafkah memang semoga semakin berkah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekali, Mbak Ririn.
      jangankan uang 100 ribu, 10 rupiah saja kalau pas butuh dan nemu, itu senangnya, Mbak hehehe.

      Delete
  7. Daku gaji pertama buat nebus ijazah pak, haha.. Kerja pertama kali tapi ijazah belum turun, 🙈😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, Mbak Fenni.
      jadi ada rezeki. Walau ijazah belum keluar, tetap bisa dapat kerjaan. Dan akhirnya bisa bermanfaat, termasuk nebus ijazahnya.

      Delete
  8. Gaji pertama selalu berkesan ya, Mas. Saya juga waktu pertama kali gajian rasanya seneng banget. Langsung beli hp huahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, keren tuh, Mbak. Hapenya harusnya disimpan terus sebagai kenang-kenangan hehehe.
      Tapi gaji pertama sama saat saya dapat honor pertama menulis. Itu memang berkesan sekali.

      Delete
  9. Replies
    1. Iya, Mbak Alia. terlalu manis untuk dilupakan hahaha.

      Delete
  10. Gaji pertamaku hmmm buat bayarin sekolah2 adikku, nraktir 5 adikku dan Ibuku nonton bioskop trus ke mekdi wkwkwkwk. Gaji kedua begitu lagi. Gaji ketiga begitu lagi. Tiap gajian yg diingat adik2 sama Ibuku. Dan, akhirnya aku diomelin Ibu karena tiga kali gajian gak punya sepatu baru buat ngantor.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini malah keren, Mbak Maria. Jadi semua merasakan kebahagiaan.
      Kalau sepatu, gaji berikutnya bisa beli, tapi kebersamaan dan kebahagiaan seperti ini, akan dikenang selamanya.

      Delete
  11. Saya salut dengan orang-orang yang bekerja dan menitik dari bawah.
    Perjuangan dan pengalaman itu menjadi begitu berharga dan bernilai
    Tp 125k di tahun 1998 itu udah terbilang lumayan ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Memang segala sesuatu harus dimulai dari bawah, dari tangga awal, lalu semangat meniti anak-anak tangga berikutnya. Jadi nikmati semua proses.

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.