Kredit Motor ala Penulis Freelance - Sebagai penulis freelance, penghasilan saya tiap bulannya tak menentu. Kadang lebih, kadang cukup. Dan itu sudah saya sadari sejak memutus menjadi penulis freelance 15 tahun yang lalu.Tapi Alhamdulillah, rezeki menulis selalu ada, asal terus semangat.
Nah, dulu itu impian saya adalah mempunya kendaraan sendiri, terutama motor. Ada sih, motor adik saya yang dititipin ke saya. Tapi kan alangkah enaknya kalau punya sendiri, dan hasil dari menulis. Apalagi bisa saja adik saya itu ambil motornya, karena memang akan dibutuhkan.
Nah zaman itu, motor rata-rata sudah di atas 12 juta lebih. Dan untuk membeli motor secara tunai, saya angkat tangan. Mau nabung, duh lama juga ya. Terus pas nabung itu, biasanya sesuai pengalaman, pas nabung itu ada saja kebutuhan mendadak. Mau tidak mau uang tabungan harus ditarik.
Padahal kalau ada motor, saya bisa ke mana-mana. Urusan juga bisa cepat kelar. Apalagi keperluan menulis itu kadang membutuhkan waktu yang cepat dan harus segera tuntas. Misalnya, pernah ada sesuatu yang harus ditandatangani plus ditempeli materi, plus discan lagi dan dikirim ulang. Untuk pas masih ada motor adik saya. Kalau tidak, duh bisa repot saya.
Akhirnya setelah maju mundur tampan rupawan hahaha, akhirnya saya memutuskan untuk kredit motor. Apalagi kebetulan suami sepupu saya itu, kerja di dealar salah satu merek motor. Jadi prosesnya tidak susah. Malam ini saya ngomong ke dia, blabala... besoknya motor sudah diantar. Uang muka dan prosesnya juga di rumah hehehe.
Walau saya sadar sih, itu agak lumayan selisihnya kalau beli tunai. Tapi menurut saya tidak apa-apa sih, soalnya hitung-hitung saya sewa motor. Ibu saya malah bilang, hitung-hitung arisan. Tetangga saya malah bilang, kalau tidak cicil, ya tidak bisa punya barang hehehe.
Ada banyak teman menyarankan, beli motor bekas saja. Banyak motor bekas, tapi mesinnya dan bodynya masih kinclong. Tapi saya penginnya yang baru. Apalagi baru punya motor ya. Lagipula saya agak malas ngurus balik nama dan sebagainya.
Akhirnya saya mengajukan kredit. Dan Alhamdulillah bisa punya motor tahun 2013 hahaha. Tahun 2015, Alhamdulillah beli lagi buat cadangan. Malah cicilannya cepat. Yang motor pertama cicilan 11 bulan, saya lunasi 8 bulan. Sedangkan motor 1 cicilan 23 bulan, saya lunasi 18 bulan. Kok bisa ya...
Jadi setelah saya pelajari, ternyata memang kuncinya itu di uang muka. Ini menurut saya ya. Semakin besar uang muka, maka cicilan juga sedikit atau semakin ringan. Sebaliknya, semakin sedikit uang mukanya, maka cicilannya akan besar juga dan lama. Padahal semakin lama angsuran, maka semakin besar selisihnya, bila membeli tunai.
Makanya nih, saat saya ngambil motor 2 kali, saya selalu ditegasin lagi. “Tidak sekalian ambil angsuran sekian, Mas?” maksudnya angsuran yang lebih lama.
Bahkan pas, waktu membeli kontan motor adik saya, saya kan becanda sama Enci-nya. “Ci, ini tidak ada diskon? Kan kontan!”
Eh, Enci-nya malah menjawab, “ Saya justru sukanya dicicil, Mas. Lebih banyak untung.” Eh... hahaha.
Makanya, pas memutuskan kedit motor, saya memang sudah ada dana. Jadi awal ambil motor pertama, saya pegang uang itu 9 juta. 7 juta saya pakai untuk DP, 2 juta persiapan untuk bayar cicilan. Lalu pas ambil motor kedua, uang saya 7 juta. DP 5 juta, dan 2 juta buat persiapan cicilan. Pokoknya persiapan angsuran selama 3 kali atau 3 bulan.
Dan, ternyata, ini sesuai pengalaman saya juga, ya. Kalau uang mukanya besar, selain nanti angusran ringan, juga proses mengurus surat-surat cepat. Karena dana kita itu, memang yang digunakan untuk mengurus surat-surat motor kita.
Nah, begitu setiap bulannya saya mencicil motor saya. Bila ada penghasilan lebih, saya bayar saja dua atau 3 bulan. Jadi saat bulan berikutnya pemasukan saya sedikit, saya bisa tetap memakai uang dari pos yang 2 juta itu. Atau kalau banyak kebutuhan mendesak, bisa lewat dulu bayarnya.
Apalagi, tagihan kredit motor itu tidak sperti tagihan listrik, yang misalnya tanggal 1 setiap bulan baru bisa bayar. Tagihan motor bisa fleksibel. Misalnya tagihan bulan ini masih bulan Juni, tapi saya mau bayar yang agustus, dan september bisa. Nanti jatuh temponya disesuaikan dengan tagihannya. Pembayaran juga bisa di mana saja. Pas saya berada di kota lain, saya bisa tetap bayar.
Dan Alhamdulilalh, rezeki menulis itu lancar dan selalu datang darimana saja. Misalnya, pas kredit motor, cerita saya hampir tiap minggu dimuat di majalah Bobo. Tercatat 19 minggu berturut-turut, dan ada dua edisi yang memuat 2 cerita saya. Itu belum yang dimuat di bulan-bulan lainnya.
Terus, Alhamdulillah kelas menulis cerita anak Kurcaci Pos ramai. Bahkan pernah dalam sebulan, saya itu ada 3 kelas sekaligus, dengan masing-masing kelas ada 10-11 orang. Ditambah pemuatan cerita di media anak lainnya, termasuk masih menjadi penulis freelance di salah satu penerbit buku anak di Malaysia.
Rezeki tak terduga juga kadang datang. Misalnya di akhir masa pelunasan itu, saya dapat honor menulis dari penerbit malaysia sebanyak 7 juta. Nah langsung saya lunasi motor pertama. Begitu juga motor kedua, saya dapat uang naskah beli putus sebagak 6 juta dan itu langsung saya lunasi. Malah pas ambil BPKB, Mbaknya berujar, “Tidak kredit lagi, Pak? Proses cepat hanya sejam langsung cair. Hanya tinggal BPKB.”
Saya ya, langsung senyum tampan rupawan. Orang buru-buru mau dilunasin, baru lunas, sudah disuruh cicil lagi hahaha.
Nah, demikian cerita saya dan motor kredit saya. Cerita ini bukan bermaksud mengajak berutang ya, tapi hanya sharing pengalaman pribadi. Intinya di cerita ini, saya bisa ambil hikmah. Kalau saya menginginkan sesuatu untuk menunjang kebutuhan saya, lalu ihtiar, dan semangat, maka Insya Allah rezeki akan datang. Aamiin...
Nah, dulu itu impian saya adalah mempunya kendaraan sendiri, terutama motor. Ada sih, motor adik saya yang dititipin ke saya. Tapi kan alangkah enaknya kalau punya sendiri, dan hasil dari menulis. Apalagi bisa saja adik saya itu ambil motornya, karena memang akan dibutuhkan.
Nah zaman itu, motor rata-rata sudah di atas 12 juta lebih. Dan untuk membeli motor secara tunai, saya angkat tangan. Mau nabung, duh lama juga ya. Terus pas nabung itu, biasanya sesuai pengalaman, pas nabung itu ada saja kebutuhan mendadak. Mau tidak mau uang tabungan harus ditarik.
Padahal kalau ada motor, saya bisa ke mana-mana. Urusan juga bisa cepat kelar. Apalagi keperluan menulis itu kadang membutuhkan waktu yang cepat dan harus segera tuntas. Misalnya, pernah ada sesuatu yang harus ditandatangani plus ditempeli materi, plus discan lagi dan dikirim ulang. Untuk pas masih ada motor adik saya. Kalau tidak, duh bisa repot saya.
Akhirnya setelah maju mundur tampan rupawan hahaha, akhirnya saya memutuskan untuk kredit motor. Apalagi kebetulan suami sepupu saya itu, kerja di dealar salah satu merek motor. Jadi prosesnya tidak susah. Malam ini saya ngomong ke dia, blabala... besoknya motor sudah diantar. Uang muka dan prosesnya juga di rumah hehehe.
Walau saya sadar sih, itu agak lumayan selisihnya kalau beli tunai. Tapi menurut saya tidak apa-apa sih, soalnya hitung-hitung saya sewa motor. Ibu saya malah bilang, hitung-hitung arisan. Tetangga saya malah bilang, kalau tidak cicil, ya tidak bisa punya barang hehehe.
Ada banyak teman menyarankan, beli motor bekas saja. Banyak motor bekas, tapi mesinnya dan bodynya masih kinclong. Tapi saya penginnya yang baru. Apalagi baru punya motor ya. Lagipula saya agak malas ngurus balik nama dan sebagainya.
Akhirnya saya mengajukan kredit. Dan Alhamdulillah bisa punya motor tahun 2013 hahaha. Tahun 2015, Alhamdulillah beli lagi buat cadangan. Malah cicilannya cepat. Yang motor pertama cicilan 11 bulan, saya lunasi 8 bulan. Sedangkan motor 1 cicilan 23 bulan, saya lunasi 18 bulan. Kok bisa ya...
Nah ada yang penasaran, ini dia kredit motor ala penulis freelance
Bayar Uang Muka Lebih Besar
Nah, saat saya mulai niat ambil motor, saya memang sudah rajin ngumpulin brosur motor hahaha. Pokoknya pas di suatu tempat ada brosur motor, ambil. Jadi saya pelajari dulu sistemnya. Termasuk berapa kalau uang mukanya sekian, maka cicilannya sekian, dan berapa tahun lamanya.Jadi setelah saya pelajari, ternyata memang kuncinya itu di uang muka. Ini menurut saya ya. Semakin besar uang muka, maka cicilan juga sedikit atau semakin ringan. Sebaliknya, semakin sedikit uang mukanya, maka cicilannya akan besar juga dan lama. Padahal semakin lama angsuran, maka semakin besar selisihnya, bila membeli tunai.
Makanya nih, saat saya ngambil motor 2 kali, saya selalu ditegasin lagi. “Tidak sekalian ambil angsuran sekian, Mas?” maksudnya angsuran yang lebih lama.
Bahkan pas, waktu membeli kontan motor adik saya, saya kan becanda sama Enci-nya. “Ci, ini tidak ada diskon? Kan kontan!”
Eh, Enci-nya malah menjawab, “ Saya justru sukanya dicicil, Mas. Lebih banyak untung.” Eh... hahaha.
Makanya, pas memutuskan kedit motor, saya memang sudah ada dana. Jadi awal ambil motor pertama, saya pegang uang itu 9 juta. 7 juta saya pakai untuk DP, 2 juta persiapan untuk bayar cicilan. Lalu pas ambil motor kedua, uang saya 7 juta. DP 5 juta, dan 2 juta buat persiapan cicilan. Pokoknya persiapan angsuran selama 3 kali atau 3 bulan.
Dan, ternyata, ini sesuai pengalaman saya juga, ya. Kalau uang mukanya besar, selain nanti angusran ringan, juga proses mengurus surat-surat cepat. Karena dana kita itu, memang yang digunakan untuk mengurus surat-surat motor kita.
Sesuaikan Kemampuan Angsuran
Hal Kedua yang saya perhatikan saat memutuskan kredit motor adalah mengukur kemampuan saya. Walau pekerja freelance, tapi bisa lah, merata-ratakan besar penghasilan saya selama setahun. Misalnya nih, rata-rata penghasilan saya 3 juta. Bisa deh, saya ambil angsuran sebulan 600 ribu. Kalau semisalnya, pemasukan di suatu bulan tertentu, kan masih ada pos saya yang 2 juta tadi atau 3 kali angsuran.Nah, begitu setiap bulannya saya mencicil motor saya. Bila ada penghasilan lebih, saya bayar saja dua atau 3 bulan. Jadi saat bulan berikutnya pemasukan saya sedikit, saya bisa tetap memakai uang dari pos yang 2 juta itu. Atau kalau banyak kebutuhan mendesak, bisa lewat dulu bayarnya.
Jangan Menunda membayar
Karena saya selalu berpatokan, kalau penghasilan saya setiap bulannya tak menentu. Jadi saya usahakan tidak menunda membayar, walau belum masanya bayar, saya bayar saja. Soalnya namanya kebutuhan kan bisa mendadak, uang kepakai lagi.Apalagi, tagihan kredit motor itu tidak sperti tagihan listrik, yang misalnya tanggal 1 setiap bulan baru bisa bayar. Tagihan motor bisa fleksibel. Misalnya tagihan bulan ini masih bulan Juni, tapi saya mau bayar yang agustus, dan september bisa. Nanti jatuh temponya disesuaikan dengan tagihannya. Pembayaran juga bisa di mana saja. Pas saya berada di kota lain, saya bisa tetap bayar.
Kobarkan Terus Semangat Menulis
Ini pengalaman tambahan ya. Selama mencicil motor itu, jujur saya memang semakin terpacu untuk semakin semangat menulis. Soalnya ada utang sih. Jadi harus semangat cari rezeki. Tapi dengan catatan, saya tidak sampai ngoyoh, dan tetap menjaga kesehatan. Soalnya, kesehatan itu modal utama seorang penulis.Dan Alhamdulilalh, rezeki menulis itu lancar dan selalu datang darimana saja. Misalnya, pas kredit motor, cerita saya hampir tiap minggu dimuat di majalah Bobo. Tercatat 19 minggu berturut-turut, dan ada dua edisi yang memuat 2 cerita saya. Itu belum yang dimuat di bulan-bulan lainnya.
Terus, Alhamdulillah kelas menulis cerita anak Kurcaci Pos ramai. Bahkan pernah dalam sebulan, saya itu ada 3 kelas sekaligus, dengan masing-masing kelas ada 10-11 orang. Ditambah pemuatan cerita di media anak lainnya, termasuk masih menjadi penulis freelance di salah satu penerbit buku anak di Malaysia.
Rezeki tak terduga juga kadang datang. Misalnya di akhir masa pelunasan itu, saya dapat honor menulis dari penerbit malaysia sebanyak 7 juta. Nah langsung saya lunasi motor pertama. Begitu juga motor kedua, saya dapat uang naskah beli putus sebagak 6 juta dan itu langsung saya lunasi. Malah pas ambil BPKB, Mbaknya berujar, “Tidak kredit lagi, Pak? Proses cepat hanya sejam langsung cair. Hanya tinggal BPKB.”
Saya ya, langsung senyum tampan rupawan. Orang buru-buru mau dilunasin, baru lunas, sudah disuruh cicil lagi hahaha.
Nah, demikian cerita saya dan motor kredit saya. Cerita ini bukan bermaksud mengajak berutang ya, tapi hanya sharing pengalaman pribadi. Intinya di cerita ini, saya bisa ambil hikmah. Kalau saya menginginkan sesuatu untuk menunjang kebutuhan saya, lalu ihtiar, dan semangat, maka Insya Allah rezeki akan datang. Aamiin...
makasih tipsnya mas, ternyata bayar dp lebih besar supaya cicilannya ringan, dan saya setuju banget soal nyiapin dana cicilan untuk 3 bulan ke depan, secara kan pekerjaan freelancer, kalau ga ada pemasukan, masih bisa bayar cicilan,
ReplyDeletesepanjang saya beli motor, saya selalsu cash, hihi
Iya, Mas. Soalnya begitulah pemasukan saya yang tidak menentu. jadi saya harus mempersiapkan dana selama 3 bulan.
DeleteDan memang kalau bisa beli cash lebih bagus, Mas. Saya juga pengin, hanya belum bisa hahaha.
Wah itu DP nya gede sekali. Disini paling orang banter pada umumnya hanya 2 juta DPnya.
ReplyDeleteAda keinginan untuk punya motor baru ,tapi entah kapan. Semoga bisa terwujud.
Saya memang sengaja, Mas. Biar itu tadi, cicilan lebih ringan.
DeleteSempat ditawarin DP 2 juta, tapi memang jangka angsurannya jadi lebih lama, Mas.
Ayo, semangat, Mas. Insya Allah segera punya motor baru.
Saya suka "maju mundur tampan rupawan" hehehe cakep kalimatnya.
ReplyDeleteBtw saya pernah baca gimana supaya nabung tapi uangnya gak bisa diambil.. (bbiar gak kreditan).
Ternyata nyimpen uang di dalam paralon kecil yang ujung dan ujung satunya ditutup pake lem,
trus cuma dibuat lubang kecil buat masukin uang. Jadinya gak bisa diambil kecuali digergaji.
Lumayan sih mas.. bisa juga nabung,
Iya, Mbak. Dan ini terinspirasi dari celengan bambu sih hehehe. hanya karena ada perhitungan saya soal ini dan itu, akhirnya memutuskan kredit, Mbak hehehe
DeleteSemangat nulis terus mas. Memang begitu kalau freelance, enaknya sih waktu yang banyak. Kalau aku biasanya beli cash tapi motor second he..he..he...
ReplyDeleteSemangat, Mas. Semakin semangat menulis, semakin banyak pemasukan hahaha.
DeleteMantap ya bang bisa kredit motor walau kerja freelance gini yang dipikir ga nyangka jadi mudah sekarang
ReplyDeleteIya, Mbak. Saya percaya sih, yang penting saya niatnya untuk penunjang aktivitas saya, termasuk pekerjaan, maka akan selalu ada jalan. Jalan buat bayar cicilannya hahaha.
DeleteSiapa bilang pekerja freelancer ga bisa nabung ya Mas. Kalau disiplin pasti bisa koq ya. Semoga lancar ya sampai selesai nanti. Yang penting kuncinya harus disiplin ya Ka.
ReplyDeleteBisa, Mbak Desy. Yang penting bisa ngatur pemasukan. Dan Alahmdulillah sudah lunas sejak lama, Mbak. Benar kuncinya disiplin itu.
DeletePengen beli ini itu malah jadi penyemangat untuk menulis ya mas. Writing block pun bisa menjauh jadinya, hehe.. Setuju,, asal disiplin menulis dan menabung, insyaAllah bisa beli yang diinginkan.
ReplyDeleteBetul, Mbak. Dan itu bisa jadi penyemangat menulis saya. Bahkan keinginan makan bakso pun, bisa saya jadikan semangat menulis. Jadi kalau ingin lancar jaya makan baksonya, ya semangat menulis hahaha.
DeleteAihh.. keren beud inihh...bertabur tips, gak hanya tips kredir motor tp tipa menulisnya jossss... Btw, itu majalah Bobo majalah kesayangan saya waktu kecil lohh
ReplyDeleteSama, Mbak Bobo bukan hanya majalah kesayangan saja, tapi juga majalah menginspirasi saya menulis cerita anak. Dan sampai sekarang pun masih ada, Mbak hehehe.
DeleteToss dulu donk mas sebagai pekerja freelance hehe. Saya juga gt mas kalau ada uang lebih saya langsung masukan buat tabungan anak sama investasi soale ya namanya tiap bulan kan ga menentu ya pendapatan kita.
ReplyDeleteTosss, Mbak Nia.
DeleteIya, Mbak. itu memang cara jitu kita ya, Mbak. Saat pemasukan lebih, harus segera dikekep, buat cadangan dana.
Bener ya kadang kepingin beli motor dan memang susah untuk dmn bisa kerjasama kredit yang aman serta memang terpercaya, makasih mas info nya
ReplyDeleteSama-sama, Mbak Sefa.
DeleteIya, Mbak. Dan saya bisanya kredit motor, jadi harus semangat cari uang cicilannya hehehe.
Kalau aku terinspirasinya soal jadi fulltime freelancer. Aku skrg lagi merintis Mas. Pengen banget kerja lebih flexible jadi bisa nemenin orang tua lebih banyak
ReplyDeleteIya, Mbak Kartika.
ReplyDeleteSeperti itulah pesannya. Jadi penulis fulltime freelance pun, asal terus semangat, pasti selalu ada rezeki. Dan keuntungannya, memang waktu lebih fleksibel.
Nyicil memang salah satu alternatif jika mau punya barang, contihnya sepeda motor. Apalagi barang itu berguna buat nyari sesuap nasi. Karena kalau nunggu ngumpul duitnya dulu baru beli barang, kadang gak kesampaian.
ReplyDeleteCuma kita harus hati2 milih pola cicilan. Jgn sampai kena selisih harga kontan dengan cicilan yg sangat besar. Karena rasanya bisa sangat rugi.
Benar, Mas Andi. Dan itulah aalasan saya kredit motor. Dengan adanya motor, langkah saya bisa lebih panjang. saya juga bisa cepat menyelesaikan aktivitas saya. Akhirnya bisa langsung pindah ke pekerjaan lainnya. Jadi uang bisa ngumpul juga hehehe.
DeleteDimana ada kemauan disitu ada jalan semoga honor dari nulis kali ini sudah bisa beli tunai
ReplyDeleteAamiin, Mbak Dona.
Deletebenar, Mbak. yang penting semangat menjemput rezeki.
Saya lima kali beli motor, belum pernah kredit. Pertama kali beli itu honda karisma bekas pakai 3 kali orang berbeda. Pakai 3 tahun, jual lagi. Beli supra bekas, pakai 1,5 tahun, jual lagi, beli mio, pakai jual lagi dst. Hehe
ReplyDeleteJadi Mas Pring sudah merasakan banyak tipe motor ya, Mas hehehe.
DeleteTertarik dengan bayar uang muka lebih besar, jadi dipermudah ya dapatin motornya.
ReplyDeleteIya, Mbak Servi. Uang muka besar, maka angsuran akan lebih ringan.
DeleteSetujuu Mas..saya dan suami juga tipe menghindari hutang tapi bukan anti sama sekali. Seperti saat dipindahtugaskan ke Jakarta, sewa rumah dan cicilan KPR perbulan besarannya sama. Ya mending pilih KPR..anggap sewa tapi jadi milik sendiri nanti. Dan ketika ndilalah ada rejeki yang enggak diduga sisa hutang langsung dilunasi.
ReplyDeleteNah, iya Mbak Dian. Itu benar sekali, Mbak.
DeleteApalagi kan sewa rumah tiap tahun bisa naik, Mbak. Jadi mending beli rumah.
Kata Ibu saya, anggap saja arisan hehehe. Dan namanya rezeki, kalau lebih, langsung dilunasi ya, Mbak
Jd freelancer jg bisa beli ini itu asalkan mengelola anggaran keuangan dgn tepat yaaa. Jd keinget temenku yg freelancer bahkan bisa beli rumah. Btw enak banget itu saudaranya jualan motor, tinggal call hahaha.
ReplyDeleteIyaaa kuncinya di DP, kasi DO besar maka nyicilnya lbh ringan yaaa
Iya, Mbak April. Pokoknya niatnya untuk menunjang aktivitas kerja, ihtiar, maka semesta akan mendukung.
Deleteaku siap mengikuti jejak langkamu pak, terutama poin terakhir tentang mengobarkan semangat menulis. Kalau poin pertama aku dapatkan beberapa minggu yang lalu dari teman di Tim Rekasi Majalah hehehe
ReplyDeleteAyo, terus semangat menulis, Mas Ilham. Insya Allah rezeki akan menyapa.
DeleteSuka dwngan kalimat,
ReplyDeleteBukan bermaksud mengajarkan cara berhutang.
Tapi emang solusi nya untuk yang butuh kendaraan tapi belum cuckup dana nya dengan program cicilan ya kak.
Iya, Mbak Siti. Apalagi motor kita gunakan untuk mencari rezeki, Insya Allah anggusuran akan cepat dan lancar juga, Mbak.
Deletetadi komen saya masuk gak ya pak? kepikiran ngecek krn komen di luar rumah haha
ReplyDeleteMasuk, Mbak April.
DeleteSudah mejeng manis di atas hahaha.
Wah, keren bang. Jadi penulis bisa dapat motor. Jadi makin semangat menulis. Bisa menebar manfaat buat orang lain eh diri sendiri juga bisa dapat bonusnya
ReplyDeleteAyo, terus semangat menulis, Mbak Dyah. berbagi lewat tulisan. Insya Allah bermanfaat, maka rezeki akan menyapa hehehe.
ReplyDelete