Saat ini Kecerdasan buatan atau AI, sudah sangat dekat dengan kehidupan kita. AI sangat membantu aktivitas atau pekerjaan yang dulu orang harus kerjakan. Jadi lebih efisien hemat waktu, tenaga, dan uang.
Misalnya contoh sederhana saja. Dulu untuk menyalakan dan memadamkan lampu, kita harus berjalan mendekati saklar lampu, lalu kemudian menekan tombol saklar. Namun sekarang, dengan bertepuk tangan saja, lampu akan menyala atau padam sesuai keinginan kita.
Dari pekerjaan sederhana di rumah, AI kemudian berkembang lebih luas. AI pun bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih luas. Termasuk di bidang manufaktur yang banyak melibatkan pekerjaan. Sekarang tenaga manusia yang bekerja di sebuah perusahaan besar, sudah digantikan dengan robot AI.
Bahkan pekerjaan-pekerjaan lain pun mulai kena imbasnya. Sebuah restoran tidak mempekerjakan orang lagi sebagai pramusaji. Tidak perlu lagi tenaga orang sebagai operator.
Kalau sudah begini, lama ke lamaan pekerjaan manusia akan digantikan oleh AI. Hal ini pastinya akan jadi pikiran bagi orang tua juga, bagaimana nasib anak di masa depan ya? Mampukan mereka mendapatkan pekerjaan?
Kehadiran Kecerdasan Buatan
Sabtu, 9 Juni 2024, saya mendapat kesempatan mengikuti webinar yang diadakan Sinotif bimbingan belajar online yang bekerja sama dengan Life Talk Asia. Tema yang diangkat sangat menarik dengan pembicara Pak Albert Egmont sebagai Career Coach & Live Mentor. Siap Hadapi AI, Bantu anak temukan jurusan dan karir yang tahan banting.
Menurut Pak Albert, AI adalah kecerdasan yang diciptakan secara digital dan bisa berpikir selayaknya manusia. AI bisa berpikir secara mandiri, bekerja mandiri, dan memberikan informasi. Dan saat ini, kita sudah masuk pada era dimana teknologi menjadi patokan.
Kalau dulu, mungkin hanya ada telepon pintar atau smartphone. Tapi sekarang, benda-benda sudah menjadi pintar. Mulai dari mobil pintar, gembok pintar, rumah pintar, termasuk lampu pintar.
Kalau sudah begini, secara tidak langsung kehadiran AI memberi dampak besar bagi peluang kerja bagi kita. Apalagi kepintaran AI sudah mencapai 155. Dibanding dengan IQ manusia rata-rata 80-90. Bahkan saat ini AI sudah bisa mengerjakan sebuah skripsi.
Ancaman AI bagi Dunia Kerja
Dengan kenyataan di atas, jelas sekali AI menjadi ancaman. Nantinya semua sektor akan terkena dampaknya. Perusahaan lebih senang mempekerjakan AI dibandingkan manusia, karena berbagai alasan. Apalagi sekaran kenyataannya Gen Z susah cari kerja karena alasan tidak suka atau tidak cocok dengan pekerjaannya.
Faktor lainnya, perusahan lebih nyaman menggunakan AI, kerena tidak ada drama ini itu. Saat bekerja, manusia pasti ada rasa capeknya, ada rasa malasnya, dan ada rasa senangnya termasuk mood. Belum lagi kalau ada yang suka komplain ini dan itu. Sedangkan AI tidak ada soal itu.
Siap Hadapi AI!
Pak Albert menegaskan, kehadiran AI jangan membuat kita panik, termasuk dalam masalah peluang kerja di masa depan. Kuncinya adalah kehadiran AI sama dengan harus ada pekerjaan-pekerjaan baru yang muncul. Tentu saja dibarengi dengan hadirnya keahliannya baru.
Misalnya UI Designer yang merancang sebuah tampilan pada aplikasi atau website. Nantinya produk ini dapat berfungsi dengan baik dan memiliki kemudahan akses bagi para penggunanya. Selain itu ada pekerjaan lain seperti Digital marketer, Big data analitis, Data statis, Cyber psikolog, dan Finansial engineer.
Nah, ada 4 bidang yang sangat mempengaruhi AI ini, yaitu SAINS, Teknologi, Engineering dan Matematika. Jadi dasar di sini harus kuat. Tapi tentu saja peluang ini bukan untuk anak jurusan IPA saja. Jurusan IPS tetap berpeluang. Hanya saja bidang kerjanya berbeda.
Nantinya bagi orang-orang yang menguasai STEM ini, akan sangat dicari dalam dunia kerja. Apalagi sesuai data, 13% ratusan pekerjaan baru akan bermunculan dari tahun 2017-2027. Gajinya pun sangat sesuai. Sedar info, lulusan baru saja, bisa digaji 7-10 juta. Sangat jauh dibandingkan dengan gaji UMR.
Peran Besar Orang Tua Membantu Anak Menghadapi AI
Pak Albert menegaskan, kalau peran orang tua sangat besar dan penting pada anak dalam menghadapi AI ini. Orang tua harus bisa memberi sesuatu terbaik untuk sang buah hati. Namun pastinya orang tua juga harus mengenali anak dengan baik. Salah satunya menggunakan bahasa cinta yang baik pula.
Pak Albert memberikan pemaparan teori yang diciptakan sendiri. Ada 6P yang akan sangat membantu anak dalam mengatasi masalah seputar tantangan AI ini :
1. Potensi
Orang tua harus mengetahui apa potensi anak. Apalagi potensi anak itu berbeda-beda. Karena sayang kalau potensi besar anak tidak dikembangkan.
2. Personality
Kedua, orang tua harus tahu personaliti anak. Karena walau anak punya kemampuan atau kekuatan untuk melakukan sesuatu, tapi kalau tidak ada keinginan atau kemauan maka tidak bisa. Kalaupun terpaksa dilakukan, maka hasilnya tidak maksimal.
3. Passion
Orang tua harus mengetahui apa yang disukai oleh anak. Tapi tidak sekadar suka, tapi si anak harus rela atau mau berkorban melakukan hal itu. Karena banyak orang suka sesuatu, tapi saat disuruh berkorban melakukan, dia tidak mau.
4. Purpose to Value
Orang tua harus mengetahui apa yang menjadi nilai-nilai hidup si anak. Apa nanti bekerja untuk uang atau untuk pengabdian atau layanan.
5. Problem of Continue
Setelah orang tua mengetahui 4 P di atas, maka akan menghasilkan pola tajam programa apa yang sesuai untuk anak. Masalah apa yang akan anak kerjakan atau peluang-peluang apa yang akan anak lakukan di masa depan
6. Profit
Terakhir bagaimana strategi yang dilakukan, agar anak bisa berhasil menyelesaikan masalahnya. Sehingga nantinya bisa menghasilkan sesuatu.
Mempersiapkan Anak Menghadapi AI
Agar anak siap menghadapi AI, maka harus dimulai sejak sekarang. Pasti stimulus-stimulus yang baik diberikan untuk anak. Apalagi orang tua sudah paham tentang 6P pada diri anak. Termasuk seputar STEM yang wajib diperkuat.
Salah satunya tentu saja lewat bimbingan belajar. Sinotif bimbingan belajar yang sudah hadir 20 tahun dan fokus pada bidang matematika, fisika, dan kimia. Dari jenjang SD-SMA. Apalagi Sinotif sangat adaptif mengikuti perkembangan, dengan hadir bimbingan belajar live interaktif, yang membuat anak serasa mengikuti pelajaran tatap muka di ruang kelas.
Metode belajarnya pun bisa disesuaikan. Ada beraga kelas yang bisa dipilih. Ingin kelas bersama atau kelas sendiri. Terus materinya pun disesuaikan dari yang mudah sampai yang sulit.
Nah, itu dia cerita seputar Siap Hadapi AI! Kita tidak bisa menghentikan lajunya perkembangan teknologi. Namun kita bisa mempersiapkan diri, dan menciptakan peluang-peluang baru. Perlu ditekankan pada anak, bahkan kita jangan hanya menjadi konsumen, tapi juga harus ikut menciptakan sesuatu.
Bambang Irwanto
Kehadiran AI memang menjadi suatu ancaman. Banyak sekali pekerjaan yang kemudian akan beralih pada AI.
ReplyDeleteSebelum orang tua panik, memang penting banget menyiapkan anak untuk menghadapi berbagai tantangan AI.
Mulai dari ikut bimbingan belajar di Si notif misalnya.
Zaman sekarang tantangan jadi ortu memang berbeda dengan zaman dulu ya Mas. Kalau di bidang IPA harus kuat matematika, sains, teknologi & engineering. Nah, kalau IPS, udah ada AI image nih. Tantangannya ya harus kreatif sih, karena AI kan diperintah sama orang. Namanya juga robot...
ReplyDeleteAdanya AI memang sudah tidak tidak bisa dihindari. Kita sebagai manusia harus bisa adaptasi dan menyesuaikan diri. Selain diri sendiri, anak juga harus di persiapkan untuk bisa adaptasi dalam menghadapi perkembangan AI yang akan semakin canggih lagi dimasa depan
ReplyDeleteIyaa Kak. Memang adanya AI seperti GPT memudahkan untuk bikin outline tulisan, cari ide, dll. Namun bisa jadi ancaman juga karena menggantikan pekerjaan para penulis.
ReplyDeleteJadi emang anak kudu disiapkan untuk bersahabat dengan AI dan menambah skill agar tidak kalah dengan teknologi baru.
Keren ya, sudah seharusnya keberadaan teknologi AI ini membantu memudahkan kehidupan manusia. Setiap dari kita memang tidak bisa lepas dari teknologi ini. Makanya mau tidak mau mesti beradaptasi dengan AI, salah satunya dengan mengikuti bimbingan belajar di Sinotif yaaa
ReplyDeleteMenghadapi teknologi yang semakin berkembang seperti munculnya AI ini harus dihadapi dengan tepat. Apalagi bagi anak-anak yang nantinya akan dikelilingi dengan kemajuan teknologi. Salah satunya dengan mengikuti bimbel sinotif ini.
ReplyDeleteSebagai orang tua harus tetap berpikir selangkah lebih maju ya terutama untuk pendidikan anak kedepannya, seperti menyiapkan anak untuk menghadapi berbagai tantangan AI seperti ini
ReplyDeleteHadirnya AI mempermudah pekerjaan kita. Sekarang serba digitalisasi dengan penggunaan teknologi yang smart. Ditengah kemudahan ternyata menjadi tantangan sendiri bagi generasi muda saat ini. Saat ini anak harus dipersiapkan untuk menghadapi kecanggihan teknologi AI tersebut. Agar tidak disalahgunakan juga ya pak.
ReplyDeleteKehadiran AI harus jadi peluang ya mas. Bukan sebagai halangan. Justru dgn informasi ini kita seakan diingatkan utk bs mempersiapkan anak2 kita agar pny masa depan lbh bgs.
ReplyDeleteAh jadi pengen les kan anak ke Sinotif. Metode belajar utk STEM-nya ok banget loh. Kita siapkan lbh awal agar ttp seiring sejalan dgn perkembangan AI.
Perlunya mengarahkan dan memperkenalkan AI ini kepada anak pada hal yang positifnya ya. Karena sebenernya banyak manfaatnya sih ketika berada di hal yang tepat.
ReplyDeleteKita tidak akan bisa menolak atau menghentikan AI, tapi mudah-mudahan AI ini digunakan dengan bijak. Kalo semua dikerjakan dengan bantuan robot atau teknoloji AI, bagaimana nasib orang-orang kita nanti.
ReplyDeleteTernyata sekarang ada program belajar untuk mempersiapkan anak menghadapi tantangan AI juga, ya, Mas Bams. Ini jujur agak menakutkan sih secara AI makin lama makin pinter sementara manusia semakin ... anu ... semakin malas menggunakan otaknya gituuu.
ReplyDeleteIya nih, saya masih punya anak kecil. Saya jadi punya PR untuk mempersiapkan si adik agar siap menghadapi AI. Semoga AI tidak menjadi ancaman, tapi bisa menjadi teman pendukung aktivitas dan kreativitas si adik.
ReplyDeleteIya sih pak kalau AI bisa mengancam dunia kerja, tapi menurutku tinggal kitanya yang survive dengan terus upgrade skill. Kalau anak bisa dipersiapkan sejak dini dengan ikut les tambahan agar kemampuan STEM terasah
ReplyDeleteAnak anak kelahiran 2012 keatas adalah anak generasi alpha yang sudah akrab dengan teknologi
ReplyDeleteMereka juga harus bersiap dalam menghadapi ai ini ya mas
Kehadiran AI memang ada pus minusnya, ini yang harus kita beritahukan ke anak-anak agar mereka siap menghadapinya. Dan dampak negatifnya memang harus kita antisipasi, sementara yang baiknya biar mereka menikmatiny namun tetap dengan arahan orang tua
ReplyDeleteBetul, perkembangan teknologi tak bisa dihindari. Maka hal yang harus dilakukan adalah mempersiapkan anak untuk menghadapinya dan mengambil peluangnya juga.
ReplyDeleteKalau bahas AI ini emang nano-nano banget Pak Bambang, soalnya AI ini punya segudang manfaat Bagi penggunanya tetapi juga ancaman. Sebagai penikmat teknologi, kudu cermat banget memanfaatkan AI
ReplyDeleteKebayang sih, bakalan semaju apa perkembangan AI di beberapa tahun ke depan. Makin bersaing juga deh jadinya lahan untuk menemukan penghidupan. Nggak ada salahnya memang anak-anak mulai disiapkan sedari dini.
ReplyDeleteSemakin banyak tantangan menjadi orang tua di saat ini ya, selian gempuran teknologi juga harus menyiapkan bagaimana anak tetap tangguh untuk menghadapinya
ReplyDeleteAI bermanfaat dan bisa membanu melakukan berbagai kegiatan, termasuk untuk belajar anak. Tapi harus banget bijak dalam menggunakannya, jangan sampai menggunakan AI secara ugal-ugalan karena pasti ada efek sampingnya.
ReplyDeleteWah bener nih, PakBams. Bukan cuma kita aja yg butuh persiapan segala pengetahuan tentang AI tapi anak² juga. Tapi harus dalam koridornya ya, bukan dipake sembarangan.
ReplyDeleteIya juga ya, AI emang mempemudah banyak aktivitas atau pekerjaan, tapi di sisi lain juga jadi ancaman buat manusia kalau gak mempersiapkan diri. Eh bimbel sinotif udah 20 tahun usianya ya pak, dan gak hanya menyediakan materi ajar matematika aja
ReplyDeleteBiar gak kaget kedepannya, anak harus mulai disiapkan sejak sekarang ya pak. Kebetulan anakku mau masuk SD, kurikulum di sekolah yang juga aku perhatikan dan STEM ini menjadi bagian dari pengajarannya.
ReplyDeleteSemoga dia bisa belajar dengan baik agar siap menghadapi AI dikemudian hari.
Sebenernya kehadiran AI ini pas banget dengan karakteristik anak gen Alpha yang banyak ingin tau tapi gak mau buka buku. Semoga aja kecerdasan buatan ini memberikan jawaban yang benar atas curiosity anak-anak yaa..
ReplyDeleteTeknologi udah makin maju ya. Nggak kebayang besok pas udah 20 tahun lagi. Kemajuan apalagi selain AI. Sejak sekarang anak-anak harus dikenalkan dengan teknologi supaya tetap bisa bersaing
ReplyDeletebener banget kak, semua harus dipersiapkan agar anak tidak kaget dan terbiasa
ReplyDelete