} Mencari Haikal di Jakarta (Bagian 3) - Bambang Irwanto Ripto

Mencari Haikal di Jakarta (Bagian 3)

 


Saat lagi bingung, tiba- tiba pengurus Mess Kabupaten Gowa bilang, “mungkin di Mess Pemkot Makassar, Pak. Messnya sebelah sana. Siapa tahu ke sana!”

Mencari Haikal di Jakarta Bagian 1

Mencari Haikal di Jakarta Bagian 2

Owalah benar.. ini Mess Kabupaten Gowa. Waktu itu, teman saya memang masih bertugas di wilayah Kabupaten Gowa. Namun sekarang sudah dipindah ke Makassar. Duh, untung saja diingatkan hehehe. 

Akhirnya Haikal Bertemu Haikal

Saya pun bergegas meluncur ke Mess Pemkot Makassar yang letaknya hanya 500 meter. Alhamdulillah saya disambut dengan sangat ramah oleh pengurus Makassar. Salah satunya Bang Acho. Saya pun langsung menjelaskan maksud kedatangan saya. Dan Foto Haikal itu memanag sangat membantu dalam pencarian. Bang Acho langsung bilang, kalau Haikal memang datang ke sana. Lalu beberapa hari menginap di sana. 

Pastinya, Haikal tidak langsung diterima di sana. Untungnya, walau dompet Haikal yang berisi KTP hilang, tapi di tas besarnya, masih tersimpan fotokopi Kartu keluarga. Dan setelah dicek Nik, benar Haikal warga Makassar. Nah, petanyaannya, sekarang Haikal di mana?

Haikal bercerita pada Bang Acho. Dia meninggalkan rumah karena Bapaknya menikah lagi. Makanya dia ingin mandiri. Saya pun langsung nyeletuk.. “Deee sambaranna Haikal. Padahal Bapaknya pusing cari dia.”

Nah oleh Bang Acho Haikal sekarang dititipkan bekerja di sebuah Cafe Makassar yang tidak jauh dari Mess Pemkot Kota Makassar. Saya pun disarakan untuk menjumpai Haikal di sana.



Alhamdulillah hati saya sudah lebih plong. Saya sudah tahu keberadaan Haikal, dan Alhamdulillah dia berada di tempat yang aman. Saya pun segera meluncur ke Cafe itu. Saya tanyakan pada karyawan yang bertugas. Mereka sangat baik semua. Saah satunya pun langusng berkenan memanggil Haikal yang sedang bekerja di bagian belakang.

Tidak lama menunggu si Haikal pun muncul. Saya langsung terharu. Saya memperkenalkan diri kalau dulu tetangga dengan keluarga besarnya, termasuk saat neneknya masih ada. Makanya saya kenal semuanya. Kalau Haikal ini tidak kenal saya, karena saya sudah merantau ke Jakarta.

Kami pun berbincang sejenak tidak lupa saya pun memberikan nomor telepon saya agar kalau dia ada apa-apa dia bisa menelpon saya. Saya juga sempat menyambungkan Haikal untuk berbicara dangan Haikal. Menjeang sore, saya pun pulang. Untung ada nyelip 150  di dompet saya. Itu saya berikan ke Haikal.

Akhirnya saya pun pulang ke rumah. Saat saya cek hape, ternyata anyak ekali nomot panggilan nomor asing. Seperti biasa, kalau nomor asing, tidak saya gubris, takutnya spamcall. Pikir saya kalau perlu paling telepon lagi atau kiirm pesat whatsapp.

Rencana Baru

Tidak lama, hape saya bunyi. Ternyata nomor asing itu adalah Kak Flamboyan, kakaknya Mawar. Tentu saja saya juga sudah saling mengenal. Kak Flamboyan langsung bercerita tentang masalah Haikal.

Jadi sebenarnya, Haikal itu tidak lama lagi akan wisuda kuliah. Pastinya dong, orang tuany senang anaknya akan lulus kuliah. Mereka pun mempersiapkan acara wisuda.

Tapi beberapa hari menjelang acara wisuda, si Haikal meninggalkan rumah. Ada apa? Pastinya orang tuanya bingung. Haikla hanya menjelaskan di suratnya, minta maaf, dan pergi dulu mencari uang untuk mengganti semua biaya kuliah.

Ternyata... setelah dicek di kampusnya, selama berapa lama, Haikal tidak masuk kuliah. Padahal pembayaran kuliah lancar. Bapaknya kan tahunya, Haikal kuliah lancar ya. Bapaknya merasa tidak ada masalah. Ternyata.. Haikal ini bingung mengatur waktunya. Antara membantu bapknya mengurus usaha laundry sambil kuliah.

Oh.. begitu toh ceritanya. Saya mulai paham dan mulai bisa menyusun kepingan-kepingan puzzle. Yang belum jelas, nak apa Haikal dari Makassar ke Jakarta? Lalu siapa yang menjemputnya malam-malam saat akan meninggalkan rumah?

“Jadi sekarang saya ada rencana, Mbang. Bambang masih mau bantu kan?

Saya sih kalau bantu tidak mau setengah-setengah. Nanti Rezekinya tidak full juga. Ibaratnya makan bakso, sampai tuntas dengan tahu bakso dan kerupuk pangsitnya hahaha.

“Jadi apaa rencananya ta, Kak?” tanya saya pada Kak Flamboyan.

Jadi begini Mbang... sststststststs.....

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mencari Haikal di Jakarta (Bagian 3)"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.