Cerpen Remaja Rahasia Rose - Rose masih setia menungguku. Padahal sudah berkali-kali aku menyuruh Rose pulang saja. Aku kan, bukan anak kecil lagi. Aku sudah hapal jalan dan bisa pulang sendiri. Sekali-kali aku ingin sendiri.
![]() |
| Rahasia Rose - Desain Canva |
“Ayo, kita pulang!” ajak Rose tiba-tiba. “Sebentar lagi akan hujan.”
Aku menatap langit. Benar juga kata Rose. Awan-awan hitam tampak mengantung di langit. Sejak tadi matahari sudah bersembunyi di balik awan.
Aku langsung menggeleng. Aku masih mau di sini menunggu sore. Mendung kan, tak berarti hujan. Seperti syair lagu yang sering aku dengar, saat Rose menyetel CD di mobil.
Aku mendorong-dorong tubuh Rose, menyuruhnya pulang duluan saja.
Mata Rose membulat, tapi bukan berarti dia marah, karena sinar matanya sangat teduh dan lembut. Aku balas menatap Rose.
“Aku tidak bisa pulang tanpa kamu. Nanti Mamamu marah!” ujar Rose seakan tahu arti tatapanku itu.
Tuh kan, selalu Mama yang jadi alasan Rose, agar ia bisa membuntutiku terus, ke mana pun aku pergi. Walau aku tahu, itu tugas Rose. Tapi jangan seketat ini, dong! Aku kan, juga perlu sedikit kebebasan, protesku dalam hati.
Tanpa menunggu persetujuanku, Rose langsung mengajakku pulang. Aku kesal sekali.
Kadang-kadang aku heran. Kenapa Rose mau menghabiskan waktu untukku. Rose itu masih muda dan cantik. Pasti masih banyak pekerjaan yang lebih baik untuknya.
“Jangan cemberut, begitu, Manis! Besok kita masih bisa jalan-jalan lagi!” kata Rose dari balik kemudi sambil sesekali menatapku lewat kaca spion tengah mobil. “Tuh, lihat, hujan mulai turun! Seandainya kita masih di taman, pasti kita akan kehujanan. Kamu bisa sakit. Kalau begitu, Mamamu akan sedih.”
Aku menatap keluar mobil. Benar juga. hujan turun semakin deras.
Akhirnya aku luluh juga dan tersenyum pada Rose.
“Nah, gitu, dong! Kamu bertambah manis!”
@@@
ROSE... Nama Itu yang ia ucapkan waktu pertama kali bertemu denganku. Ia lalu menjabat tanganku sambil tersenyum hangat, Seperti ada yang mengalir dalam tubuhku.
Aku tidak tahu latar belakang Rose. Rose tidak bernah bercerita padaku. Ia datang ke rumahku di suatu sore dan langsung bertemu Mama.
Mereka langsung akrab dan sesekali terlihat berbincang serius. Tidak lama, aku mendengar isak tangis Mama dan Rose. Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan, sampai harus menangis seperti itu? Aku ingin bertanya, tapi aku tidak bisa.
Setelah itu, Rose resmi jadi pengawal pribadiku. Tepatnya bodyguard wanita untukku. Ya, itu mungkin lebih tepat, karena ke mana pun aku pergi, Rose selalu mengawasiku.
Jujur saja. Sebulan bersama Rose aku merasa senang. Ia baik dan tidak pernah marah. Walau harus aku akui, kadang-kadang aku membuatnya kesal.
Tapi diam-diam aku sering memergoki Rose menangis. Entah kenapa? Lagi-lagi aku ingin bertanya, tapi tidak bisa.
@@@
| Gambar : Canva |
Sore itu, Rose mengajakku ke taman. Aku paling suka ke taman. Aku bisa melihat banyak hal. Rasanya bosan seharian di kamar terus.
Seperti biasa, Rose selalu menjelaskan apa saja yang sedang aku lihat. Tentang awan, matahari, pohon, burung atau orang-orang yang sedang lalu lalang di sekitar taman.
Padahal aku sudah tahu. Sudah berulang-ulang, Rose menjelaskan padaku. Misalnya, kalau awan putih berarti tidak hujan. Kalau awan hitam, berarti akan hujan.
“Rose!” seorang laki-laki menyapa Rose, saat Rose sedang menerangkan tentang matahari padaku.
Rose menoleh pada laki-laki itu. Aneh, Rose langsung ketakutan. Padahal laki-laki itu tidak berwajah seram. Malah wajahnya tampan, seperti Atalarik Syah, bintang sinetron idola Mbak Tum, pembantu rumah tangga di rumah.
Rose seperti mau mengucapkan sesuatu, tapi kenapa suaranya tidak keluar? Baru kali ini aku melihat Rose segugup itu.
“Apa kabar, Rose?” Rose makin ketakutan sewaktu laki-laki itu mengulurkan tangan pada Rose.
Buru-buru Rose mengajakku pulang. Aku jadi bingung. Ada apa dengan Rose. Awan tidak hitam, tidak akan turun hujan. Waktu yang tepat untuk berjalan-jalan. Kenapa Rose mengajakku pulang?
“Tunggu, Rose!” laki-laki itu berusaha mengejar kami. Sebentar saja dia sudah menyusul. Tangannya mencengkram lengan kanan Rose.
“Rose, kita harus bicara. Selama ini aku…”
“Lepaskan!” teriak Rose. “Atau aku teriak copet!”
Laki-laki segera melepas cengkramannya. “Oke, oke! Lain kali kita bisa bicara baik-baik.”
“Jangan coba-coba mencariku! Atau kamu berurusan dengan polisi lagi!”
Aku menatap Rose. Aku tidak mengerti dengan perubahan sikap Rose yang tiba-tiba itu.
“Tidak apa-apa, Sayang! Ayo, kita pulang!” Rose menenangkan aku dengan suara parau.
@@@
![]() |
| Gambar : Meta AI |
Aku tidak sengaja mendengan percakapan Rose dan Mama. Waktu itu, aku ingin ke kamar mandi. Memang untuk urusan ke kamar mandi, aku tidak perlu bantuan Rose. Aku sudah besar dan malu kalau harus ditemani Rose juga.
Tiba-tiba aku mendengar isak tangis. Aku tahu itu suara Rose. Diam-diam aku menajamkan pendengaranku.
“Sudahlah, Rose! Bram hanya masa lalumu!” terdengar suara Mama.
“Aku seolah-olah melihat hantu, Ma! Lukaku kembali mengangga.”
Oh, aku baru tahu, kalau Rose memanggil Mama juga pada Mamaku.
“Rose, pada saat kamu datang kemari, seharusnya kamu sudah siap dengan semua resiko yang akan terjadi.”
“Aku tidak sanggup, Ma!”
“Lalu apa yang akan kamu lakukan?”
“Mungkin aku akan pergi untuk menenangkan hati, Ma.”
“Kamu tidak sayang pada anakmu, Rose?”
“Justru aku pergi, karena sayang padanya, Ma! Aku tidak mau bersamanya di saat hatiku sedang lara. Aku tidak mau, dia ikut merasakan kesedihan hatiku ini, Ma.”
Ooh, aku baru tahu kalau Rose punya anak. Kasihan Rose, pantas saja ia sering menangis. Pasti ia sedih memikirkan anaknya itu.
@@@
Rose sudah pergi. Ia tidak pamit padaku. Aku sedih. Apalagi pengawal baruku, tidak sebaik Rose.
Tapi tidak apa. Aku ikhlas melepas kepergian Rose. Mungkin anaknya lebih membutuhkan Rose dibandingkan aku.
Tepat dua minggu sejak kepergian Rose, seseorang datang mencarinya. aku mengintip dari jendela kamar. Aku mengenalnya. Laki-laki yang sedang berdiri di ambang pintu itu. Dia laki-laki yang membuat Rose ketakutan saat di taman.
Bergegas aku keluar kamar lalu menuju ruang tamu, Aku bersembunyi di balik gorden. Aku ingin tahu, kenapa laki-laki itu datang ke rumahku?
“Bram? Untuk apa kamu datang ke sini?” terdengar suara Mama saat membuka pintu rumah.
“Saya mencari Rose, Tante! Saya ingin bicara padanya!”
“Jangan pernah mencari Rose lagi! Apa belum cukup perlakuanmu pada, Rose?”
“Tante, apa belum cukup saya menebus kesalahan saya. Sepuluh tahun saya habiskan di dalam penjara. Beri saya kesempatan, Tante! Selama ini, saya dihantui rasa bersalah.”
“Terlambat. Rose sudah pergi! Sekarang lebih baik kamu pergi!”
Mama hendak menutup pintu, tapi laki-laki itu menahannya.
“Tunggu, Tante! Saya ingin bertanya sesuatu.”
“Apa lagi? Saya tidak akan memberikan sedikitpun infomarsi tentang Rose.”
“Itu Tante, saya ingin tanya tentang anak yang dulu dikandung Rose! Bagaimana kabarnya?”
“Itu bukan urusanmu!”
“Tapi anak itu anak saya, Tante! Saya Ayahnya.”
Mama terdiam. Tapi laki-laki itu terus mendesak Mama. Bahkan ia berlutut sambil memegang kaki Mama.
“Baiklah, saya akan menceritakan semuanya! Masuklah!”
Mama mengajak laki-laki itu duduk di ruang tamu. Dan cerita itu pun mengalir deras bagai anak sungai.
Waktu itu umur Rose baru 16 tahun. Rose adalah gadis remaja yang cantik dan periang. Banyak cowok naksir pada Rose. Dan akhirnya Rose menambatkan hatinya pada Bram, cowok tampan dan jago basket itu.
Sayangnya, Rose dan Bram tidak bisa menjaga hubungan mereka. Gaya pacaran mereka terlalu jauh. Suatu malam, Bram secara paksa merengut kegadisan Rose, sehabis menghadiri pesta ulang tahun teman sekelas mereka.
Rose hamil dan mengandung pada saat dirinya belum siap. Rose terpaksa keluar dari sekolah. Rose malu dan akhirnya depresi. Berkali-kali Rose mencoba mengugurkan kandungannya. Bahkan sempat mencoba bunuh diri.
“Rose tidak sanggup merawat anaknya. Akhirnya Tante yang merawat. Sedangkan Rose kami masukkan ke pesantren untuk berobat.”
“Jadi, anak itu bersama, Tante? Bolehkah saya bertemu dengannya?”
“Kamu yakin?”
Laki-laki yang bernama Bram itu mengangguk.
“Baiklah, Tante sadar. Sampai kapan pun, anak itu tetap anakmu. Ada darahmu yang mengalir di dalam tubuhnya. Ikutlah!” Mama bangkit dari duduknya.
Laki-laki bernama Bram itu mengikuti Mama.
“Eh, sayang! Rupanya kamu bersembuny di balik gorden ini,” Mama membebaskan tubuhku dari belitan gorden. “Lain kali, jangan main-main dengan gorden lagi, ya!” Mama menasehatiku sambil mendorong kursi rodaku menjauh dari gorden. Mama lalu mengambil tissue dan segera melap liur yang membasahi bajuku.
“Ini anakmu, Bram! Namanya Pelita. Umurnya 16 tahun! Walau keadaannya tak sempurna, ia tetap bagai pelita yang akan terus menyinari hati saya dan Rose,” kata Mama sambil mengelus rambutku.
Laki-laki bernama Bram itu langsung melongo menatapku tak percaya.
Bambang Irwanto


Ceritanya bagus banget pak bambang....alurnya gak ketebak ini sie...meskipun di tengah2 sempat kepikiran namun masih bisa berbagai penafsiran...kalo gak dibaca sampai selesai tu kayak belum tuntas jadi penasaran apakah sesuai dengan yg dipikirkan atau tidak :)
ReplyDeleteiyaapp
Deleteplot twist banget.
ternyata penulis anak bisa juga yhaaa bikin cerita young adult
ciamiikkk
Plot twistnya ternyata.......tokohnya ada namakunya "Rose" jadi kaya dipanggil tiap ada kata itu di sana. Manteb banget ceritanya Pak, ada pot twitsnya..ternyata anaknya si Rose to..oalah.
ReplyDeleteCeritanya terlihat sederhana, tetapi bagi aku yang terbiasa melihat lapisan satu kisah. Membacanya sampai merinding. Bagaimana traumanya seorang Rose dan anaknya yang tidak utuh akibat dari ketidaksiapan seorang wanita menerima benihnya.
ReplyDeleteMenarik sekali, tokoh aku ternyata plot twis menurutku. Dan aku melihatnya sudah dari tengah cerita. Larut banget membacanya. Kereen.
Plot twist banget endingnya. Awale kukira Rose itu pacarnya, ternyata body guard. sekaya apa keluarga cowok itu sehingga sewa bodyguard? Apa dia anak CEO? Ternyata oh ternyata...
ReplyDeleteHiks hiks, plot twist banget endingnya Pak Bambang. Aku jadi terisak, membayangkan posisi anaknya yang gak ngerti apa-apa tapi penuh tanda tanya. begitulah, memang dalam pergaulan kita harus berhati-hati. Sebab, jika terjadi seperti ini, maka anaklah yang akan jadi korbannya.
ReplyDeleteRose jadi bodyguard, dan yang kebayang oleh saya adalah sosok Rose di film Titanic, padahal dia bukan bodyguard hehe.
ReplyDeleteCerita remaja yang endingnya sesuatu, Pak. semoga mas Bram bisa menyadari kesalahannya. Serta jadi pembelajaran sih buat para remaja ya tatkala membaca kisah ini
Ceritanya sederhana tapi bagus Pak. Awalnya saya kira si anak yang bercerita ini usia balita, ternyata remaja dengan kebutuhan khusus ya.
ReplyDeleteRose juga saya pikir hanya pengasuhnya, ternyata malah mamanya.
ternyata "Cerpen Remaja Rahasia Rose" ini punya plot twist yang lumayan nendang, ya! Awalnya dikira cuma cerita bodyguard vs remaja yang pengin bebas, eh ternyata si Rose itu ibunya Pelita. Salut banget sama Mama Pelita yang mau ngerawat cucunya. Ceritanya cukup mengharukan dan bikin penasaran sampai akhir.
ReplyDeleteCerita yang ringan, mengalir begitu saja, enak dibacanya Pak. Ternyata Rose mempunyai anak to
ReplyDeleteAkhir cerita yang mengagetkan hehehe....pak cerpennya bagus banget ceritanya tak tertebak
ReplyDeleteKasihan Rose sampai harus pergi dari hadapan anaknya karena trauma bertemu Bram lagi, memang separah itu trauma dan luka batin ya...
ReplyDeleteWah, endingnya
ReplyDeleteAnak 16 tahun masih ditemani main ya, memang afa istimewanya
Apa nih keistimewaan anak dari Rose? Lalu gimana nasib Rose?
Cerpen ini punya alur yang bikin penasaran sejak awal sampai akhir. Saya sempat menebak-nebak apa yang sebenarnya disembunyikan Rose, ternyata ending-nya cukup mengena dan bikin mikir.
ReplyDeleteMenjadi sebuah warning juga bagi kita semua bahwa pentingnya menjaga pandangan dan tidak terlalu "berani". Kalau sudah terlanjur, semoga menjadi sbuah pembelajaran bagi pembaca.
ReplyDeleteKereen mas Bams.. jadi addicted baca cerpen remaja mas Bams.
Oh plot twist sekali, sedih banget dengan keadaan anaknya Rose yang punya keterbatasan. Rose dan Bram membayar kesalahan masa lalunya. Bagus cerpennya Pak Bram. Saya ikut larut saat membaca cerpen ini.
ReplyDeletePlot twist banget Rahasia Rose, ternyata endingnya yaampun. Aku tuh nggak nyangka kalau Rose mengalami hal yang menakutkan dan menyakitkan. Masa lalunya bikin yaampun kasian sekali Rose. Bahkan ia harus pergi meninggalkan anaknya. Pengawal pribadi ternyata adalah Ibunya sendiri.
ReplyDeleteAku pikir tadinya yang dijagain Rose itu cowok gitu hehe. Ternyata seorang anak disabilitas. Tapi udah bisa nebak saat si mama kok akrab banget sama Rose dan mengatakan si anak itu ada di situ juga.
ReplyDeleteJadi sebenarnya sih "mama" ini baik banget ya mau menampung ibu dan anak dengan segala kekurangannya.
Ini kalau dipanjangin lagi jadi novel keknya oke pak :D
Kondisi Pelita pasti dipengaruhi dengan perilaku Rose semasa hamil yg terus ingin menggugurkan kandungan bahkan Rose jg depresi. Cerpen yang memberikan pelajaran untuk kawula muda kheseusnya agar menjaga diri huhuhu sedih
ReplyDelete