} Sepeda 2 in 1 - Bambang Irwanto Ripto

Sepeda 2 in 1

Teng-teng-teng.... bel tanda pelajaran pertama berakhir berbunyi.

”Ahmad, sekarang kamu boleh duduk di bangkumu!” suruh Bu Risma, wali kelasku.

cerrita anak sepeda 2 in  1 majalah bobo bambang irwanto
Dimuat di Majalah Bobo edisi 27 tahun 2010

Dengan wajah tertunduk, Ahmad menuju bangkunya di barisan lima, tepat di belakang bangkuku. Semua teman-teman memandang Ahmad sambil berbisik-bisik.

”Dasar anak pemalas!” bisik Zainal pada Desta yang duduk di depan bangkuku.

”Iya, masa tiap hari terlambat melulu. Barangkali Ahmad itu sering begadang,” timpal Desta.

Aku tidak setuju dengan perkataan Zainal dan Desta tadi. Seharusnya mereka kasihan pada Ahmad yang hampir setiap hari dihukum oleh Bu Risma. Seharusnya mereka mencari tahu alasannya, kenapa Ahmad selalu datang terlambat ke sekolah.

”Kenapa kamu sering terlambat ke sekolah, Ahmad?” tanyaku pada Ahmad saat jam istirahat.

Ahmad lalu bercerita padaku. Sebenarnya ia tidak pernah bangun kesiangan. Ahmad juga tidak pernah begadang. Setiap hari ia bangun jam empat subuh. Ahmad harus membantu ibunya membuat aneka kue basah. Setelah itu Ahmad harus mengantar kue-kue basah buatan ibunya ke warung-warung.

”Apa saudaramu yang lain tidak membantumu, Mad?”

”Aku anak tertua. Adikku ada tiga orang dan masih kecil-kecil,” jawab Ahmad.

”Jadi itu penyebabnya, ya!”

”sebenanarnya jam enam lewat aku sudah selesai membantu Ibu. Tapi karena aku jalan kaki ke sekolah, jadi terlambat. Andaikan saja aku punya sepeda sepertimu, Candra! Pasti aku tidak akan terlambat ke sekolah,” guman Ahmad sedih.

Aku ingin sekali membantu Ahmad, tapi bagaimana caranya, ya? Gumamku dalam hati. Otakku berputar-putar mencari jalan keluarnya.

Esok harinya, aku bersiap-siap akan berangkat ke sekolah. Di ruang tamu, aku berpapasan dengan Ayah. Aku heran, beberapa hari ini, Ayah selalu membawa satu helm cadangan setiap kali pergi ke kantor.

”Kenapa Ayah selalu membawa satu helm lagi setiap pergi ke kantor?” tanyaku.

Ayah tersenyum. ”Setiap hari ada teman Ayah yang menumpang untuk dibonceng.”

”Kenapa Ayah harus repot-repot. Ayah pasti capek harus mengantar jemput.”

Ayah mengelus rambutku. ”Candra, kebetulan rumah teman Ayah searah dengan rumah kita. Tiap hari Ayah melewati rumah Om Amir. Daripada tempat duduk motor Ayah di belakang kosong, kan lebih baik diisi. Selain meringankan beban Om Amir, kita akan mendapat pahala besar bila bisa membantu orang lain.

A ha... aku menepuk pelan jidatku. Kini aku tahu, bagaimana caranya menolong Ahmad. 

Hari minggu aku bangun dengan semangat. Sehabis mandi dan sarapan, aku menemui Ayah yang sedang membaca koran pagi di teras rumah.

”Ayah, kita jadi pergi?” tanyaku.

Ayah menoleh padaku. ”Jadi! Ayo, kita berangkat sekarang saja!” ajak Ayah.

Aku berlari ke garasi untuk mengambil sepedaku. Selanjutnya aku dan Ayah pergi ke bengkel sepeda milik Pak Banu. Letaknya hanya sepuluh meter dari rumahku.

“Selamat pagi! Apa kabar Pak Ridwan dan Candra? Ada yang bisa saya bantu?” sapa Pak Banu ramah.

“Begini Pak Banu, sepeda BMX Candra mau dipasang boncengan. Apa ada boncengan yang cocok untuk sepeda Candra?” tanya Ayahku.

“Sebentar ya, saya lihat di gudang dulu,” kata Pak Banu sambil meninggalkan kami. Tidak lama kemudian Pak Banu sudah kembali membawa sebuah boncengan. “Kebetulan masih ada. Mau dipasang sekarang, Candra?” tanya Pak Banu padaku. Aku mengangguk.

Pak Banu lalu mengantung sepedaku, lalu dengan cekatan membuka baut roda belakang. Hanya sepuluh menit saja, sepedaku sudah mempunyai boncengan baru. Pak Banu tidak lupa juga mengencangkan baut-baut yang kendur, juga memberi pelumas pada rantai dan baut-bautnya agar tidak berkarat.

“Nah, sudah selesai! Ayo, Candra! Kamu coba sepedanya, apakah enak saat dikendarai.” 

Aku mencoba sepeda bmx ku itu. Wah ringan sekali saat sadelnya dikayuh. Sejenak aku berputar-putar di depan halaman bengkal sepeda Pak Banu.

Besoknya seisi kelasku heboh. Untuk pertama kalinya, Ahmad tidak terlambat datang ke sekolah. Ahmad pun mendapat pujian dari Bu Risma. Saat jam istirahat, teman-temanku langsung mengerumuni Ahmad untuk bertanya.

”Tumben kamu tidak terlambat, Mad?” tanya Zainal.

Ahmad tersenyum sambil melirik padaku. ”Itu berkat Candra. Pagi-pagi Candra sudah datang menjemputku. Aku dibonceng dengan sepedanya,” jawab Ahmad.

”Bukankah sepeda Candra tidak ada  boncengannya?” tanya Rifki.

Aku tersenyum. ”Kemarin aku sudah memasang boncengan baru,” jawabku. 

”Kalau mobil namanya three in one. Kalau sepeda Candra two in one, dong! Sela Agung.

Ha-ha-ha... Kami semua tertawa. Ahmad terlihat bahagia sekali. Aku pun ikut bahagia, karena bisa membantu Ahmad.

Bambang Irwanto


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sepeda 2 in 1"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.