} Cara Menulis Tokoh Benda Mati yang Sepasang Dalam Cerita Dongeng - Bambang Irwanto Ripto

Cara Menulis Tokoh Benda Mati yang Sepasang Dalam Cerita Dongeng


Menulis cerita anak itu memang menyenangkan. Teman-teman bisa menulis beragam jenis cerita. Mulai dari cerpen realis, cerita detektif, cerita misteri, cerita futuristik, cerita fantasi, dan dongeng. Berbagai ide bisa teman-teman kembangkan dan berimajinasi seluas-luasnya.

Berbeda dengan tokoh cerpen dalam cerita anak yang harus orang, tokoh untuk dongeng itu lebih bervariasi. Kita bisa menjadikan tokoh dongeng kita itu kurcaci, peri, penyihir, pohon, bunga, sampai benda mati. 


Nah, untuk tokoh benda mati ini, benda apa saja bisa kita pakai. Asalkan sesuai dengan kebutuhan cerita dan pas dengan jalan cerita. Teman-teman bisa menjadikan tokoh dongengnya sepeda, balon, alat tulis, boneka, perangkat makan, rumah, awan, matahari dan sebagainya.

Hanya terkadang, teman-teman masih ada yang kurang pas dalam menentukan benda mati sebagai tokoh cerita dongengnya. Misalnya Sepatu, sandal, sarung tangan, atau kaos kaki. Jadi kalau tokoh bendanya sudah tidak pas, maka otomatis jalan ceritanya jadi tidak pas.

Nah, apa yang penyebabkan tidak pas? Dan bagaimana cara menerapkan dalam dalam cerita. Yuk, simak ulasan berikut yang saya susun dari pengalaman menulis saya yang masih seuprit hehehe.

Jadi pada dasarnya, benda apa saja bisa dijadikan tokoh dalam cerita dongeng. Demikian juga dengan benda-benda yang sepasang. Seperti sepatu, sandal, sarung tangan atau kaos kaki.

Dokpri
Ternyata, masih banyak teman-teman yang menjadikan sandal, sepatu, sarung  tangan atau kaos kaki itu hanya satu tokoh. Misalnya tokohnya sepatu bernama Chilo, atau sandal bernama Chili. Padahal menurut saya (ini menurut saya ya) tidak pas.

Kenapa?
Karena sepatu, sandal, sarung tangan atau kaos kaki itu ada sepasang. Bendanya ada dua, jadi tokohnya harus dua. Sebelah kanan dan sebelah kiri. Mereka kan, tidak berdempet dan akan selalu bersama. Jadi kapan pemiliknya melempar sebelah kanan ke kolong tempat tidur, dan menaruh sebelah kiri ke tempat lain, apa pas kalau masih satu tokoh?

Jadi sebelah kanan dan sebelah kiri, harus diberi nyawa dan diberi nama. Masing-masing mempunyai karaktek yang berbeda. Ibaratnya saudara kembar, walau fisiknya identik, tapi wataknya berbeda. Mereka berdua menjadi tokoh utama dan jadi benang merah atau menyambung tokoh-tokoh dalam cerita atau alur yang satu dengan alur lainnya.

Karena dua tokoh, maka jangan lupa memberi nama. Tidak perlu harus nama-nama yang mirip. Misalnya nama Chela dan Cheli. Sepa dan sepi atau Rinka dan Rinki. Bisa kok beda-beda. Cleo dan Belli, Karenina dan Saphira, atau Toma dan Comi. Bebaskan saja imajinasinya. Asalkan pas.

Dokpri
Karena ada dua tokoh dan dua karakter, maka ini bisa dijadikan konflik dalam cerita. Misalnya sepasang sepatu bot. Yang sebelah kanan penyabar, si kiri suka menggerutu.
Si kiri paling tidak suka bila pemiliknya memakainya hujan-hujanan atau kena air.

Misalnya kalau hanya ingin menampilkan satu saja, bisa disesuaikan dalam cerita. Misalnya, sebuah kaos kaki sebelah kanan sedih, karena pasangannya hilang entah ke mana. Akhirnya, dia tidak pernah dipakai lagi. Nah, selanjutnya, ada kaos kaki lain sebelah kiri yang juga tidak ada pasangannya. Suatu hari pemiliknya membutuhkan sepasang kaos kaki beda warna. Akhir kedua  kaos kaki itu digunakan dan mereka pun gembira.

Jadi intinya, kalau dalam cerita itu ada sepasang, sebelah kanan dan kiri, maka tokohnya dua. Sedangkan kalau teman-teman hanya memakai sebelah kanak atau sebelah kiri saja dalam cerita, maka tokohnya boleh satu.

Demikian penjelasan singkat soal Menulis tokoh benda mati yang sepasang. Kalau pas menerapannya, maka ceritanya akan berkembang dan semakin menarik. Salam semangat menulis, teman-teman...

Bambang Irwanto




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cara Menulis Tokoh Benda Mati yang Sepasang Dalam Cerita Dongeng"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.