} Penulis Harus Menjaga Mata - Bambang Irwanto Ripto

Penulis Harus Menjaga Mata


Penulis  Harus Menjaga Mata Dalam menjalani profesi sebagai penulis, menurut saya, kita dituntut menjaga mata. Soalnya mata ini memang salah satu senjata pamungkas penulis. Tanpa mata, penulis akan hampa. Bagai sayur tanpa garam, bagai lalapan tanpa sambal, bagai dirimu tanpa diriku halah... hahaha.
Ilustrasi Pak Iwan Darmawan

Bicara soal mata, penulis itu punya tiga mata. Ini menurut saya, ya. Dan ke tiga mata itu harus terus diperhatikan, karena semuanya saling berkaitan. Kapan salah satunya lagi bermasalah, maka kegiatan menulis akan terhambat.
Nah, apa saja tiga mata penulis itu? 

Mata Melihat
Pertama adalah mata sebenarnya. Yess... penulis sangat tergantung pada kedua mata pemberian Tuhan. Termasuk saat menulis.
Penulis itu memang aktivitas 90 persen menulis. Kayak saya, duduk tampan rupawan depan laptop hahaha. Karena aktivitas utama menulis, maka otomatis mata akan selalu berhubungan dengan layar yang ada radiasinya. Dan ini bisa menganggu penglihatan kita. 
Dan sebenarnya, soal radiasi ini bisa juga penulis dapatkan dari perangkat lain. Misalnya ponsel dan tablet. Saya sendiri jujur mengakui, kalau dalam hidup saya sekarang, tidak pernah sekali pun saya dalan sehari, saya tidak pegang ponsel atau tablet. Soalnya kedua perangkat itu ikut mendukung kegiatan menulis saya.
Makanya kedua mata pemberian Tuhan ini, harus dijaga baik-baik. Dan sebagian besar teman penulis saya itu berkacamata. Tapi ada yang memang karena tuntutan usia. Dan Alhamdulillah, sampai saat ini, saya belum berkacamata hehehe.
Menjaga kesehatan harus rutin kita lakukan. Bukan saja harus mengistirahatkan sejenak kedua mata kita dari kegiatan menulis, tapi juga perlu tindakan tambahan. Dan itu mudah dilakukan kok.
Untuk menjaga kesehatan mata saya, saya rutin membuat jus wortel. Caranya mudah saja. Beli wortel, cuci bersih, lalu blender Saring, tinggal diminum. Wortel juga bisa dimasukan dalam bahan makanan. Misalnya sayur sop, oseng, risol atau pastel. 
Cara lainnya adalah mencelup-celupkan mata ke dalam air rendaman daun sirih. Jadi daun siri itu banyak manfaatnya. Tidak hanya buat nginang Nenek atau daerah khusus kewanitaan hehehe.
Saya tidak berpatokan menggunakan obat tetes mata. Kecuali kalau saya bepergian, pasti selalu bawa obat tetas mata. Yang perlu dilakukan juga, saat mengetik di laptop atau komputer, jangan trus menatap layar. Alihkan sejenak pandangan. Ke keybord, ke samping, ke taman depan dan lainnya.

Mata Batin
Penulis juga wajib memperhatikan mata batinnya. Maksudnya apa ayo?
Jadi maksudnya, penulis harus peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Karena semakin peka, maka ide-ide pun akan bermunculan. Tentu saja ini bagus untuk dijadikan tulisan.
Ini berbanding lurus dengan imajinasi juga. Kalau mata batin penulis mulai tebuka, maka imajinasi terus berkembang, dan akhirnya semakin banyak tulisan yang dihasilkan.
Tapi jangan hanya mengandalkan dari ‘mata batin’ ini. Penulis wajib menambah amunisi. Dengan membaca, menonton, mendengarkan musik dan sebagainya, maka ide-ide pun semakin banyak berdatangan, dan kemampuan menulis semakin terasah.

Mata Pencaharian
Nah, kalau ini mata pencaharian, alias pekerjaan. Seseorang yang memutuskan full menulis, wajib menjaga mata pencahariannya.  Kapan tidak dijaga, dapur tidak ngebul hahaha.
Makanya semangat dan konsisten menulis itu harus dijaga. Penulis juga harus rajin mencari peluang dan menjemput bola. Memang rezeki menulis itu akan selalu ada dan terbuka, karena setiap penulis sudah ada rezekinya masing-masing. Tapi tetap harus usaha. Walau job langsung sesekali memang menyapa.
Seorang penulis harus mau terus belajar dan mencoba. Jadi jangan merasa nyaman di satu titik saja. Sudah bisa nulis cerita, coba nulis artikel, coba ngeblog, coba nulis skenario dan sebagainya. Jadi peluang semakin banyak. Mata pencaharian akan terus terjaga.
Mata pencaharian penulis tidak selamanya dari hasil tulisan yang kita tulis. Banyak celah yang bisa diterobos. Dari jualan buku juga mendatangkan rezeki. Buka kelas menulis juga bisa. Bahkan di luar dunia menulis juga tidak salah. Kayak saya, apa saja saya kerjakan. Jualan pulsa, jualan sambal goreng dan rendang, bantu teman promosi masker wajah, ngebuzzer saya sikat. Namanya juga aji mumpung hahaha.

Kaitannya Mata Melihat dan Mata Pencaharian
Jelas dong, ada kaitannya. Seperti yang saya tuliskan tadi, kalau salah satunya bermasalah, maka akan menghambat yang lain. Bisa pusing tujuh keliling seperti kuda makan beling hehehe.
Misalnya bila mata melihat bermasalah, otomatis akan menganggu aktivitas menulis. Kalau mata kabur, burem, berbayang, apa dijamin saat ngetik tidak typo semua. Yang biasanya nulis kelar 1 halaman 15 menit, bisa setengah jam atau lebih.
Kalau mata batin bermasalah, biar mata melihat sehat, tapi ide-ide tidak ada, lalu apa yang mau ditulis? Akhirnya akan berpengaruh pada mata pencaharian.
Kalau misalnya mata meihat sehat, dan mata batin mantap, tapi mata pencaharian kosong, ya susah juga. Untuk membeli wortel biar mata sehat kan butuh duit. Kalau makanan tercukupi dan badan sehat kan, mata batin bisa cepat menangkap ide-ide.
Seperti kata Erie Susan, hidup ini semua perlu duit. Bahkan dikubur pakai duit juga. Duit memang bukan segalanya dalam hidup ini, tapi dalam hidup, kita perlu duit. Buang air kecil saja bayar 2 ribu, kalau mandi 3 ribu hahaha...
Nah, sudah jelaskan, bagaimana pentingnya mata bagi penulis. Maka harus dijaga baik-baik mata melihat, mata batin dan mata pencaharian itu. Agar hidup ini lancar jaya, aman, tentram, damai, sentosa selamanya hahaha.. Gaya benar saya ini. Salam semangat menulis.

Bambang Irwanto


Subscribe to receive free email updates:

3 Responses to "Penulis Harus Menjaga Mata"

  1. Keren banget Kak. Jadi kepingin ikut jejaknya. Amiinnn

    ReplyDelete
  2. Kalau mata batinnya kurang diasah (et dah ini bukan asah pisau hehe), memang agak kurang peka ya Pak Bams. Soalnya perihal yang penting ini mata batin yang tajam melihat sekeliling. Walaupun tajamnya bukan jadi setajam silet (hayyaaahhh, malah jadi yang lain, hehe)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.