} Sesama Penulis Jangan Julid! - Bambang Irwanto Ripto

Sesama Penulis Jangan Julid!




Julid? Kalau dengar kata Julid, pasti teman-teman langsung ingat si Princess Syahrini. Apalagi kemarin sempat ramai soal seputar ide lagu cantik manjah. Dan si Jambul Khatulistiwa ini sampai memakai kaos bertulisan ‘Anda Jangan Julid!’

Awalnya kening saya berkerut mendengar kata julid itu. Jujur saya memang baru dengar dan tidak tahu artinya. Makanya saya buru-buru browsing, biar terus kekinian hahaha. Ternyata julid itu berarti iri hati atau dengki.

Kalau dimasukan ke dunia menulis, kata julid ini bisa kena juga. Walau kata lebih halusnya itu nyinyir hahaha. Dan memang, sesuai pengamatan dan pengalaman menulis saya (yang masih seuprit), di kalangan penulis ada juga yang sering nyinyir. Dan seringnya, penulis yang nyinyir itu, justru penulis yang belum lama menulis. Jadi dia nyinyir pada penulis yang sudah lama menulis.

Nah, apa saja yang sering dinyinyirin penulis satu pada penulis lain ya. Sesuai pengamatan saya inilah :

Posting Karya
Ini paling sering dijulidin adalah saat ada penulis yang posting tulisannya yang dimuat di media atau bukunya baru terbit. Sering ada yang komentar, pemer... ria...

Padahal menurut saya sangat wajar. Sebuah cerita dimuat di media itu prosesnya panjang. Sangat jarang, begitu kirim naskah cerita di media, langsung dimuat, termasuk saya. Soalnya yang kirim naskah  memang banyak. Naskah kita memang harus bersaing dengan naskah lain. Bahkan bisa bersaing dengan naskah sendiri kalau kirimnya banyak. Makanya, saat mengirim, usahakan memang ceritanya sesuai dan disukai oleh media itu.

Begitu juga saat menerbitkan buku. Prosesnya sangat panjang. Bisa lebih panjang dari proses pemuatan di media. Dari ide, proses menulis, kirim ke penerbit, proses seleksi sampai diacc.

Saat naskah diterima Penerbit pun,  perjalanannya masihn panjang. Ada proses revisi, proses edit lagi, bahkan permak sana sini-sini. Belum kalau ada ilsutrasinya, buat kaver, sampai akhirnya cetak, lalu dipajang di toko buku. Kalau bukunya bertema, misalnya tema Idul Fitri, itu keluarnya harus sesuai momen.

Jadi wajar, kalau mereka bergembira, kerena sudah melalui perjuangan panjang Lagipula, promo buku sendiri wajib. Kalau tidak promo, siapa yang tahu. Kalau menurut saya, semakin banyak promo, maka peluang akan semakin banyak.  Saya pun rajin menjual diri alias promosi hehehe

Karya Penulis Lain Lebih Banyak
Hal ini juga sering dijulidin. Saat melihat cerita teman banyak dimuat, atau banyak bukunya terbit dalam setahun. Masih banyak tuh, yang bilang, kok dia mulu? Pasti ada kenalan orang dalam. Pasti suka ‘main mata’ dengan editor. Kayaknya anak kesayangan penerbit itu, deh.

Padahal, cerita yang dimuat di media atau naskahnya yang diacc itu, penilaian utamanya yang dilihat bukan karena penulisnya, tapi tulisannya sesuai apa tidak. Lagi pula, kalau kita terus semangat menulis, maka semakin banyak tulisan yang kita hasilkan. Artinya, semakin banyak peluang juga.

Secara matematika, hitungannya begini. Kalau si A hanya menulis 1 cerita dalam seminggu, sedangkan si B menulis cerita setiap hari selama seminggu. Nah, pastinya si B lebih banyak bank naskahnya.

Saat Menang Lomba
Saat ada pengumuman pemenang lomba menulis, pasti ada saja yang julid. Di antara komentar-komentar yang memberi semangat, teselip komentar nyinyir. Misalnya, wajarlah menang, sudah senior, aku kan amsih newbie atau Ah..dia lagi, dia lagi.

Padahal bisa saja mereka itu memang bersemangat ikut lomba. Karena semangat, tulisan dipersiapkan jauh-jauh hari dengan matang. Kalau menulisnya menjelang DL, tidak sempat diedit, lalu kirimnya 5 menit sebelum deadline, bagaimana bisa menang?

Jadi sekali lagi, yang dinilai itu bukan penulisnya atau orangnya. Mau senior, mau newbie, bukan patokan. Yang penting tulisannya bagus, dan sesuai. Lagipula, penulis senior juga pernah ada di posisi newbie atau yunior. Jadi saatnya terus semangat menulis, agar tidak stop digelar penulis pemula.

Nah, biar tidak julid lagi, saya ada tips sederhana nih. Tentunya saya susun berdasarkan pengamatan dan pengalaman menulis saya. Siapa tahu cocok, ya.

Ubah prasangka buruk, jadi prasangka baik. Misalnya, wajarlah, kalau ceritanya dimuat terus, dia kan rajin menulis. Lagian memang harus rajin promo kan, biar orang lain jadi tahu tulisan yang sudah ada

Ubah aura negatif  jadi positif. Saat melihat kesuksesan penulis lain, justru jadikan cambuk penyemangat. Kalau dia bisa, maka saya tidak bisa. Sama-sama makan nasi ini hahaha.

Satu lagi, jangan hanya melihat kesuksesan orang, tapi cari tahu dan ikuti bagaimana prosesnya, bagaimana  caranya  mereka meraih sukses.
Soalnya, semua kesuksesan itu, apapun itu butuhn proses. Tidak instan, pakai simsalabin atau abrakadabra, tidak sekedar membalikan telapak tangan, semuan butuh proses. Jadi kalau ingin sukses seperti mereka,harus mau nikmati proses.

Demikian sharing saya. Jadi ini sekedar berbagi cerita saya ya, dan saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi saya. Jadi ingat Neng Syahrini, ‘Anda Jangan Julid!’ hahaha. Salam semangat menulis...

Bambang Irwanto



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sesama Penulis Jangan Julid!"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.