} Stop Berkomentar yang Menjatuhkan Teman - Bambang Irwanto Ripto

Stop Berkomentar yang Menjatuhkan Teman

Zaman now, keahdiran media sosial bukan hanya ajang mencari teman saja, tapi juga bisa buat jualan, media kerja, dan branding diri.  Makanya harus dimanfaatkan. Sayangnya, sering banyak teman tak mendukung dari segi komentar. Maka stop berkomentar yang menjatuhkan teman.

stop berkomentar yang menjatuhkan teman di medos
Tahan Komentar yang Menjatuhkan Teman di Media Sosial

Kalau ada jargon mulut setajam silet, maka sekarang ada komentar setajam silet hahaha. Mungkin tanpa kta sadari, bisa menyakiti hati teman. Jangan lupa, karakter teman berbeda-beda. Maka bukan mereka yang menyesuai diri dengan kita, tapi kita yang memyesuaikan dengan mereka.

Misalnya si A suka becanda, maka boleh kita becandain. Si B kurang suka kalau membicarakan hal-hal seputar ini. Si C orangnya ngoot, dan sebagainya.

Nah, berikut saya coba bagi komentar-komentar yang bisa menjatuhkan teman. Pastinya saya tulis sesuai pengalaman pribadi saya ya. Jadi bila ad aperbedaan, anggap saja warna-wani kehidupan hehehe.

Komentar yang Menjatuhkan Seputar Jualan

Pertama saya akan sharing dulu komentar-komentar yang menjatuh teman seputar postingan jualan, ya. Karena saat ini medsos kan, sangat bagus dipakai menggelar lapak. 

Membandingkan Harga

Saat mejelajah dunia medsos dan melihat jualan teman-teman, masih saja ada yang suka membandingkan harga. Misalnya, kok harganya segini ya? Padahal di lapak sebelah segini? Atau ada juga, kok lebih mahal ya?

Sebagai pembeli, kita memang berhak membandingkan harga sebelum membeli. Tapi.. tidak harus memberi komentar. Bandingkan saja dengan jalan-jalan ke beberapa akun teman yang menggelar lapak. Lalu pilih yang memang sesuai hati dan jiwa. Sama sih, kalau belanja di marketplace.

Soalnya ini kurang etis, termasuk di dunia nyata. Saya pernah sedang memperhati tablet yang harus ganti :LCD. Nah, di sebelah servis itu ada toko hape. Lalu datanglah seorang anak muda mau jual hapenya. Si pemilik toko memberi penawaran misalnya harganya 900 ribu.

Lalu si pemilik hape bilang, kok 900 ribu? Tadi di toko sebelah ditawar 1 juta? Lalu dijawab si pemilik toko, kenapa tidak dijual di sana saja? Nah, lo. Si pemilik hape hanya bisa terdiam.

Makanya jangan heran, kalau banyak yang jualan, tapi info harganya harus japri. Mungkin takutnya kejadian yang di atas. Dan menurut saya tidak masalah sih. Karena kebanyakan yang serius mau beli, pasti akan japri.

Membandingkan Produk

Saat melihat akun jualan, tahan jempol untuk tidak mengetik misalnya, wih mending beli produk A, lebih bagus dan harganya juga lebih murah.  Atau duh kemarin pakai produk ini kurang cocok. 

Seperti yang kita ketahui, ada harga ada rupa. Bisa saja produk yang ditawarkan memang lebih bagus dan harganya lebih mahal. Kurang elok berkomentar, padahal belum pernah mencoba produk yang ditawarkan itu.

Selain itu,segala sesuatu itu cocok-cocokan atau relatif. Produk A bisa cocok buat si Mawar, tapi tidak cocok buat Melati. Begitu juga sebaliknya. Jadi jangan mengukut baju sendiri ke badan orang lain.

Menunggu Gratisan 

Baru juga buka lapak, sudah ada yang komen, ditunggu tester-nya ya, Sist. Atau boleh nih, dikirim gratis ke rumah. Kalau minta gratisan mulu, kapan jualan teman mau maju hahaha.

Jadi kalau berminat, lebih baik beli saja. Kalau sekedar mau nyoba, boleh dalam ukuran kecil dulu. Kalau suka, baru pesan lagi. 


Komentar yang Menjatuhkan Seputar Pekerjaan Online

Saat memposting pekerjaan online di media sosial, pastinya banyak juga yang berkomentar. Kalau mereka bertanya karena tidak tahu, ya bisa dimaklumi. Tapi kalau mereka itu profesinya sama dan sering melakukan pekerjaan yang sama masih bertanya juga, kenapa? Ada apa dengan cinta hahaha.

Sok Tahu

Suatu ketika, saya sedang campign sebuah produk. Lalu ada yang komen misalnya, lagi negbuzzer ya, Mas? Atau kok postingannya sekarang banyak beginian, Mas? Lalu pas saya kepoin akunnya, eh.. dia malah duluan ngebuzzer daripada saya hahaha.

No Debat

Saat melihat postingan tak sesuai, sebainya jangan berkomentar. Misalnya teman sedang posting kerjaan produk asuransi A, tapi kita ikutnya asuransi B, mending menghindar. Karena kembali lagi, semua itu relatif. 

Soalnya kalau lanjut, maka urusannya tidak akan kelar 7 hari 7 malam. Panjaaaaang pembahasannya dari Sabang sampai Merauke. Malah akan semakin panas, soalnya kan dari awal sudah jelas berbeda. satunya suka bakso, satunya lagi suka soto hahaha.


Komentar Menjatuhkan Seputar Branding Diri

Postingan di media sosial, tidak hanya soal jualan dan pekerjaan, tapi juga ada postingan branding diri. Nah, untuk postingan seperti ini saja, banyak yang suka komentar menjatuhkan. Kalau yang punya akun mentalnya kuat, tidak masalah. Kalau yang kurang kuat, akan merasa down juga.

Misalnya baru punya karya. Tulisannya dimuat di media. Karena senang, maka dipostingdi media sosial. Eh.. ada yang komen, kalau itu pamer dan ria. Padahal itu adalah salah satu branding diri. Bagaimana orang akan mengenal penulis dan karyanya, kalau tidak diperkenalkan kepada orang lain.


Sikap Bijak Saat Komentar di Postingan Teman

Sebaiknya, apapun itu postingan teman, maka usahakan berkomentar yang positif. Bersikap bijak itu harus kita terapkan saat mampir ke lapak jualan teman. Dan berikut beberapa yang bisa kita lakukan.

Beli Barang Jualan

Paling bagus sih, mampir ke lapak teman karena memang niat beli. Apalagi produknya pas dan harga sesuai. Dengan begitu, kita juga membantu teman mengembangkan usahanya.

Tahan Komentar

Jangan komentar kalau tidak niat beli. Ini lebih bijak. Daripada sudah bikin rusuh, lalu seenaknya pergi hahaha. Kalau dulu pepatah itu mulutmu Harimaumu, sekarang sudah nambah jadi jempolmu macanmu hahaha.

Jangan Gila Urusan

Hidup sendiri ini sudah banyak urusan, maka sebaiknya dengan menambah urusan dengan orang lain. Tidak harus semua urusan orang lain dipusingi, termasuk lapak jualan dan pekerjaan orang lain.

Saling Menghargai dan Memahami

Saling menghargai ini sangat wajib dalam segala hal, termasuk menghargai jualan teman. Mungkin di balik proses produk itu, ada kerja keras  juga, makanya hasilnya. Menghargai kalau postingan teman-teman itu bagian dari pekerjaannya.

Pahami kalau teman-teman itu lagi jualan dan mengharapkan pembeli. Bukan meminta komentar yang malah menjatuhkan. Bagusnya menempatkan diri kita pada posisi teman yang lagi jualan. Kalau misalnya kita juga lagi jualan, lalu ada yang komen tidak enak di hati dan jiwa, bisa turun semangat jualannya.

Beri Support

Bila ingin berkomentar, tapi tidak membeli, mending komentar support saja. Apalagi kalau yang jualan itu teman sendiri. Komentar dari versi masing-masing saja. Misalnya, semangat... semoga jualannya laris, laris manis ya dan lainnya.

Soalnya dengan komentar seperti ini, teman yang jualan jadi semangat lagi. Kita pun dapat pahala juga. Kalau jualan teman laku, bisa buat mecukupi kebutuhan akan jadi berkah.

Nah, itu tadi komentar yang harus ditahan saat melihat postingan teman yang berkaitan dengan jualan, pekerjaan dan Branding diri. Stop Berkomentar yang Menjatuhkan Teman. Sekali lagi ya, saya tulis sesuai pengalaman pribadi saya ya. Semoga berkenan dan bermanfaat. Terus semangat...

Bambang Irwanto

Subscribe to receive free email updates:

20 Responses to " Stop Berkomentar yang Menjatuhkan Teman"

  1. biasanya yang komentar membandingkan, menjatuhkan itu orang yang belum pernah punya usaha, atau gak tau cara menghargai usaha kawan, atau bisa jadi haters, senang liat kawannya susah... kalo kayak kita2 ini yakin pasti tau bagaimana berkomentar yang bisa menyemangati teman :) eaaa

    ReplyDelete
  2. Ya benar kak, harus saling dukung, bukannya malah menjatuhkan, ego masing masing sih yang masih dominan jika begini. semoga kedepan makin dewasa kita dalam bersosialisasi. komentar kamu hariamaumu kali ya hahaha

    ReplyDelete
  3. Ini menohok sekali mas.. hihi... Pasalnya,masih aja banyak orang yg menganggap jualan di medsos itu tidak mulia. Entah apa alasannya.. Namun saat masih menemukan itu. Maka efeknya bisa timbul komentar seperti disebutkan di atas. Komen yang menjatuhkan.

    Padahal, kalau punya pandangan positif, misal jualan itu hebat dan produktif, maka yg keluar dari komenntar juga akan beda. Yg positif pasti keluar kata2 positif dalam berkomentar.

    ReplyDelete
  4. Setuju banget mas dengan poin2 diatas, kebanyakan dari kita kadang saling debat, hehehe...btw untuk masalah jualan memang nggak pantas membandingkan harga dengan kualitas intinya ada harga ada rupa...

    ReplyDelete
  5. Iya nih mas, makanya kita harus berhati-hati dalam berkomentar. Jadi jangan asal nulis tapi harus dipikirkan dahulu. Saya juga begitu saat berkomentar, saya berusaha memberikan komentar yang positif. Memberikan komentar yang positif selain membuat orang yang kita komentari senang kita pun juga senang, sebab kita bisa membangun relasi yang baik dengan mereka. Jadi teman kita bisa bertambah.

    ReplyDelete
  6. Urusan komentar dan mengomentari memang complicated ya Pak. Kadang kitanya udah diam aja, tapi ada aja yang iseng gangguin. Apa dia nggak tahu yang diisengin itu shio nya apa, haha. Kalau ketemu shio macan kan berabe dah urusan Lah jadi ke shio 😁.

    Intinya sih kalau nggak pengen kena cubit ya jangan nyubit orang. Mending makan kue cubit yang nggak bikin sakit tapi bikin kenyang😂.

    ReplyDelete
  7. Berkomentar itu harus etis ya mbak. Kita harus pandai menjaga perasaan lawan bicara karena tidak semua orang bisa legowo menerima kalimat demi kalimat yang diucapkan orang lain. Ada yang mudah marah, cepat tersulut lalu timbullah percekcokan. Ada baiknya kita berpikir dulu sebelum memutuskan berkomentar kepada teman.

    ReplyDelete
  8. Kalau Temanku jualan, aku gak selalu beli karena mikir butuh barang atau gak. Bukan cuma demi pertemanan. Sebisa mungkin gak jatuhin. Kalau mau komplen, ya cari bahasa yang baik

    ReplyDelete
  9. Makasih sharingnya, emang kadang yah, selain muult jari juga mesit ditahan untuk tidak memberikan komentar negatif pada postingan apa pun

    ReplyDelete
  10. Netizen mah maha benar ya. Apa aja dikomentarin. Mereka gak tahu aja gimana susahnya bikin konten. Giliran sukses, di nyinyirin. Menderita gak ada yang bantuin. Astaga dragon

    ReplyDelete
  11. Betul banget nih Pak Bambang kita gak boleh menjatuhkan teman lewat komentar termasuk komentar di postingan blog ya.
    Kalau jualan makanna teman aku beli yg dikira-kira memang di rumah dimakan biar gak mubazir. Jangan nawar tapi juga jangan memaksakan kalau memang gak mau ga usah beli cukup tolak baik-baik aja.

    ReplyDelete
  12. Hahahaha, iyaaa itu yang minta gratisan kok sering banget yaaa temennya jualan bukannya dilarisin tapi minta diskon atau yang paling parah misal jualan tanaman, komennya "wah yang kaya gitu di belakang rumah saya banyak tumbuh liar..." wkwkkwkwk.

    ReplyDelete
  13. Sebaiknya memang saling support, tapi masih ada aja yang kadang komentar julid.

    Untuk itu, kita mulai dari diri sendiri duly, ya. Gak berkomentar pedas ke orang lain. Entah apapun itu. Di nyata, medsos, blog atau lainnya. Apalagi sampai membandingkan, jangan sampai, ya.

    ReplyDelete
  14. makanya lebih banyak netijen yang silent reader...
    pas udah ngomong eh sering ga ngenakin, lebih baik diem aja

    ReplyDelete
  15. ahaa, itu... sebenarnya paling malas deh kalau share ke Sosmed pas lagi campaign terus ada yang komen, eh jualan itu ya? ehh nganu ini inu ya? arrhh, kenapa gak kasih komen positif aja sih sesuai captionnya :(

    ReplyDelete
  16. Sepakat deh sama Mas Bam. Apalagi kalau teman lagi branding diri. Jleb banget soalnya. Juga sama yang hobi minta gratisan. Miris sih. Masih ada aja yang suka begini.

    ReplyDelete
  17. Jejak digital tuh susah ilang ya. Makanya komen apapun harus dipikir2 dulu. Suka sebel sih aku liat ada orang nyolot komen di postingan lain. Sesama pekerja digital mah harusnya saling support ya

    ReplyDelete
  18. Betul banget, padahal se simple di dukung aja udah senang lho kitanya... mari coba lebih menjaga lagi yaa

    ReplyDelete
  19. Benar banget mas. Kadang tiba-tiba saya juga suka mau komentarin postingan teman. Untungnya saya selalu ingat untuk sebisanya menyebarkan epos (energi positif), baik itu dipostingan ataupun komentar. Apalagi ini postingan teman, mestinya harus didukung sih.

    ReplyDelete
  20. Bener banget, Pak Guru.
    Jangan sampe pokoknya jadi model temen yang toxic gitu. Naudzubillah dah. Ga ada baek-baeknya malahan nyakitin hati orang aja.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.