} Tips Sandwich Generation Memutuskan Rantai Kemiskinan - Bambang Irwanto Ripto

Tips Sandwich Generation Memutuskan Rantai Kemiskinan

Istilah sandwich generation semakin banyak dibicarakan di media sosial sejak beberapa tahun belakangan. Sandwich generation merupakan istilah bagi seseorang yang harus memenuhi hidupnya sendiri sekaligus generasi di atas atau di bawahnya. Lantaran ada tanggungan tersebut, seorang sandwich generation kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saat ini hingga tidak mampu menabung. 

Memutus Genarasi Sandwich


Untuk mengatasi masalah tersebut, seorang sandwich generation harus pandai mengatur keuangan. Jika Anda salah satunya, mulai sekarang Anda harus bisa mengalokasikan uang secara bijak. Mulai dari menekan pengeluaran hingga menyisihkan sebagian pendapatan untuk ditabung meski tidak banyak. Misalnya dengan memanfaatkan rekening online untuk menyimpan uang.

Membuka rekening online akan membantu Anda menjaga keuangan lebih aman dan terkontrol. Dengan memiliki tabungan online, Anda bisa merencanakan keuangan dengan lebih matang. Tidak masalah jika saat ini Anda baru bisa menabung sedikit demi sedikit. Yang terpenting adalah Anda melakukannya secara konsisten dan memiliki perilaku keuangan yang baik.  Selain itu, Anda juga perlu tahu penyebab dan cara memutuskan rantai sandwich generation sehingga tidak terulang ke anak cucu Anda. 


Apa itu Sandwich Generation

Sandwich generation adalah istilah untuk menyebut seseorang yang harus menanggung biaya hidup tiga generasi, yaitu dirinya sendiri, generasi di atasnya, dan generasi sesudahnya. Selain memenuhi kebutuhan sendiri, seorang sandwich generation harus membiayai orang tua atau kakak dan adiknya.

Foto : Freepik

Istilah sandwich generation pertama kali dikenalkan oleh Dorothy Miller dalam jurnalnya yang berjudul "The Sandwich Generation: Adult of the Aging" pada tahun 1981. Seorang sandwich generation diibaratkan seperti roti sandwich. Orang yang dimaksud seperti layaknya sepotong daging yang terhimpit roti bagian atas dan roti bagian bawah. 


Peran dan tanggung jawab ganda yang dialami generasi sandwich membuat dirinya harus menjalani hidup cukup berat. Seorang sandwich generation terpaksa harus bekerja lebih keras untuk mengumpulkan uang lebih banyak. Selain itu, mereka harus merelakan kondisi keuangannya terganggu karena harus membiayai orang tua dan adiknya. 

Meskipun terhimpit biaya hidup, seorang sandwich generation masih berkesempatan untuk memutuskan beban tersebut dan merencanakan kehidupan yang lebih mapan ke depannya. Generasi sandwich harus belajar mengelola keuangan secara bijak dan mulai melek investasi. Apalagi saat ini sudah banyak konten-konten edukasi seputar keuangan yang dapat dijadikan pelajaran. 


Penyebab Sandwich Generation

Generasi sandwich terjadi bukan tanpa alasan. Umumnya, seorang anak harus menanggung kehidupan orang tuanya yang sudah tidak produktif untuk bekerja. Namun, ada faktor lain yang menyebabkan seseorang berada di posisi sandwich generation.


Budaya Utang Budi

Kebanyakan orang tua di Indonesia masih memegang kepercayaan “makin banyak anak maka makin banyak rezeki”. Keyakinan ini seolah membenarkan kalau orang tua menjadi tanggungan anaknya yang sudah bekerja. 

Selain itu, sebagian parent juga mewajarkan ketika anaknya dewasa harus bertanggung jawab terhadap kehidupan orang tuanya. Orang tua yang memiliki mindset seperti ini cenderung tidak memedulikan perencanaan keuangan untuk hari tuanya. Akibatnya, anak-anaknya harus menanggung peran sebagai sandwich generation.


Tidak Merencanakan Keuangan Jangka Panjang

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya. Sebagian orang tua tidak menyadari pentingnya perencanaan keuangan jangka panjang. Saat di usia produktif, orang tua tersebut enggan menabung dan berinvestasi untuk menyiapkan dana pensiun. Akhirnya, mereka terpaksa menggantungkan hidup kepada anak-anaknya. 


Terjebak dalam Tuntutan Sosial yang Tinggi

Kondisi sandwich generation juga bisa terjadi akibat tuntutan sosial yang tinggi, baik itu dialami oleh orang tua maupun si anak. Banyak orang tua yang masih terjebak mengikuti tuntutan sosial. Misalnya membeli kendaraan dan perhiasan baru supaya diakui oleh tetangga dan kerabatnya. Padahal pengeluaran tersebut seharusnya bisa digunakan oleh orang tua untuk menyiapkan dana pensiun. 

Di posisi seorang anak pun mengalami hal yang demikian. Masih banyak orang yang menuruti gengsi dan memiliki sikap FOMO. Misalkan memaksakan diri menikah di usia muda ketika finansial dan mental masih belum mapan. Padahal di usia produktif, seharusnya mereka fokus meningkatkan karier dan memperbaiki keuangan terlebih dahulu. Kondisi ini tentu saja akan membuat keuangannya memburuk, hingga bisa mewariskan sandwich generation kepada anaknya. 



Cara Memutus Sandwich Generation 

Sandwich generation biasanya menjadi budaya yang berulang. Namun Anda bisa menghentikan warisan buruk tersebut supaya anak Anda tidak mengalami hal yang sama. Berikut beberapa cara memutus sandwich generation.

Foto : Paxels


Pandai Mengelola Keuangan

Mengelola keuangan terkesan mudah, namun banyak yang kesulitan menjalaninya. Untuk bisa mengelola keuangan dengan baik, Anda harus disiplin dan konsisten dalam memperlakukan uang. Langkah pertama yang perlu Anda lakukan adalah mencatat pendapatan dan pengeluaran setiap bulannya. 

Catatan tersebut bisa menjadi evaluasi pengeluaran Anda. Anda bisa menyeleksi mana pengeluaran yang harus dihentikan dan mulai membuat skala prioritas terhadap keuangan Anda. Anda perlu menyusun alokasi keuangan secara bijak dan terukur, mulai dari biaya makan, biaya transportasi, pos tabungan, pos investasi, dana darurat, dan sebagainya.


Menambah Penghasilan 

Kondisi sandwich generation bisa Anda atasi dengan cara memiliki banyak penghasilan. Apabila keuangan Anda saat ini masih belum mencukupi berbagai kebutuhan, Anda perlu meningkatkan pendapatan. Anda bisa menambah penghasilan dengan cara mengambil kerja sampingan di luar pekerjaan utama, mulai merintis bisnis, menjadi freelance, dan lainnya.  


Menyiapkan Asuransi 

Memiliki asuransi sangat penting untuk kehidupan di masa mendatang. Asuransi berguna untuk melindungi keuangan Anda ketika mengalami berbagai risiko dalam kehidupan. Misalnya ketika terkena musibah bencana alam, mengalami sakit, kecelakaan, dan lainnya yang bisa menguras keuangan Anda. 

Dengan memiliki asuransi, Anda bisa mengamankan keuangan dari berbagai risiko tadi. Misalnya dengan mendaftarkan keluarga Anda agar terjamin asuransi. Jadi, ketika ada hal-hal yang di luar dugaan menimpa keluarga, Anda tidak kebingungan membayar biayanya yang harus ditanggung.


Siapkan Dana Pensiun

Untuk memutus rantai sandwich generation, Anda perlu menyiapkan dana pensiun sejak dini. Langkah ini perlu Anda lakukan agar tidak membebani anak dan cucu Anda di masa mendatang. Dengan bekal keuangan yang cukup, Anda dapat menjalani hari tua Anda dengan lebih tenang. 


Membuka Rekening Online PermataME

Bagaimana? Apakah Anda sudah lebih tenang dan mendapat pencerahan untuk memutus rantai sandwich generation? Selanjutnya Anda perlu mengelola keuangan secara lebih bijak dan terukur. Anda bisa mulai membuka rekening online untuk menyimpan uang agar lebih terkontrol. 



Salah satu rekening online yang dapat Anda pilih adalah PermataME. PermataME adalah tabungan online dari PermataBank yang bisa Anda akses secara mudah melalui smartphone. Anda bisa mendaftar rekening online ini melalui mobile banking PermataMobile X yang bisa diunduh di Play Store dan App Store. 

Ada banyak manfaat rekening online PermataME yang akan Anda rasakan. Beberapa kelebihan yang ditawarkan, di antaranya bebas biaya admin tanpa syarat apa pun, mendapat bonus saldo di awal, bebas biaya tarik tunai tanpa syarat di ATM dan Indomaret, banyak cashback dan diskon merchant, bebas transfer ke bank lain tanpa syarat.

Bagaimana cara memiliki tabungan ini? Cara membuka tabungan PermataME dan syaratnya cukup mudah, silakan baca lebih lengkap di laman berikut https://www.permatabank.com/id/tabungan-retail/permatame


Subscribe to receive free email updates:

15 Responses to "Tips Sandwich Generation Memutuskan Rantai Kemiskinan"

  1. so sad but true, banyak banget generasi sandwhich baik dari dulu sampai sekarang karena himpitan ekonomi. melek literasi finansial emang jadi keharusan untuk memutus rantai sandwhich generation. dengan demikian kita sebagai ortu paham bagaimana mengelola keuangan agar beban finansial keuangan keluarga gak lagi dipundak anak-anak

    ReplyDelete
  2. Untuk teman-teman yang mungkin berada di posisi sandwich generation, semoga tetap dapat menjaga kewarasan dengan tuntutan dan himpitan hidup yang luar biasa, then someday bisa keluar dan memutus siklus itu dengan manajemen hidup dan manajemen keuangan yang lebih baik

    ReplyDelete
  3. Bener banget pak, generasi sandwich ini harus diputus. Minimal dari diri kita. Kami dan suami berkomitmen, jangan sampai menyusahkan anak ketika kami memasuki masa pensiun nanti. Solusi utama memang harus pandai mengelolah keuangan sejak sekarang.

    ReplyDelete
  4. Kalau kita pikirkan lagi dan memperhatikan kondisi di sekitar kita. Emang bener sih. Orang tua cenderung nggak mikir gimana persiapan untuk masa tuanya. Tapi, mereka begitu biasanya karena nurutin kemauan anak sih.

    Padahal merencanakan keuangan untuk masa tua tuh penting banget.

    ReplyDelete
  5. klo di budaya kita mah, sandwich generation banyak menjadi lumrah yaaa mas, karena emang mindset nya berbakti ke orang tua, tapi kadang emang engap! ahahahah, makanya di generasi sekarang tuh mikir siap2 buat dana hari tua juga. Nah cakep aku pun udah bertahun2 pake permataMe, banyak promo dan cashbacknya hihi

    ReplyDelete
  6. meskipun aku bukan termasuk generasi sandwich, tapi aku sendiri juga jaga-jaga soal simpanan keuangan, mungkin suatu saat ada yang butuh juga di keluargaku.
    Nggak ada salahnya juga menabung sejak dini, meskipun dulu rasanya kalau nabung ya cukup sering diambil juga.
    Sekarang kudu bener bener ketat juga soal pengeluaran.

    ReplyDelete
  7. Godaannya memang gaya hidup sih, gaya hidup yang tinggi bakal makin memperbesar tekanan kehidupan

    ReplyDelete
  8. Bingung juga ya kalau ada di posisi generasi sandwich ini. Biaya istri dan anak harus didahulukan. Tapi orang tua juga harus diperhatikan. Pengelolaan keuangan yang pas memang harus dipraktekkan agar tidak beban

    ReplyDelete
  9. Bicara soal sandwich generation, emang banyak bgt sih. Dan kebanyakan anak pertama, nanggung biaya ortu dan adek2nya. Aku punya temen yg kayak gini, sampai udah berkeluargapun tetep membiayai ortu dan sekolah adek2nya.

    ReplyDelete
  10. Habis baca ini, diri sendiri cukup tersentil. Generasi sandwich ada di dalam diri saya. Memang perencanaan keuangan itu penting supaya hidup bisa teratur dan bahagia

    ReplyDelete
  11. Menjadi generasi sandwich itu nggak mudah
    Aku mengalaminya sendiri
    Oleh karena itu, penting banget untuk bisa memutus rantai generasi sandwich ini ya mas

    ReplyDelete
  12. Wah kalo ak sih berusaha memutus sandwich generation dgn menyiapkan asuransi biar anak aku terlindungi

    ReplyDelete
  13. betul aku sepakat dg alasan ada perasaan hutang budi itu adalah salah satu alasan lahirnya generasi sandwich , sebenrnya gak salah sih dg perasaan membalas kebaikan tapi akhirnya jadi beban kalo disertai tuntutan makanya bagus nih tipsnya

    ReplyDelete
  14. Semoga kita bisa memutus rantai ini ya pak. Biar anak2 kelak bisa fokus pada kehidupannya sendiri tanpa terbebani ortu.

    ReplyDelete
  15. Tips yang sangat dibutuhkan sekali, mas Bams.. terutama bagi yang posisinya sedang mengalami himpitan generasi sandwich yang mengharuskan ia tetap bertanggung jawab oleh kondisi keluarga inti dan keluarga besar.

    Rasanya tentu berat sekali. Semoga dengan membuka rekening dan semakin cerdas kelola keuangan juga memanfaatkan berbagai kesempatan untuk investasi, kita bisa memutus generasi sandwich ini dan tetap bisa sama-sama hidup bahagia.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.