} Kaitan antara Pemanfaatan Teknologi dan Pengentasan Kemiskinan - Bambang Irwanto Ripto

Kaitan antara Pemanfaatan Teknologi dan Pengentasan Kemiskinan

Ramadan sebentar lagi. Berpuasa akan segera tiba. Mari sambut dengan gembira.

Ya, tak terasa Ramadan akan segera datang. Kurang sebulan lagi, bulan penuh berkah akan menyapa kita semua. Alhamdulillah, saya pun bersemangat menyambut bulan puasa, dan terus berdoa, agar terus diberi kesehatan oleh Allah SWT, agar bisa menjalani ibadah puasa dengan maksimal. Aamin...




Dompet Dhuafa pun tak ketinggalan menyambut bulan Ramadan. Salah satunya dengan mengadakan talk show bertema #RamadanDariHari. Acara ini berlangsung hari rabu, 22 februari 2023, bertempat di Tiga Limah Coffee - Kitchen Jalan KH. Wahid Hasyim, Gondangdia Menteng Jakarta Pusat. Talk show ini juga disiarkan langsung lewat instagram Dompet Dhuafa.





Alhamdulillah, saya diberi kesempatan untuk menghadiri bincang publik penuh makna ini. Nara sumber yang hadir sangat berbagi inspirasi yang tidak hanya membuka wawasan baru bagi saya, tapi juga membuka nurani saya untuk terus semangat menebar kebaikan sesuai dengan porsi masing-masing.

#RamadanDariHati

Setelah acara makan siang, talkshow pun dimulai. Mbak Suci Nuzleni Qadarsih tampil pertama untuk memberi kata sambutan. Sebagai ketua Ramadan Dompet Dhuafa 1444 Hijiriyah, Mbak Suci menceritakan, sebabnya Ramadan tahun ini mengusung tagline #RamadanDariHati. karena kalau sesuatu yang dilakukan dari hati, maka akan tulus ikhlas, dan berkah




Untuk Ramadan tahun ini, banyak sekali program yang akan dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa. Misalnya Parcel Ramadan yang akan membagikan parcel berisi perlengkapan salat. Ada juga tebar zakat fitrah untuk 100 ribu penerima manfaat. Selain itu, ada juga berbagi buka puasa bersama masyarakat, traktir makan saudaramu, yaitu memborong UMKM.




Insya Allah Dompet Dhuafa akan terus mengetuk untuk terus berbuat kebaikan. Insya Allah target Dompet Dhuafa adalah 10 juta penerima manfaat zakat pemberdayaan yang meliputi kesejahteraan ekonomi, sosial, dan dakwah.

Setelah Mbak Suci menyampaikan kata sambutan, talkshow pun dimulai yang akan terbagi 2 sesi. Sesi pertama mengusung tema Mengentaskan kemiskinan, sedangkan sesi kedua mengusung tema Digitalisasi dalam Filantropi. Dan sebenarnya 2 sesi talk show ini saling berkaitan. Sesi pertama kita membahas masalahnya, dan sesi kedua kita membahas solusinya. Keren, ya....

Mengentaskan Kemiskinan

Talk Show sesi pertama menghadirkan 4 narasumber. Mereka adalah Haryo Mojopahit, Tira Mutiara, Ade Lukman dan Gaib Maruto Sigit dengan moderator Fazri Rizkiya.




Haryo Mojopahit

Mas Haryo Selaku Chief Executive DMC Dompet Dhuafa menuturkan, kemiskinan tidak merujuk pada sesuatu yang pasti, termasuk penghasilan bank dunia 2 dollar per hari. Tidak juga diukur dari orang yang sudah punya handphone, bahkan smartphone. Menentukan garis kemiskinan juta harus dari berbagai aspek. Makanya Dompet Dhuafa mempunyai strategi khusus mengentaskan kemiskinan.




Dompet Dhuafa pun menerapkan segitiga Strategi Pemberdayaan. Dalam segitiga besar ada 4 segitiga besar lagi. Dompet Dhuafa berada di tengah segitiga berwarna hijau yang bertugas sebagai pemberontak. Kemudian 3 segitiga lainnya, yaitu segitiga ekonomi, segitiga sosial, dan segitiga Advokasi. 3 segitiga kecil ini saling melengkapi.



Segitiga Sosial

Pemberdayaan Sosial ini menjadi ujung tombak dari segitiga pemberdayaan. Segitiga sosial ini berfokus pada menyelamatkan masyarakat miskin dan ekonomi rentan. Misalnya orang yang lapar diberi makan. Orang yang tidak punya rumah dikasih rumah. Orang yang saki diobati.

Segitiga Ekonomi

Segitiga Ekonomi berfokus pada pengembangan diri. Dengan potensi yang dimiliki. Mas Haryo pun mengibaratkan segitiga ekonomi ini seperti memberi makan ikan. Jadi nantinya, akan diajari bagaimana caranya orang untuk memancing. Nantinya, orang tidak akan tergantung pada bantuan yang diberikan. Dia bisa mencukup dirinya sendiri.

Segitiga Advokasi

Segitiga Advokasi berperan untuk memberdayakan orang yang ingin mengembangkan dirinya untuk mendapatkan bantuan. Misalnya, saya punya kemampuan membuat kacang disko dan sudah membuat produk akcang disko. Tapi saya belum bisa mengurus izin usaha dan sebagainya. Nah, di sinilah segitiga advasi akan membantu.

Tira Mutiara

Nara sumber selanjutnya adalah Tira Mutiara peneliti Institute Demographic And Poverty Studies atau IDEAS. Tira mengungkapkan ada penurunan angka kemiskinan di Indonesia. Dari data maret 2022, dari 26,16 juta, turun jadi 9,54 juta.

Namun Tira menukaskan, kalau kemiskinan itu tidak dinilai dari penghasilan 1-2 bulan saja. Salah satu penyebab kemiskinan adalah turun temurun. Misalnya, orang tuanya miskin, jadi anaknya tidak bersekolah tinggi, bahkan putus sekolah, lalu menikah muda, akhirnya taraf ekonominya juga rendah karena hanya bisa bekerja seadanya. Hidup pun pas-pasan. Makanya harus ada pemutus mata rantai ini.




Karena itulah besar sekali peran dana zakat dalam mengentaskan kemiskinan ini. Tapi perlu diingat, dana zakat bukan sebagai ibadah saja, tapi lebih pada memperbaiki sosial ekonomi. Nantinya diharapkan, dari mustahik atau penerima zakat, akan bertransformasi menjadi Muzakki atau pemberi zakat. 

Semakin banyak orang yang berzakat, maka Insya Allah sangat membantu kemiskinan, zakat dan kemiskinan itu berbanding terbalik. Zakat meningkat, maka kemiskinan akan menurun. Sebaliknya bila zakat menurun, maka Kemiskinan akan meningkat.

Saat ditanya, apakah ada pengaruhnya antara resesi dunia dengan urusan berbagi? Tira menjawab sepertinya tidak. Apalagi orang Indonesia adalah paling dermawan di dunia menurut hasil survey. Apalagi berbagi itu sudah dimulai sejak dulu. Dari awalnya secara pribadi dan sukarela, era kolonial sampai sekarang.

Gaib Maruto Sigit

Begitu giliran Pak Gaib, Mas Fazri langsung menodong dengan satu pertanyaan. “Dulu, ada kasus filantropi yang bermasalah. Nah, bagaimana kepercayaan masyarat untuk filantropi sekarang ini?”

Pak Gaib dari MNC Radio Network pun menjelaskan. Masyarakat sangat ingin kepastian. Jadi saat dia mendonasikan uangnya, terus ada kejadian atau tidak tersalurkan dengan baik, maka masyarakat menunda dulu untuk berdonasi, lalu menunggu kepastian, baru berdonasi lagi.




Pak Gaib melanjutkan, orang Indonesia tidak suka dipaksa berzakat atau berinfak. Jadi kalau dicermati, cara meminta sumbangan secara menghampiri langsung saat jalan-jalan di mall, atau bahkan langsung kirim Whatsapp minta donasi itu tidak tepat. Kerena dasarnya berzakat atau berinfak itu harus tulus ikhlas.

Makanya masyaarat yang sudah berzakat atau berinfak, butuh kepastian. Karena sangat banyak yang membuka donasi, tapi hanya berdonasi terus, berdonasi terus tanpa ada laporan lengkap. Padahal masyarat ingin tahu, uang mereka sudah digunakan untuk apa saja.

Makanya perlu sekali kolaborasi antara lembaga filantropi dengan media. Dan ini pun sudah oleh Dompet Dhuafa. Tapi Pak Gaib menegaskan, bagusnya info yang diberikan itu bukan sekadar berita rilis, tapi benar-benar disertai fakta-fakta, agar masyarat semakin tahu keadaan sebenarnya, dan memberi donasi dengan tulus ikhlas.


Ade Lukman

Ade Lukman menjadi narasumber terakhir di talk show sesi pertama. Pria yang akrab disapa Mang Ade sebagai salah satu penerima manfaat desa dari Dompet Dhuafa yang berada di lembang Jawa Barat.

Mang Ade bercerita, kalau dulu di tempatnya, petani itu rata-rata bertaraf hidup miskin. Itu karena, lahan persawahan pedesaan di sana, pemiliknya adalah orang kota. Makanya petani di sana hanya sebagai penggarap saja dengan upah minim.




Alhamdulillah, Mang Ade berhasil mengubah semua itu. Dengan bantuan Dompet Dhuafa, sekarang Desa Tani di sana sudah mulai mengubah taraf hidup petani. Selain menyiapkan lahan sawah, para petani juga didanai selama proses mengarap sawah. Petani hanya menabung apa saja yang dipakai selama bertani. Keuntungan 100 % untuk petani.

Selain itu, Mang Ade juga mengembangkan program desa, yaitu Rumah Peking dan Rumah Semai. Alhamdulillah, penerima manfaat langsung semakin meningkat. dari 12 penerima manfaat, meningkat jadi 27 penerima manfaat langsung, hingga sekarang 50 penerima manfaat langsung.

Ketika ditanya, apakah kaum milenial tertarik untuk bertajuk atau menjadi petani? Mang Ade menjelaskan, langkah awal untuk menarik kaum milenial untuk bertani adalah dengan menghilangkan dulu stigma yang mengatakan petani itu bodoh, petani itu jorok, dan petani itu miskin.

Makanya Mang Ade berusaha mengilangkan stigma itu. Salah satunya dengan menggunakan teknologi terkini saat bertani. Misalnya, sekarang Mang Ade bisa mengontrol penyiraman sawahnya, kapan pun dan di mana pun lewat smartphone.

Langkah lain yang diambil Mang Ade adalah, membuat fasilitas yang menarik anak muda untuk nongkrong di sawah. Misalnya dibuat lapangan futsal dan area musik.

Digitalisasi dalam Filantropi

Talk show kedua menghadirkan 3 narasumber. Mereka adalah Prima Hadi Putra, Pradwita Ghazali, dan Agung Lesmana. Untuk sesi kedua, akan dipandu oleh Mas Totok Hadi sebagai Moderator.




Prima Hadi Putra

Tampil pertama sebagai narasumber sesi ke 2 talk Show Ramadan dari Hati adalah Pak Prima Hadi Putra selaku Direktur Komunikasi dan Teknologi Dompet Dhuafa. Pak Putra mengutarakan, Teknologi adalah salah satu keharusan saat ini, termasuk dalam dunia filantropi. 




Makanya Dompet Dhuafa terus menyelaraskan diri dengan era digitalisasi. Termasuk dalam membantu dan mempermudah penerima manfaat Dompet Dhuafa. Misalnya, untuk mendapatkan bantuan, masyarat harus didata dulu, dan saat mendataan mereka harus punya kartu identitas. Dan faktanya, banyak yang belum memiliki kartu identitas. Maka Dompet Dhuafa membantu hal itu. Mulai dari mendatangi langsung pendataa, scan wajah, tanda tangan sampai pengurusan.

Hampir senada yang diuraikan Mas Haryo sebelumnya, Pak Putra juga menjelaskan segitiga. Hanya kali ini segitiga masyarakat miskin. Yaitu, Masyarakat Miskin menyerah, Masyarakat Miskin Berpotensi, dan Masyarakat  Miskin Beraset 

Masyarakat Miskin Menyerah

Masyarakat Miskin menyerah berada di level paling bawah dari segitiga yang dijelaskan Pak Putra. Di level ini, masyarakat seakan menyerah dengan kemiskinannya dan akhirnya susah bangkit. Mereka pun tidak mempunyai sesuatu yang bisa menunjang untuk menaikkan taraf hidup.

Masyarakat Miskin berpotensi

Masyarakat di level ini mempunyai potensi atau kemampuan untuk berkembang. Hanya saja tidak ada jalan untuk mengembangkan potensinya. Misalnya orang ingin bertani, tapi tidak mempunyai lahan. Ingin menyewa lahan tidak ada uangnya. Makanya Dompet Dhuafa membantu mengembangkan potensi yang ada.

Masyarakat Miskin Beraset

Level tertinggi dari segitiga ini adalah masyarakat  beraset atau mempunyai aset-aset yang bisa dikembangkan. Hanya saja, tidak tahu atau belum paham untuk memajukan asetnya, agar hasilnya lebih baik lagi.

Misalnya ada yang punya sawah. tapi  sawahnya itu hanya diolah seadanya saja. Akhirnya hasilnya tidak maksimal. Dan Mang Ade adalah level ini. Dengan pengembangan cara bertani yang baik dan benar, bahkan ditunjang dengan teknologi, maka hasilnya juga akan maksimal dan mengubah taraf hidup petani. 

Prawidya Ghazali

Bapak Ghazali adalah Direktur Country Lead FreakOut Dewina Indonesia. Sebagai perusahaan teknologi pemasaran, pastinya Dewina Indonesia sangat berperan dalam dunia digitalisasi ini. Sebagai platform pertama dan salah satu terbesar di asia, Dewina Indonesia memberikan ruang brand untuk mengembangkan usahanya. Salah satunya Dompet Dhuafa.




Dengan era digitalisasi ini, menebarkan semangat berbagi semakin luas sampai ke pelosok negeri bahkan luar negeri. Orang pun bisa dengan mudah untuk beinfak dan sedekah.

Agung Lesmana

Mas Agung hadir sebagai perwakilan bank Jago Syariah. Selaku Head of Sharia Business Development & Product Solution PT Ban Jago Tbk, Mas Agung menjelaskan kehadiran Bank Syariah Jago ingin mempunyai perangkat yang keren sama seperti bank-bank konvensional lainnya. 

Makanya Bank Jago Syariah ingin menarik banyak generasi Z untuk bertransaksi dengan mudah dan cepat. Apalagi di aplikasi Bank Jago syariah, tidak  hanya bisa melakukan berbagai pembayaran, tapi juga investasi. Kerennya lagi, mendaftar rekening di Bank Jago Syariah, hanya membutuhkan waktu 4 menit saja.




Selain itu, di Bank Jago Syariah, kita bisa membuat sampai 60 kantong. Nah, kantong-kantong itu bisa diisi sesuai kebutuhan. Misalnya kantong untuk bayar cicilan rumah, naik haji, uang anak sekolah, traveling dan sebagainya. Pastinya Bank Jago Syariah sudah berkolaborasi dengan banyak pihak termasuk Dompet Dhuafa. Lewat Bank Jago Syariah, teman-teman bisa menyalurkan zakat, infak, dan sadoqoh. Nantinya Dompet Dhuafa akan menyalurkan kepada penerima manfaat kebaikan.

Alhamdulillah talks show 2 sesi #RamadanDariHati selesai pukul 4 sore. Saya pribadi sangat senang. Lewat talk show ini, saya banyak sekali mendapatkan input kaitannya kemiskinan dan digitalisasi, dan bagaimana peran lembaga filantropi. Insya Allah, saya akan terus bersemangat menebarkan kebaikan lewat tulisan. Aamin... 

Bambang Irwanto


Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Kaitan antara Pemanfaatan Teknologi dan Pengentasan Kemiskinan"

  1. Senang ya ada lembaga kayak Dompet Dhuafa yang mau membantu mengentaskan kemiskinan. Jadi nggak merasa agama cuma mengejar surga dan bagi teori.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.