} Kendala yang Sering Dihadapi Saat Menulis Cerpen Anak Realis - Bambang Irwanto Ripto

Kendala yang Sering Dihadapi Saat Menulis Cerpen Anak Realis

Kendala yang Sering Dihadapi Saat Menulis Cerpen Anak Realis  -  Sebelumnya, saya sudah membahas seputar tips menulis cerita anak realis. Nah, kali ini saya akan sharing kendala-kendala yang sering dialami teman-teman saat menulis cerpen anak realis. Soalnya walau banyak yang beranggapan menulis cerita anak itu mudah, tapi sebenarnya sesuai pengalaman saya, justru susah.



Jadi tidak heran ya, pastinya banyak kendala-kendala yang dihadapi teman-teman, saat baru mulai menulis cerita anak realis ini. Dan itu hal biasa, jadi terus semangat. Apalagi menulis cerita anak, termasuk cerpen anak realis, semua bisa dipelajari. Jadi terus semangat.

Baca juga : Tips Menulis Cerpen Realis ala Bambang Irwanto

Nah, berikut kendala yang sering dihadapi saat menulis cerpen anak realis.  Pastinya ini saya tulis sesuai pengamatan dan pengalaman sendiri. Jadi kalau ada perbedaan, anggap saja warna-warni menulis dunia cerita anak, ya.

Kendala yang Sering Dihadapi Saat Menulis Cerpen Anak Realis :



Ide Cerita

Hal pertama yang jadi kendala saat menulis cerita anak realis itu ide cerita. Banyak sekali teman-teman bertanya pada saya, bagaimana cara mencari ide. Bahkan sudah dicari-cari, ide belum ketemu juga hehehe.

Padahal, ide itu, sebenarnya sudah ada di sekitar kita. Bahkan sudah di depan mata kita. Jadi tinggal pasang antena saja tinggi-tinggi, dan jeli menangkap ide cerita di seputar kita.

Tapi memang, untuk tahap jeli dan cepat menangkap ide itu, ada prosesnya juga. Jadi tidak bisa begitu baru menulis, langsung bisa menangkap ide dengan cepat.

Ibaratnya seorang nelayan. Saat baru melaut, walau banyak ikan di sekitarnya, dia pasti kesulitan mendapatkan ikan. Nah, karena sudah terbiasa dan sering melaut mencari ikan, maka lama kelamaan akan mudah mendapatkan ikan. Sekali menebar jala, banyak ikan masuk.

Begitu juga dengan proses menangkap ide. Jadi dengan terus menerus menulis, semangat dan konsisten, maka proses menangkap ide akan semakin mudah. Karena imajiansi terus berkembang, maka lihat sesuatu, merasakan sesuatu, mendengarkan sesuatu, membaca sesuatu, akan bisa jadi ide keren semua.

Nah, untuk tahap baru awal menulis cerita cara terbaik mendapatkan ide itu dari pengalaman sendiri. Jadi karena sudah pernah dirasakan dan dialami, maka akan lebih mudah dituangkan dalam tulisan. Setelah konsisten menulis, maka ide-ide dari luar akan bermunculan dengan sendiri.


Cara Bercerita

Kendala selanjutnya yang sering dialami saat menulis cerita anak realis adalah cara bercerita. Ini biasanya dialami oleh penulis dewasa yang menulis cerita anak. Cara bercerita masih seperti orang dewasa.

Makanya sangat berbeda dengan anak-anak yang menulis cerita. Itu sangat natural bergaya anak-anak. Mereka bercerita memang untuk teman-temannya. Selain itu, ide penulis anak itu kadang ajaib-ajaib daripada ide penulis dewasa hehehe.

Nah, inilah yang harus kita terapkan. Saat penulis dewasa ingin menulis cerita anak, maka wajib dia bermetamorfosis jadi anak-anak. Seperti seorang anak sedang bercerita pada teman-temannya. Intinya, tempatkan diri teman-teman sebagai seorang anak.


Tidak Pas Tokoh Cerita

Tokoh anak dalam cerita, juga jad kendala saat menulis cerita anak realis. Ini ada kaitannya dengan hal di atas, penulis dewasa yang menulis cerita anak, belum bermetamorfosis jadi anak-anak.

Makanya sering dalam cerita ditemukan tokohnya tidak pas. Misalnya tokohnya anak usia 10 tahun, tapi gaya berbicara, sikap, dan pemikirannya seperti orang dewasa. Ini ibaratnya, roh orang dewasa, masuk ke dalam tokoh anak-anak.

Untuk mengatasi hal ini, teman-teman harus nyebur sekalian ke dunia anak. Rajin-rajin mengamati tingkah pola anak. Bagaimana mereka berkata, bertingkah, dan sebagainya. Lalu terapkan saat menulis cerpen anak.


Alur Cerita

Cerita anak-anak itu memang ditulis untuk anak-anak. Makanya ceritanya harus disesuaikan untuk anak-anak. Nah, penulisan alur ini, kadang yang jadi kendala banyak teman.

Mereka sering mengeluh sulit sekali mengembangkan alurnya. Ada juga yang alurnya mutar-mutar tak jelas. Atau bahkan alurnya tidak jelas, istilah orang jawa ngalor-ngidul hehehe.

Nah, untuk alur ini, saya biasanya menerapkan menentukan ending dulu, baru menulis alur sesuai endingnya. Ibaratnya, karena sudah ada tujuan, maka akan mudah menentukan akan naik kendaraan apa menuju tempat tujuan itu.

Sekedar tips tambahan, saya saat menulis cerita anak, saya menerapkan tahapan seperti ini. Begitu dapat ide, saya menentukan konflik. Setelah itu saya menghadirkan tokoh, lalu menentukan ending. Terakhir, baru menenulis alur sesuai ending yang sudah saya tentukan.


Penyelesaian Konflik Cerita

Banyak teman yang mengeluh pada saya, agak sulit menyelesaikan konflik cerita anak. Ini sesuai pengamatan saya, karena terkadang konflik itu bukan dari konflik anak-anak. Makanya penyelesaiannya pun diselesaikan atau dibantu oleh orang tua.

Jadi perlu digaris bawahi, karena ini cerita anak, maka konfliknya harus seputar anak. Jadi biarkan tokoh anak dalam cerita yang menyelesaikan konfliknya. Tidak perlu bantuan orang dewasa yang akhirnya penuh dengan nasihat ini itu.

Selain itu, terkadang banyak teman-teman yang menyelesaikan konfliknya terlalu cepat. Misalnya Rika ingin sepeda baru, eh.. tiba-tiba pamannya datang memberi hadiah sepeda. Akhirnya kurang seru jalan ceritanya.

Jadi sesuaikan dengan jatah katanya. Misalnya jatah katanya 650-750 kata, maka cerita Rika di atas sangat bisa dikembangkan. Misalnya, Rika harus memecahkan celengannya dulu. Ternyata uangnya tidak cukup. Rika lalu membantu Tante Anna membuat souvenir. Tapi uang Rika belum cukup juga. Rika juga sudah menyisihkan uang jajannya.

Dan ternyata tiba-tiba, Rika menang lomba menulis cerita anak. Hadiahnya uang yang cukup untuk beli sepeda. Tapi ternyata, ada sahabat Rika yang ayahnya sakit. Rika pun membantu dan membatalkan niat beli sepeda. Lalu tanpa diduga, Paman datang membawa hadiah sepeda, karena Rika ulang tahun.

Nah, berikut kendala-kendala yang sering dihadapi saat menulis cerita anak realis. Bila ada pertanyaan, silakan tanyakan saja di kolom komentar, ya. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi teman-teman, dan terus semangat menulis.

Bambang Irwanto

Subscribe to receive free email updates:

6 Responses to "Kendala yang Sering Dihadapi Saat Menulis Cerpen Anak Realis "

  1. penyelesain sih skg lebih enak yg happy ending mas hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi tidak apa sad ending, Kak. Asal sesuai kebutuhan ceritanya.
      Tapi bukan ending yang menyedihkan dan menyayayt hati, tapi cukup tokohnya mendapatkan sesuatu tak menyenangkan, lalu akhirnya jera.

      Delete
  2. Gaya bicara ini yang sulit bagi saya. Terbiasa bergaya orang dewasa seh.
    Soal ide cerita sebenarnya banyak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa dilatih terus kok, Mas. Jadi secara bertahap. Nah, lama-lama akan terbiasa menulis dengan gaya anak-anak. jadi saat menulis cerita anak, usahakan bermetamorfosisi dari orang dewasa menjadi anak-anak.

      Delete
  3. Menurut saya yang paling susah itu menyusun alur cerita Mas. Untuk memulai dan menutup cerita dengan menarik juga cukup sulit.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk alur cerita, jadi tentukan endingnya dulu, Mbak Kartika. Lalu susun alur sesuai endingnya. Nah, karena ibaratnya sudah ada tujuan, maka Mbak Kartika bisa menentukan akan naik apa ke tujuan itu. Apa bus, naik motor, naik sepeda, dan lainnya. Nah, pilih alur yang menarik dan pas dengan endingnya.

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.