} Masih Menarikkah Menjadi Penulis Cerita Anak Zaman Now? - Bambang Irwanto Ripto

Masih Menarikkah Menjadi Penulis Cerita Anak Zaman Now?

Masih menarikkah menjadi penulis anak Zaman Now? Nah pertanyaan ini pastinya banyak terlintas di pikiran teman-teman, ya. Apalagi dengan situasi yang masih pandemi seperti ini, tantangan menulis, lalu menghasilkan uang dari menulis cerita anak memang agak berat. 

sangat menarik menjadi penulis cerita anak


Jadi awal ide tulisan ini datang dari Mbak Pupuy Hurriyah, salah satu penulis cerita anak yang ceritanya sudah wara-wiri di berbagai media anak. Termasuk majalah Bobo dan dulu Kompas Anak. Bahkan Mbak Pupuy ini adalah senior saya. Dulu bahkan saya belajar menulis itu dengan mempelajari cerita-cerita keren Mbak Pupuy di majalah Bobo. 

Alhamdulillah, kami sangat akrab dan sering shairng soal menulis. Lalu akhirnya Mbak Pupuy melontarkan pertanyaan, apa masih menarik menjadi penulis cerita anak di masa sekarang ini, Mas? Maka inilah tulisan sharing sesuai pengamatan dan pengalaman menulis cerita anak saya selama ini. Semoga bermanfaat. 


Tantangan Menulis Cerita Anak Zaman Now

Kalau bicara soal tantangan menulis, sejak dulu juga ada. Misalnya sesuai pengalaman menulis saya, tantangan menulis saya datang dari prosesnya yang lama. Ini karena saya belajar menulis secara otodidak atau sendiri. Belum lagi tantangan harus bisa menyisipkan uang saku sekolah buat beli kertas, pita mesin tik, termasuk prangko dan amplop buat mengirim naskah. Belum lagi Bapak saya yang dulu jelas-jelas menentang saya menulis. Katanya pemborosan saja, tak berguna, paling naskahnya di sana dibuang di tempat sampah hahaha. 

buku cerita anak bambang irwanto
Buku-Buku Saya

Zaman now, menulis pun ada kendalanya yang bisa menghambat atau membuat jadi malas menulis. Termasuk tantangan paling berat itu dari diri sendiri mau menulis. Misalnya nanti saja deh, nulisnya, atau aah.. malas menulis mau dikirim ke mana.

Nah, bila dikaitkan zaman sekarang, kendala menulis itu datang dari beberapa hal berikut ini :

1. Media Anak Semakin Berkurang

Tidak bisa dipungkiri, zaman now, media anak semakin berkurang. Berbeda dengan 10 tahun lalu. Media anak bertebaran, sehingga membuat saya lebih banyak peluang mengirimkan naskah saya. Akhirnya acara makan bakso terus lancar jaya, aman, damai, sentosa hahaha.

Kehadiran banyak media, otomatis membuat saya semangat menulis. Saya pun sudah ada target-target setiap hari. Misalnya senin khusus menulis naskah buat majalah Bobo. Selasa untuk Kompas Anak. Rabu untuk majalah Girls dan lainnya. Semakin banyak saya mengirim naskah, maka semakin banyak dimuat, dan penghasilan saya dari menulis juga semakin banyak. Alhamdulillah...

Seiring era digital, media anak pun ikut terpengaruh. Ini karena pengiklan berpindah ke media digital. Teman-teman pasti sudah banyak yang paham kan, kalau iklan itu salah satu sumber penghasilan media. Dari sanalah, dipakai biaya operasional, termasuk membayar honor penulis dan ilustrator juga. Istilahnya, semakin banyak iklan, maka semakin membuat asap dapur media semakin ngebul.

Makanya saat iklan sedikit, semakin sedikit juga peluang tulisan dari luar untuk dimuat. Kalau dulu bisa 3-5 cerita dalam 1 edisi atau nomor. Mungkin sekarang dibatasi 1-2 cerita saja. Akhirnya persaingan dimuat semakin tinggi, dan masa tunggu pemuatan semakin lama.


2. Penerbit Pun Kena Imbas 

Pandemi ini tidak bisa dipungkiri sudah mempengaruhi banyak sektor. Termasuk buku anak. Susahnya orang mendapatkan pekerjaan dan uang selama pandemi, berakibat orang mengurangi juga jatah memberi buku. Bahkan tidak membeli buku dulu, dan mengutamakan kebutuhan utama dulu. 

Dengan berkurangnya penjualan buku, maka berpengaruh pada penerbit juga. Banyaknya buku yang masih ada, pastinya membuat penerbit tidak mencetak buku lagi. Ini akhirnya imbasnya ke penulis juga. Penerbit tidak membuka penerimaan naskah dulu. Bahkan naskah yang sudah siap cetak, mungkin dipending dulu, menunggu sampai waktu yang pas.


3. Pandemi yang Membuat Malas Menulis

Sudah capek-capek menulis, tapi medianya sudah kurang. Penerbit juga belum stabil. Peluang semakin sedikit, persaingan semakin banyak. Duh.. jadi malas deh, menulis lagi.

Pemikiran seperti ini, memang wajar dirasakan oleh penulis. Apalagi di masa pandemi seperti ini. Apalagi menulis itu adalah sumber penghasilan utama. Termasuk saya juga, yang sejak 15 tahun lalu sudah memutuskan jadi full menulis atau penulis lepas.

Kalau sudah begini, memang jadi bingung sendiri. Hidup terus berjalan, tapi pemasukan dari menulis tidak ada. Akhirnya tidak heran jadi malas menulis lagi.


Masih Menarikkah Menjadi Penulis Cerita Anak? 

Kalau ditanya kembali, apa masih menarik menjadi penulis cerita anak zaman now? Apalagi di masa pandemi. Seperti sekarang ini? Maka saya akan menjawab dengan lantang : Masih Menarik... 

cerita anak bambang irwanto
Sebagian Cerita Anak yang Saya Tulis

Karena menurut saya, segala sesuatu yang kita kerjakan atau lakukan itu, pasti ada tantangan atau kendalanya juga, termasuk menjadi penulis cerita anak. Tapi jangan lupa juga, segala masalah itu pasti ada solusinya.

Dan berikut beberapa hal yang membuat saya terus bersemangat menjadi penulis cerita anak. 

1. Akan Selalu Ada Pembaca

Saya selalu yakin, cerita anak yang saya tulis, pasti akan ada pembacanya. Logikanya adalah setiap hari ada anak yang lahir, dan idealnya sudah pasti di antara mereka adalah calon pembaca cerita saya. Jadi jangan takut tidak ada pembaca. Para orang tua akan terus mencarikan bacaan untuk anak-anak nya. Saya pun bisa terus berbagi cerita. Dan ini salah satu alasan utama  masih menarik menulis cerita anak.


2.  Sesuatu yang Lekang

Bacaan anak itu, bukan barang basi. Sepanjang masa akan terus bisa dibaca oleh anak-anak. Jadi saat pandemi seperti ini, justru harus terus menulis. Kalau saat ini belum bisa dikirim ke media atau penerbit, bisa disimpan dulu, dan menungu waktu yang pas. Jadi selesai pandemi, kita sudah ada stok naskah.

Soalnya, kalau berhenti menulis, maka saat akan mulai akan mulai lagi akan susah. Bahkan bisa dikatakan mulai dari nol lagi. Memangnya hanya pom bensin yang mulai dari nol hahaha.


3. Bacaan Anak Selalu Dibutuhkan

Bacaan anak akan selalu dibutuhkan baik bacaan pribadi, taman bacaan ataupun perpustakaan sekolah. Soalnya lewat bacaan anak itu salah satu cara menyampaikan sesuatu,atau mengajarkan sesuatu apda anak. Lewat cerita, anak-anak secara tidak langsung mendapatkan pengetahuan atau ilmu, tanpa harus dijejali nasihat dari orang tua ini itu.


5. Hidup Harus Terus Berjalan

Hidup ini memang harus melangkah maju dan penyesuaian. Kalau misalnya buku nanti tak ada, tetap ada media penyesuaian untuk menampung cerita-cerita anak yang kita tulis. Misalnya media digital. Jadi cerita anak yang kita tulis kan, metodenya tetap sama, hanya medianya disesuaikan seiring dengan perkembangan zaman.

Nah, begitu juga dengan proses menulis saya. Saya harus terus semangat, Setiap masa menulis punya cerita sendiri-sendiri, dan itulah membuat saya harus bisa menyesuaikan diri. Bahkan salah satu kenikmatan menulis juga.


6. Setiap Masalah Ada Solusinya

Seperti yang saya tuliskan di atas, setiap masalah pasti ada solusinya. Termasuk kaitan Pandemi dan menulis ini. Kalau saya terus menulis, sambil mencari peluang baru. Misalnya dari dunia blogger. Alhamdulillah dengan menjadi blogger, saya bisa mendapatkan penghasilan juga. Terus saya manfaatkan juga peluang di media sosial. Intinya gali potensi lain dan kembangkan, lalu pergunakan kehadiran dunia digital dengan maksimal.


Tips Tetap Semangat Menjadi Penulis Cerita Anak

Selalu saya tuliskan dalam postingan saya, atau video yang saya sebar, kalau semangat menulis itu nomor satu yang harus dipertahankan. Dan pastinya, itu 99 % dari diri sendiri, sedangkan 1 % dari luar.


 

Tips dari saya sederhana saja. Jadi kembali pada niatnya menulis cerita anak. Kalau saya sesuai tagline yaitu berbagi cerita dan cerita. Jadi jujur saja, walau pandemi seperti ini, semangat menulis saya tetap stabil. Karena sejak awal, saya suka menulis. Dan kalau ada penghasilan dari menulis, saya anggap bonus. 

Pandemi ini memang suatu masa yang harus kita hadapi. Jadi anggap sebagai tantangan menulis. Terus berpikiran positif. Menambah skill menulis juga perlu. Misalnya ikut kelas menulis, masuk grup penulisan, dan lainnya. Apalagi sharing seputar menulis cerita anak sudah banyak. Termasuk teman-teman saya bisa.

Teman-teman juga bisa mampir ke blog Rumah Kurcaci Pos. Bahkan Rumah Kurcaci Pos juga sudah ada channel youtube-nya. Jadi jangan lupa mampir-mampir.. subscribe, like, kimen, dan bila suka dengan videonya bisa share ya... 



Nah, itu dia sharing saya seputar masih menarik kah, menjadi penulis cerita anak zaman now? Kalau saya sih, masih menarik. Tapi menarik atau tidak, semua kembali pada teman-teman semua, ya. Intinya kalau masih menarik, harus terus semangat menulis. Salam semangat menulis.


Bambang Irwanto


Subscribe to receive free email updates:

17 Responses to "Masih Menarikkah Menjadi Penulis Cerita Anak Zaman Now?"

  1. Enaknya melakukan sesuatu sesuai passion begini ya mas? Aku harus belajar banyak ini. Belum lagi, ternyata passion itu juga bisa menghasilkan uang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar, Mas. Kalau sesuai pasion, jadi enjoy Mas, tidak ada beban. Makanya hasilnya maksimal, dan pastinya.. passion bisa menghasilkan uang. hehehe.

      Delete
  2. Masih menarik, menurutku. Btw pak, aku juga lebih suka nulis cerita anak. Walaupun belum punya buku solo, karena masih antologi aja. Namun saat bikin buku anak, feelnya beda. Apalagi pas promoin nya wkwkkw. Mau belajar nulis buku cerita anak lagi deh pak. Hmm... Darikapan hari itu penasaran juga sama rumah kurcaci. Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo, terus semangat, Mbak NIken. Karena menulis cerita anak itu menyenangkan dan membawa bahagia, Mbak. Semakin cerita yang kita tulis disukai pembaca, maka akan semakin membawa bahagia. Akhirnya terus semangat menulis.

      Delete
  3. Aku dari dulu mau nulis tapi selalu kedistrak sama realita ibu dan juga kerjaan blog
    Semiga 2021 bisa deh ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi kuncinya, siapkan waktu untuk menulis cerita anak, Mbak Ammah.
      Karena waktu menulis itu bisa disesuaikan. Kita yang mengatur waktu menulis, bukan waktu menulis yang mengatur kita.

      Delete
  4. Sebelum membaca artikel ini persaaan malas sebenarnya sudah mulai menghatui, bingung mau nulis apa, kok semangat jadi berkurang gini. Tapi setelah nemu artikel ini terus baca sampe habis, seketika mood menulis kembali lagi. SEMANGAT!!

    Wah gak kebayang kalau zaman dulu ya, harus beli kertas, sewa mesin tik beli tinta, bersyukur sekarang banyak media digital tapi banyak juga sih saingannya hehe. Intinya tetap panas dan terus upgrade skill. Thank you mas artikelnya inspiratif sekali.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Makanya zaman now harus semakin semangat menulis, karena memang lebih dipermudah dan enak. kebayang kan, kalau dulu blank dan salah ketik, maka akan ganti kertas dan ulang dari awal. Sekarang sih, tinggal delete saja sesuai kesalahan hehehe.

      Delete
  5. sama seperti lagu anak. bacaan anak pun tetep harus ada karena anak anak tetep butuh asupan bacaan yang sesuai umur dan bisa dijadikan bahan belajar juga sih.. Terus berkarya ya Pak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mas Don. Karena walau medianya berbeda, tetap bacaan anak-anak diperlukan. Jadi penulis tinggal menyesuaikan saja dengan perkembangan zaman.
      Insya Allah terus semangat menulis, Mas.

      Delete
  6. Menurut saya masih bagus. Karena anak-anak butuh bacaan yang bagus untuk seusianya. Dan ya, bener banget. Tulisan itu akan menemukan pembacanya sendiri. Jadi, semangaaat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Setiap cerita anak yang kita tulis, pasti akan ada pembacanya masing-masing.

      Delete
  7. Luar biasa mas Bambang. Sekarang memang tidak banyak penulis cerita anak, apalagi yang konsisten kayak mas Bambang. Beruntung buat anak-anak sekarang yang masih bisa membaca berbagai cerita anak lewat buku dan majalah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, Mas Artha.
      itu, tadi kuncinya, karena suka menulis, akhirnya semua mengalir saja sampai sekarang.

      Delete
  8. woow, udah 15 tahun menulis cerita anak-anak? Kereenn Mas, bukunya udah sebanyak itu pula. Saluuut, Mas.

    setuju tuh Mas, cerita anak pasti akan selalu ada peminatnya, apalagi sekarang sudah makin banyak kok orang tua milenial yang mengenalkan ke anak-anak tentang cerita-cerita yang sesuai usia anak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, Mbak Diah.
      Tapi tetap saya harus belajar terus, agar bisa terus menulis cerita-cerita yang menarik bagi anak-anak.

      Delete
  9. Keponakan ku yang 6 tahun rajin banget beli buku cerita :)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.