} Elenor - Bambang Irwanto Ripto

Elenor


                             
                                             ELENOR


Elenor  tidak suka membaca buku. Ia selalu menolak bila ada kurcaci yang mengajaknya ke perpustakaan atau memberikan sebuah buku. Menurut Elenor, membaca buku itu membosankan dan menghabiskan waktu saja. Lebih baik bermain atau berjalan-jalan ke hutan sambil memetik jamur.

Kemarin sore, Elenor berulangtahun. Ia mengadakan pesta dan mengundang teman-teman. Semua yang datang membawa kado untuk Elenor. Tentu saja Elenor senang sekali.

Esok harinya Elenor bangun pagi-pagi. Ia berniat membuka kado dari teman-teman. Semalam Elenor terlalu lelah dan memilih tidur saja.

Elenor mulai membuka kado satu persatu. Elenor berharap teman-teman memberi hadiah yang menarik untuknya.

“Wah, syal cantik,” pekik Elenor begitu membuka kado dari Trissy.

“Wow…sepatu yang lucu,” sorak Elenor saat membuka kado dari Fetzi.

Elenor terus membuka kadonya. Ia senang karena teman-teman memberinya hadiah yang bagus. Ada bando cantik, gelang  perak dan masih banyak lagi.

Sebenarnya, Elenor  ingin sekali ada teman yang menghadiahkan bros perak bentuk kupu-kupu. Sudah lama Elenor menginginkan bros itu. Elenor pun rajin menabung, karena harganya sangat mahal.

Eh, benda apa  di bawah meja itu? tanya Elenor sendiri. Ia segera mengambil benda dari bawah meja. Ternyata masih ada satu kado untuknya.

Ehm… apa isi kado ini, ya? pikir Elenor sambil menimbang-nimbang kado berbentuk persegi panjang itu.

“Wah… sebuah buku,” pekik Elenor kecewa bercampur geram. “Siapa yang telah memberiku hadiah buku,” Elenor membolak-balik kertas kado, tapi tidak ada pegirimnya.

Elenor kesal. Ia keluar rumah, lalu melempar buku yang terbungkus plastik  itu ke tempat sampah.

“Hai Elenor, apa yang kamu buang itu?” tanya Rizmi tetangga Elenor.

“Kamu lihat saja sendiri,” jawab Elenor tak acuh.


Rizmi lalu melongok tempat sampah dan mengambilnya. “Wow... kenapa kamu membuang buku ini?” tanya Rizmi.

“Kamu kan, tahu, aku tidak suka membaca.”

“Kalau begitu, boleh buku ini untukku saja?” tanya Rizmi penuh harap.

“Tentu saja boleh! Ambillah untukmu,” jawab Elenor.

Rizmi senang sekali. “Terima kasih banyak, Elen!” Rizmi berjingkrak-jingkrak senang menuju rumahnya.

Elenor segera mengambil keranjang rotannya dan bergegas menuju hutan jamur. Tapi Elenor ingin mampir dulu ke rumah Primi, sahabatnya. Primi sedang sakit. Makanya kemarin Primi tidak bisa menghadiri pesta ulang tahunnya.

“Bagaimana kabarmu, Primi? Aku datang untuk menjengukmu!” sapa Elenor.

Primi masih terbaring di tempat tidur. “Sudah lumayan sehat. Maaf ya, aku tidak bisa datang ke pesta ulang tahunmu, Elen!”

“Tidak apa-apa, Imi! Yang penting kamu cepat sembuh,” jawab Elenor.

“Kamu suka dengan kadoku?” tanya Primi.

“Kamu memberiku kado?” tanya Elenor bingung. Seingatnya, ia tidak menerima kado dari Primi.

Primi mengangguk. “Iya, kado itu aku titip pada Razti. Maaf ya, aku sengaja ingin membuat kejutan untukmu.”

“Kejutan apa, Imi? Elenor semakin penasaran.

“Aku memberimu kado buku. Padahal aku tahu kamu tidak suka membaca. Tapi buku itu bukan kado sebenarnya. Di dalam buku itu aku menyelipkan sesuatu. Kamu pasti suka,” cerita Primi.

“Apa itu?” mata Elenor membulat.

“Bros perak kupu-kupu. Sudah lama kamu menginginkannya, kan?” tanya Primi. "Bros itu aku beli dari uang tabunganku berjualan manisan jamur, lho!

Elenor sangat terkejut, lalu terdiam. Ia menyesal karena telah memberikan buku itu pada Rizmi. Ah, seharusnya aku melihat dulu isinya, sesal Elenor.

Elenor menangis. Tapi semuanya sudah terlambat. Ia berjanji, untuk lebih menghargai pemberian kurcaci lain.

Cerita by Bambang Irwanto
Sumber foto Majalah

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Elenor"

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.