} Sup Kacang Merah - Bambang Irwanto Ripto

Sup Kacang Merah



                                                      Sup Kacang Merah

                                                        Oleh Bambang Irwanto

        "Kamu sudah pulang, sayang!” sambut Yosua, begitu melihat Alina melangkah memasuki ruang tamu.

     “Iya,” jawab Alina singkat, dan membiarkan Yosua mengecup keningnya.

     “Sup kacang merah sudah menantimu,” sambung Yosua sambil mengerlingkan mata kanannya pada istrinya itu.

     Alina langsung menghela napas kecewa. Sup kacang merah lagi.. Sup kacang merah lagi. Menu yang dianggap Yosua paling spesial, tetapi menu yang dianggap Alina paling membosankan.

      "Bergegaslah ganti baju, Sayang! Aku sejak tadi menunggumu!”

      Alina hanya menjawab dengan anggukan kecil. Sebenarnya, selera makannya sudah menguap, sejak Yosua mengucapkan sup kacang merah tadi.

       Setiap Yosua libur kerja, Ia selalu saja masak sup kacang merah, sup khas Manado untuk Alina. Awalnya Alina senang-senang saja. Sup yang di Manado dikenal dengan nama Brenebon itu memang baru ia rasakan sejak menikah dengan Yosua 6 bulan yang lalu. Sup penuh rempah dan kuah kaldu dari kaki babi.

      “Jadi nama sup ini adaptasi dari bahasa Belanda, ya?” tanya Alina saat pertama kali menikmati sup kacang merah buatan Yosua.

      Pria berwajah oriental itu mengangguk, sambil terseyum. Kedua mata sipit Yosua yag dinaungi alis tebal tampak hanya segaris. “Iya, kacang merah kan bahasa Belandanya Bruine Boon. Lalu disesuaikan dengan lidah orang Manado. Makanya jadi Brenebon.”

      Enak, gurih, dan segar. Itu yang Alina rasakan setelah semangkuk sup kacang merah di hadapannya tandas. Alina menghapus peluh yang nangkring manis di jidatnya yang mulus.

      Yosua tersenyum. “Kamu harus rutin makan sup kacang merah, karena Kaya dengan vitamin B,” tambah Yosua.

      Alina hanya mengangguk.

      Tapi lama-lama Alina bosan juga.  Karena logikanya, segala sesuatu yang dirasakan berulang-ulang, akan menimbulkan rasa bosan. Alina ingin sekali-sekali menikmati masakan yang lain. Apalagi Yosua itu chef handal di hotel Aloka, hotel bintang 5 di kota Jakarta.

       Kenapa Yosua tidak masak masakan yang lain untukku? guman Alina sambil mengganti baju kerjanya dengan daster longgar motif bunga. Rambutnya yang sebahu dan diwarnai kecokelatan diikat satu ke belakang.

         "Alina... " suara bass Yosua terdengar dari ruang makan di lantai bawah.

       "Iya, sebentar," jawab Alina malas lalu buru-buru turun menemui Yosua.

      Yosua menyambut Alina dengan sebuah  senyuman. Pria berbadan tegap itu berdiri dan mengecup pipi Alina. Saat bibir Yosua menyentuh pipi Alina, ia tahu, Yosua baru saja mencukur kumis dan cambangnya. Yosua lalu menarik salah satu kursi makan.

      "Silakan istriku yang paling cantik!"

      Alina mengembuskan napas sambil menghempaskan tubuhnya di kursi. Selera makannya segera hilang saat Yosua membuka tutup mangkuk keramik dan mulai menyendokkan sup kacang merah itu ke piring.

          “Spesial hanya untukmu dari Chef Yosua!”

          Alina mencoba tersenyum. Walau ia tahu, senyumnya itu terasa hambar.

          “Enak?”

          “E hem..”

                                                              @@@

          Alina sengaja ingin pulang telat. Ini sudah ke lima kalinya ia sengaja pulang telat, setiap rabu, setiap kali Yosua libur kerja. Pekerjaan Yosua sebagai chef hotel, dan Alina sebagai maneger perusahaan kosmetik terkenal, membuat libur mereka berbeda.

         Ponsel Alina bergetar saat ia hendak memasukkan potongan stik daging sapi ke mulutnya.

        Kamu kpn pulang, sayang? Aku sdh menunggumu.

        Aline meletakkan garpu di tangannya di atas piring. Dengan cepat ia membalas pesan Whatsapp dari Yosua.

        Aku msh di kantor. Msh bnyk kerjakan. kamu makan duluan sj.

        Pesan Whatsapp  terkirim dan Alina kembali menikmati makan malamnya.

        Alina memang sengaja tidak pulang sesuai jam kerjanya. Ia sengaja menghindari makan malam bersama Yosua. Alina  bosan bila setiap minggu, setiap hari rabu, harus makan sup kacang merah buatan Yosua.

        "Alina.. apa kabar?"

        Alina refleks menoleh. Wanita berkulit putih itu terlonjak saat melihat siapa yang menyapanya. "Cindy!"

        Cindy teman SMU Alina Mereka lalu berbagi cerita, lalu diakhiri selfie bersama.

                                                       @@@

        Alina melangkah pelan memasuki halaman rumah. Alina melirik arlojinya. Pukul 23.20. Lampu ruang tamu tampak menyala. Mungkin Yosua masih menonton bola, atau mungkin juga Yosua ketiduran di sofa dan membiarkan televisi menyala, gumam Alina sambil memasukkan anak kunci ke lubang pintu.

         Benar dugaan Alina. Begitu ia membuka pintu, tampak Yosua sedang duduk menghadap televisi. Yosua menoleh begitu Alina melangkah mendekatinya.

         “Kirain sudah tidur?” tanya Alina basa-basi.

         “Belum, aku sengaja menunggumu.”

         Kening Alina berkerut. Alina melirik ke meja makan. Ia senang saat melihat meja makan yang sudah bersih. Itu tandanya Yosua tidak menunggunya untuk makan malam. Aku terbebas lagi dari sup kacang merah yang membosankan itu, gumam Alina dalam hati.

         “Maaf baru pulang. Kerjaan kantor sangat banyak. Aku harus lembur."

         Yosua tersenyum.  Kedua bola matanya menatap tajam pada Alina. Yosua melemparkan senyumannya .Tapi Alina merasa aneh. Itu bukan senyum tertampan yang Yosua punya. Senyuman yang membuat Alina jatuh hati pada Yosua saat pertemuan kedua mereka di sebuah Bandara Soekarno- Hatta. Alina akan terbang ke Bandung, sedangkan Yosua akan terbang ke Manado.

         “Bagaimana makan malammu di kafe Sotanita?" tanya Yosua saat Alina melangkah mendekatinya. Alina bermaksud ingin duduk di samping Yosua.

          Alina terlonjak kaget. Langkahnya seketika terrhenti. Mulutnya sampai terbuka.

         "Tidak usah terkejut begitu. Cindy, teman smumu yang update status dan tag kamu."

          Alina merasa mulutnya seakan terkunci. Kartunya sudah terbuka semua, dan Yosua jadi pemenangnya.

         Yosua berdiri dari duduknya, mematikan televisi. "Tidak perlu bohong hanya untuk sebuah makan malam kan? Kalau kamu mau, aku bisa mengajakmu makan malam bersama di luar." kata Yosua sambil mengecup pipi kiri Alina.

         Alina hanya bisa mematung. Hanya terdengar jelas, langkah-langkah kaki Yosua menaiki tangga. Lalu tidak lama terdengar suara pintu sedikit dibanting.

                                                         @@@

         Sudah hampir 4 jam Alina berkutat di dapur. Tapi masakannya belum selesai juga. Kacang merah yang direbusnya masih saja keras.

         Alina sangat merasa bersalah pada Yosua. Suaminya benar, ia tidak perlu berbohong hanya kerena merasa bosan makan sup kacang merah. Toh, Alina bisa bilang langsung.



        Dan 6 minggu sudah berlalu. Yosua tidak pernah memasakkan lagi sup kacang merah untuk Alina. Tidak ada lagi terhidang sup kacang merah, setiap minggu, setiap hari libur, setiap Yosua libur kerja.

       Awalnya Alina senang, namun seperti ada sesuatu yang terus mengoyak batinnya. Bukan karena sup kacang merah, tapi ada perubahan sikap pada diri Yosua.

       "Ya, ampun Alina. Tega sekali kamu melukai hati Yosua," kata Irin saar Alina bercerita padanya.

        Alina hanya menghela napas.

        "Kamu tahu Alina. Seorang suami memasak untuk istri adalah hal yang spesial. Tidak semua suami bisa melakukannya. Kalau mereka mau, bisa saja tidak mahir memasak. Yosua memasak dengan cinta dan untuk orang yang dicintai. Dan kamu dengan mudahnya menolak semua itu.”

       “Iya, aku salah, Rin. Aku tahu Yosua sangat kecewa.

     “Semoga saja, Yosua tidak membuatkan sup kacang merah spesial untuk wanita lain.”

       Jleb. Ucapan Irin langsung menohok dada Alina. Benar kata Irin, Yosua setiap libur khusus menyediakan waktunya membuatkan sup kacang merah untuk Alina. Padahal bisa saja Yosua keluar rumah.

        Makanya Alina ingin menebus kesalahannya. Begitu Yosua berangkat kerja, Alina segera membuang selimutnya, dan bergegas menuju pasar. Alina membeli semua bahan-bahan sup kacang merah. Alina beruntung, karena menemukan catatan resep milik Yosua.

       Kreeek...

       Alina tersadar saat mendengar sepertinya ada yang membuka pintu depan. Tiba-tiba Yosua sudah berdiri di ujung bingkai pintu dapur.

      "Alina? Apa yang kamu lakukan di dapur? Biasanya jam segini kamu masih tidur?”

      Alina merasa malu. Suprais yang ia siapkan untuk Yosua, kini gagal total.

      “Kamu memasak sup kacang merah?”

      Alina tidak perlu menjawab, karena Yosua sudah bisa menebak apa yang Alina sedang lakukan.

       Alina makin gelagapan. “Eh, Kenapa kamu pulang jam segini?”

       “Aku sengaja kerja setengah hari. Aku juga besok cuti. Aku ingin mengajakmu makan malam bersama. Kemarin itu aku memang salah. Kamu memang pasti bosan dimasakkan sup kacang merah terus.”

      Alina malah merasa kikuk.

       “Mungkin sudah saatnya aku cerita padamu. Sebuah rahasia yang selama ini aku simpan.”

    “Sebuah rahasia? Rahasia apa itu?” Alina makin penasaran.

     Yosua tersenyum sambil melepas celemek dari tubuh Alina. Lalu Yosua mengambil beberapa lembar tissue, membersihkan wajah dan kedua tangan Alina.

     “Mari kita duduk, aku akan ceritakan semuanya padamu,” Yosua merengkuh bahu Alina, mengajak duduk di sofa empuk merah marun depan televisi.

     Lalu cerita itu pun mengalir...

     Aku lahir dan hidup di pulau Marore, salah satu pulau paling utara yang berbatasan dengan Filipina. Pulau Marore terletak di kabupaten kepulauan Sangihe, provinsi Sulawesi Utara. Papa hanya seorang nelayan. Kami tinggal di sebuah di pesisir pantai.

      Kehidupanku sejak kecil sangat susah. Apalagi Papa harus bersaing dengan nelayan dari Filipina. Bila Papa tidak melaut, kami harus makan seadanya. Aku maklum dan tidak pernah mengeluh.

     Sampai musibah itu datang. Perahu Papa dihantam ombak saat mencari ikan. Papa meninggal di laut dan jasadnya tidak pernah ditemukan.

     Mama sangat shok. Berhari-hari Mama mengurung diri di kamar. Aku sedih dan merasa sudah kehilangan mama pula. Sampai saudara perempuan Mama datang mengunjungi kami. Tante Jo menawari Mama bekerja di Manado saja.

       Akhirnya kami pergi ke Manado. Karena Mama tak punya keahlian, akhirnya Mama hanya bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga. Mama bilang tak apa, yang penting halal. Mama berjuang agar aku bisa terus sekolah.

     Setiap minggu, setiap rabu di rumah majikan Mama selalu ada sup kacang merah. Aku ingin sekali menikmatinya. Hanya selalu habis. Kalau tersisa, Cuma sedikit sekali, aku tak puas.

      Maka suatu hari, saat sup kacang merah sudah terhidang di meja, aku mengendap-endap mencicipinya. Aku ketahuan. Majikan Mama sangat marah. Mama meminta ampun dan minta tetap bekerja. Syukurlah kami dimaafkan.

      “Mama didik ngana sajak kecil. Walau kita susah, tak boleh mencuri!”
      Sejak saat itu, aku berjanji bila sudah besar, akan selalu membuat sup kacang merah untuk Mama.

      Namun mimpiku belum tercapai. Saat aku mulai kuliah pariwisata, Mama sakit lalu meninggal. Aku berjanji akan selalu membuatkan sup kacang merah untuk orang yang sangat aku cintai.

       “Kamulah orang yang sangat aku cintai Alina. Kamu mau menerima aku apa adanya,” Yosua menggenggam erat tangan Alina. “Aku ingin membuat sup Brenebon dan menikmati bersama orang yang aku cintai.”

       Alina terdiam dan membiar airmatanya mengalir membasahi pipinya. “Maafkan aku Yosua,” Alina menyandarkan kepalanya di dada bidang Yosua.

      “Aku ingin membuat sup Brenebon dan menikmati bersama orang yang aku cintai, dan melihat wajah bahagia di wajahnya saat menikmati sup kacang merah buatanku.”

       Alina merasa semakin bersalah. Permintaan Yosua sangat sederhana dan ia belum mampu mengabulkannya. Setiap menikmati sup kacang merah buatan Yosua, hanya ada ucapan Ehm yang keluar dari bibir Alina. Tidak ada ucapan terima kasih, bersyukur atau kecupan mesra untuk Yosua.

     “Kalau kamu bosan, kenapa kamu membuat sup kacang merah?”

      “Aku ingin menebus kesalahanku, Yo. Dan ternyata memasak kacang merah itu sangat susah. Kacang merahnya sudah aku rebus lama, masih keras saja.”

      Yosua tertawa. “Rahasianya kacang merah direndam semalam. Lalu baru direbus. Jadi cepat empuk. Kalau tidak begitu, gas langsung habis,” canda Yosua.

      “Ajari aku untuk memasak sup kacang merah ya. Biar gantian aku yang memasak sup kacang merah untukmu.”

      “Tentu sayang,” ucap Yosua sambil memberi sebuah kecupan mesra untuk Alina.
   
       

Subscribe to receive free email updates:

44 Responses to "Sup Kacang Merah"

  1. Di bagian awal tidak tahu akan ke mana dan bagaimana, tentang seorang istri yang canggung untuk mengungkapkan perasaannya kepada suami tercinta karena terhitung baru menikah dan tentunya banyu hal yang belum dipahami dari pasangan.
    Do bagian akhir ada klimaks yang tak terduga serta sukses bikin saya terharu.
    Sup kacang merah memang mantap.
    Saya suka gaya bertutur Pak Bambang, mengalir.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekali, Mbak Rohyati.
      Jadi memang pasagan itu harus saling terbuka dan pengertian. Karena kalau diam dan mencari solusi sendiri, malah akan malah ada prasangka.
      Terima kasih, Mbak. Saya harus banyak belajar menulis cerpen lagi.

      Delete
  2. Duh, Alina ... Kayak sama siapa aja. Kalau bosan makan sup kacang merah, tinggal bilang aja, sih. Apalagi kan Yosua seorang Chef. Nggak harus makan di luar. Sedang ingin makan apa, tinggal minta dimasakin aja.

    Kalau jadi Alina nih, ya. Aku bakal minta dimasakin semua yang enak-enak. Kalau perlu, bekal makan siang setiap hari biar dimasakin sama Yosua aja, hahaha ... Dijamin teman-teman sekantor ngiler lihat ada masakan chef bersanding sama menu warteg, huehehehe ...

    Cerpen berikutnya ditunggu, Mas. Ehhh, enak aja main pesen, yak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. seharusnya begitu saja ya, Mbak Melina.
      Tapi mereka tidak saling terbuka, sampai akhirnya terjadi hal yang tidak diinginkan. Tapi syukurlah mereka akhirnya saling memahami hehehe.

      Siap, Mbak. Coming soon cerpen berikutnya hehehe.

      Delete
  3. Wiih, saya membacanya sampai mewek, terikut sama jalan ceritanya. Kerennya cerpen ta'.

    Itulah kalau kita hanya melihat hasil. Sementara ada proses panjang di belakang Sop Brenebon yang begitu menguras tenaga, waktu, dan sejuta cerita yang mengoyak perasaan, hanya demi orang yang dicintai.

    Terima kasih cerpen kerennya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mbak Mugniar. Senang sekali kalau pembaca suka dengan cerpen sederhana ini. Jadi semangat nulis cerpen berikutnya, Mbak hehehe.

      Delete
  4. Kok sup kacang Yosua kelihatan enak banget sih, Mas, aku juga mau diajarin dong bikin sup kacang merah hehehe. Nice story Kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak perlu belajar sama Yosua, Kang Ali. Sama saya juga bisa kok hahaha.
      Suwun, Kang.

      Delete
  5. Nggak nyangka Pak Bambang ternyata bisa juga bikin cerpen. Keren. Banyak bisanya 😊. Tapi ngomong-ngomong masak sup kacang merah itu emang lama hiks. Hiks. Aku jadi inget kalau aku udah lama banget nggak masak menu inj buat suami. Besok-besok masak menu ini ahhh. 😂

    ReplyDelete
  6. Saya awalnya malah dari nulis cerpen remaja, Mbak Yeni. Lalu ke cerita anak, baru ngeblog. Dan memang tipsnya agar kacang merah cepat dimasak, itu direndam semalam dulu, Mbak. Besok resbusnya tidak terlalu lama.

    ReplyDelete
  7. wuah sup kacang merah ya. pengen bikin juga ah. cerita minta disambung tuh mas. klo boleh request berikutnya mau masakan jawa yg khas ya mas. getuk. hehhee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Getuk asele soko telo ya, Mbak hahaha.
      Ayo, coba buat sup kacang merah, Mbak. Pasti ketagihan hehehe.

      Delete
  8. Ceritanya bagus dan mengharukan. Endingnya mengejutkan. Seringnya baca tulisan tentang jalan-jalan tiba-tiba membaca kisah yang mengaduk perasaan. Keren mas...sudah sering kirim naskah cerita ke media ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak Sapti. Saya sengaja posting cerpen biar ada suasana beda. Tapi tetap, awal tahun jalan-jalan lagi hahaha.
      Dan saya awalnya memang penulis cerita, Mbak. Baru kemudian jadi blogger.

      Delete
  9. Hahaha, saya pernah masak sup kacang merah, gas cepat habis dong hahaha.
    Ternyata emang harsu direndam dulu ya, kalau pakai metode 5-30-5 ga mempan kali ya, abisnya bijinya lebih besar dari kacang hijau.
    Btw, cerpennya apik nih, tulis di grup KBM loh, banyak pembacanya di sana :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya,, Mbak Rey. Rendam dulu semalaman biar cepat empuknya. Kalau tidak, dijamin gas habis hahaha.
      Siap, Mbak. Nanti saya cari info soal KBM. Terima kasih infonya.

      Delete
  10. Tadi saya kira endingnya ada kejadian yang menimpa Yosua, kecelakaan misalnya, di saat Alina membuatkannya sup kacang merah. Jadi sup kacang merah buatan Alina itu selamanya tidak akan pernah disantap oleh Yosua karena ia sudah tiada.

    Ternyata tebakan saya salah yaa..hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa endingnya seperti itu, Mbak. Tapi kasihan kodong kalau endingnya sedih. Jadi saya buat happy ending saja hehehe.

      Delete
  11. Ceritanya menarik banget kak aku salfok sama makananannya itu sup kacang merah dimakan pas hujan hujan enak banget deh..jadi laper

    ReplyDelete
    Replies
    1. Enak banget, Mbak Rachma. Apalagi pakai perkedel kentang dan sambal terasi.
      Saya juga suka menyantapnya dengan tempe goreng, Mbak.

      Delete
  12. Cerpen nya banyak mengandung arti nilai kehidupan.
    Bahwa menjadi suami istri itu mesti berkomunikasi dalam hal apapun.
    Seperti Alina, yang sudah beberapa kali sengaja telat pulang kerja karena menghindari sup kacang merah buatan suami, padahal bisa dibicarakan berdua.
    Kalau ia sedikit bosan jika menu yang dihidangkan itu terus.
    Tanpa harus berbohong,ehh ketahuan juga dech

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Elva. Saya berusaha dari cerita saya yang sederhana, ada sesuatu untuk pembaca. Dan benar sekali, Mbak. Saling terbuka dalam hubungan rumah tangga sangat penting, karena berbohong juga, pasti akan ketahuan hehehe.

      Delete
  13. Endingnya manis sekali hehe.
    Tumben2 nih Pak bambang posting cerpen di blog, cerepnnya jg bukan cerpen anak nih hehe. Ini cocok dibaca sama manten baru, eh manten tuwa kyk saya juga cucok sih :D
    Btw saya juga beruntung pak, suamiu lbh pinter masak dan lbh betah di dapur drpd saya wkwkwkk :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe.. sengaja mbak April. Biar para pemirsah senang ada variasi di blog saya hahaha. Dan saya memang belajar terus menulis cerita dewasa, Mbak.

      Delete
  14. Sup kacang merah yang penuh dengan selaksa cerita. Sederhana ya mas cerita, judul dan tokohnya tapi pembaca diajak terlibat. Satu sisi kesal dengan Alina yang berbohong, satu sisi kesel juga sama Yoshua yang enggak ngerti orang bakal bosan kalau makan sup kacang merah mulu....

    Mantap...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mas Erfano. Ini ceritanya sederhana saja, tapi intinya harus saling pengertian satu sama lain.

      Delete
  15. Ceritanya bagus mas. Sup kacang merah yang dimasak penuh cinta untuk orang yang dicintai. Intinya tiap pasangan harus saling jujur dan komunikasi. Kalau nggak bisa melukai salah satunya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekali, Mbak. Dan saya ingin menyajikan pesan itu lewat sup kacang merah hehehe.

      Delete
  16. Ceritanya bagus mas. Sup kacang merah yang dimasak penuh cinta untuk orang yang dicintai. Intinya tiap pasangan harus saling jujur dan komunikasi. Kalau nggak bisa melukai salah satunya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mbak. Harus banyak belajar menulis cerpen dewasa lagi hehehe.
      Iya, Mbak. Saling terbuka kalau ada masalah, maka segalanya bisa teratasi.

      Delete
  17. AKu kok jadi terharu banget, ya, ketika Joshua cerita tentang kenapa ia masak sup kacang merah. Bukan hanya demi istri tapi juga kenangan akan Mama.

    Btw,
    Aku juga pernah masak kacang merah krn dapat resep dari tabloid langganan, mungkin sewindu lalu, dan setelah direbus hampir 4 jam masih kurang empuk.
    Ternyata harus direndam semalaman. Wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak Susi. Jadi memang tipsnya seperti itu. Kalau langsung direbus, dijamin lama dan menghabiskan gas hahaha.

      Delete
  18. sup kacang merah. Kok baru tau ya saya. Wah kemana aja ya selama ini. Kalo udah penasaran ini cari2 info lagi biar sedikit enggak penasaran lagi. haha. Ditunggu cerita selanjutnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo, buat sup kaang merah, Mas Suga, dan sajikan untuk yayangnya hehehe.

      Delete
  19. Baca cerpennya mas bambang sop kacang merah jadi nget saya sama makanan ibu, ibu suka bikin tuh sop kacang merah. Dan aku pun coba memasak untuk suami tapi sayang suami kurang suka 😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sup kacang merah memang makanan favorit keluarga saya, Mbak Idah. Makanya langsung diserbu. Dan saya itu di sini dapatnya sudah dan jauh. Makanya saya sekali beli itu kadang langsung banyak. 10-15 bungkus, karena dibungkusnya kecil-kecil.

      Delete
  20. Suka gedek sama istri yang kek gini nih...apa susahnya bilang terima kasih terus kalo bosen ya bilang, nape malah boong ye Maemunah?
    Saya pikir tadi sup kacang merah ala-ala Sunda, yang bumbunya agak asam gitu..saya langsung googling nyari resep Brenebon hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe.. mungkin karena faktor karakter, Mbak Nuniek.
      Oh, ternyata ada juga sup kacang merah ala sunda ya, Mbak. Saya malah baru tau ini. Bisa nih, dicoba resepnya hehehe.

      Delete
  21. netes loh aku bacanya. cerita seperti ini tentang orang yang saling menyayangi tapi timbul kesalah pahaman, tapi keduanya menurunkan egonya dan saling mengerti:') cerita yang bagus dan menginspirasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mbak Putri.
      Iya, Mbak. Intinya saling mengerti dan memahami ya, Mbak.

      Delete
  22. Romantis banget ya sosok Suami Alina dengan cintanya ia selalu memasak sup kacang merah, ceritanya ngena banget nih mas, bisa2 aku berkhayal nih nanti malam, andai suami ku juga bisa masakin yang special buat istrinya.. hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa, Mbak Maliha. Apalagi dimasakin masakan yang Mbak Maliha sukai, ya. Makin sayaaaangg pada si Mamas hahaha.

      Delete
  23. Saya galfok sama foto masakannya mas, saya belum pernah nyobain soalnya. Ceritanya juga bagus ya, nice

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nanti dicoba sup kacang merahnya, Mas Rori. enak dan segar...

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.