} Menulis Itu Gampang. Lalu yang Susah Apanya, ya? - Bambang Irwanto Ripto

Menulis Itu Gampang. Lalu yang Susah Apanya, ya?


Menulis Itu Gampang. Lalu yang Susah Apanya, ya? -  Ada yang bilang menulis itu gampang. Cuma duduk sebentar depan laptop, maka tulisan yang diinginkan selesai. Dan memang banyak orang yang seperti itu. Saking mudahnya menulis, maka menulisnya cepat selesai, dan banyak juga tulisan yang dihasilkan. Akhirnya, semakin banyak tulisan yang bisa dikirim, dipublikasikan dan mendapat uang.



Lalu yang membuat menulis susah itu di bagian mananya, ya?
Saya coba telurusi ya, sesuai pengalaman menulis saya yang masih seuprit. Dam ternyata penyebab dasarnya ada 3. Kalau 3 ini bisa dilewati, Insya Allah proses menulis jadi gampang.

Susah Diprosesnya
Menulis itu gampang. Ya, kalau sudah biasa menulis, maka akan cepat, mudah, dan menyenangkan. Dapat ide, dikembangkan, ditulis selesai. Nah, semua itu butuh proses menulis yang panjang.

Kesimpulannya adalah yang susah prosesnya. Untuk menulis cepat, mudah, dan menyenangkan itu prosesnya sangat lama. Tidak sekarang ingin menulis, besok langsung bisa. Tidak bisa cara instan. Malah makanan instan saja perlu proses memasak atau membuat dulu.

Nah, proses menulis yang panjang ini, yang banyak orang tidak mampu melewatinya. Padahal proses menulis itu step by step (uuuuh... beibe hehehe). Tidak ada dari anak tangga pertama, langsung sampai ke atas.

Faktor Penyebab Kegagalan Diproses
Ada  faktor yang menyebabkan seseorang gagal dalam proses menulisnya. Padahal di sinilah kuncinya. Nah apa saja itu.

Pertama, tidak sabar menikmati proses. Maunya baru belajar menulis sudah ingin tulisannya dimuat di media atau diterbitkan dalam bentuk buku. Memeangnya menulis itu sim salabim atau abrakadabra hehehe.

Tidak sabar inilah yang sangat rawan. Makanya sering sekali akan cepat tergoda ikutan audisi berbayar yang nanti iming-imingnya tulisannya diterbitkan dalam buku. Padahal hanya antologi dan kemasanny seadanya.

Bahkan paling parah, tergoda untuk plagiat tulisan orang. Padahal plagiat adalah "haram hukumnya" dalam dunia menulis. Sekali melakukan, sama saja menjerumuskan diri sendiri ke lubang paling dalam.

Jadi cara terbaik adalah mau tidak mau harus menikmati setiap proses menulis yang panjang dengan senang hati, dan biarkan semua indah pada waktunya. Apalagi di setiap proses menulis, selalua da pelajaran yang keren dalam dunia menulis/

Yang kedua yang menghambat proses menulis karena terlalu mengikuti rasa malas. Sudah dapat ide, tapi kok nulisnya malas. Besok saja ah... nanti saja ah... padahal baru diproses dari dapat ide sampai ditulis. Belum lanjut ke proses-proses lainnya.

Ini belum lanjut proses selesai ditulis, harus diedit lagi, dibaca lagi, self editing lagi. Kalau proses di sini sudah sering terhambat, maka progres menulis dijamin jalan di tempat. Sejatinya, proses menulis harus terus berlanjut, bahkan menyesusaikan dengan perkembangan waktu.

Padahal, dunia menulis itu, progresnya sangat cepat. Lengah sedikit saja, maka langsung akan terlibas dengan lainnya. Termasuk ide-ide segar dan menarik yang awalny duluan didapat, karena telat dieksekusi, akhirnya dieksekusi teman lain. Tinggal gigit jari atau nangis di bawah pohon tauge. Duh.. itu kan dulu sama dengan ideku.
Makanya menjaga semangat menulis itu wajib. Dan semangat menulis itu 99 % dari diri sendiri. 1 % dari luar. Apalagi zaman now belajar menulis, termasuk membangun semangat menulis lebih mudah.  Misalnya banyaknya grup-grup menulis di media sosial.

Faktor ketiga yang sering menghambat adalah sejak awal masuk dunia menulis karena ikut-ikutan. Melihat teman lain karyanya dimuat di media, kepengin. Teman ada karyanya diterbitkan kepengin juga. Tapi tidak disertai dengan poin pertama dan kedua di atas.

Makanya hasilnya ya begitu-begitu saja. Gagal menulis 1 tulisan tidak apa-apa, kan coba-coba. Akhirnya akan segera balik badan dan tidak akan menulis lagi.

Padahal, ingin punya tulisan yang dimuat atau dibukukan seperti teman lain itu sudah awal yang bagus. Asalkan disertai poin 1 dan 2. Malah akan sangat maksimal, karena terus semangat menulis, sampai akhirnya tulisannya dimuat atau diterbitkan.

Nah itu dia ulasan singkat mengenai menulis itu gampang. Lalu yang susah di mana? Ini saya tulis sesuai pengalaman menulis saya yang masih seuprit ya. Semoga bisa bermanfaat, dan membuat teman-teman semakin semangat menulis.

Salam semangat menulis.

Bambang Irwanto

Subscribe to receive free email updates:

29 Responses to "Menulis Itu Gampang. Lalu yang Susah Apanya, ya?"

  1. Replies
    1. Alhamdulillah, Mbak Tanti.
      Ayo, terus semangat menulis, Mbak.

      Delete
  2. Qiqiqiq, benerrr banget Kak!
    Yuk yuk semangaaatt menulis dan menebarkan virus cinta nulis dan baca yeayy!
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    ReplyDelete
  3. Yang susah di bagian malas, ya Allah tutup muka, nanti nanti akhirnya deadline lewat, gagal, padahal ide sudah adaa,
    Kira-kira obat malas ada gak ya mas xixixi

    ReplyDelete
  4. Obat malas ya harus dilawan dengan semangat menulis, Mbak.
    Jadi kalau terus semangat menulis... maka bye..bye malas hahaha.

    ReplyDelete
  5. Tidak sabar menikmati proses, bener banget.
    Beberapa teman blogger japri kok dah ngeblog belum ada hasilnya. Wah, padahal kalau dinikmati prosesnya enggak akan terasa bakal tuai hasilnya. Terus berproses, belajar dari kesalahan dan meningkatkan kualitas diri agar bisa menulis lebih baik lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, betul sekali, Mbak Dian.
      Saya juga itu, jujur saja awalnya ngeblog karena lihat teman-teman yang berhasil. Jadi pengin merasakan juga. Lalu saya segera sadar diri, dan akhirnya ngeblog dibawa enjoy. Alhamdulillah sudah menikmati manisnya ngeblog, Mbak hehehe.

      Delete
  6. Yang ke dua saya masih mengalaminya hehehe. Sehingga nulispun kadang masing mepet2 dead line. Tapi sekalinya mood bagus bisa nulis cepat dan mengalirr..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang banyak teman juga yang mengalami hal itu, Mas. Tapi untuk Mas Andik ini, nulis karena memang belum dapat ide. Tapi yang maksud di atas, sudha dapat ide, masih saja menunda menulis hehehe.

      Delete
  7. Rasa malas memang harus dihilangkan biar menulis tidak terhambat, sama jangan pegang hape terus biar fokusnya gak terpecahkan hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekali, Mbak.
      Segera singkirkan rasa malas. Kelar tulisan satu, bisa lanjut tulisan lainnya.

      Delete
  8. Rasa malas ini kadang susah banget di hilangkan. Sering kejadian udh dapet ide mau buka laptop tp tanggung Lg ngerjain kerjaan yg lain. Nulis di notebook dlu akhirnya tentang poin nya . Giliran sudah semangaaat ngerjain nya buka laptop setengah jam mau mulai kata pertama aja susah nya minta ampun kalau otak lagi mentok.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya biasa ngedraf dulu di hape, Mbak. Nanti setelah poin-poinnya saya tulis, tinggal dikembangkan saat buka laptop. Jadi tidak terlalu lama duduk tampan rupawan depan laptop, Mbak hehehe.

      Terus semangat menulis, Mbak Yulia.

      Delete
  9. Saya banget ini yg bagian hambatan menulisnya, Mas. Suka menunda. Makanya buku soloku terbengkalai. Ada 2 judul, blm jadi². Akhirnya antologi lg yg terbit, wkwk. Menulis mmg butuh konsistensi tinggi. Sampai sakit akutu 2 minggu kemaren gak bs nulis deh jadinya, hohoho

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo, Mbak Mia. Segera lanjutkan. Jangan ditunda terus. Soalnya kalau sudah mulai menulis, dan terus, maka akan susah berhentinya.

      Delete
  10. Kalo saya yang susah itu kata2 awalnya, karena susah dapet jadi males. Begitu seterusnya. Akhirnya nggak jadi2 nulis, hehe.. Makanya aku kadang suka Cari inspirasi, salah satu nya dengan blogwalking kayak gini nih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau masih draf, tidak apa, Mbak. Tulis saja apa yang ada di kepala. Nanti setelah jadi, ada waktunya self editing. Nah, saat itu biasa akan disesuaikan lagi jadi kalimat-kalimat yang menarik.

      Delete
  11. saya itu kesulitan menulis dengan gaya kekinian. Bahasa diartikel saya kok udah tuaaa banget yak wkkk faktor umur kali ye

    ReplyDelete
    Replies
    1. Soal usia tidak masalah, Mbak Dona. Mbak Dona bisa banyak-banyak membaca artikel kekinian. Karena kadang ada permintaan tulisan disesuaikan. Jadi kita harus fleksibel mengikuti. Tapi tetap tidak menghilangkan gaya menulis kita yang asli.

      Delete
  12. Setuju mas, menulis itu gampang sebenarnya. Aku punya cerita, murid di club sastraku awal ikutan susah banget buat nulisnya. Satu cerita bisa berbulan-bulan. Setiap pertemuan cuma nambah satu paragraf. Di situ saya merasa sedih.

    Tapi karena kegigihannya, sekarang sekali duduk dia bisa menyelesaikan setengah ceritanya dengan mudah. Satu cerita bisa selesai dalam waktu beberapa hari. Salut akuh. Banyak muridku yang begitu. Ada juga yang terpental karena ikut ikutan temannya ha..ha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang, Mas Erfano. Itulah proses menulis, dan saya pun mengalaminya.
      Jadi dulu itu satu cerita bisa 2 minggu. Seiring proses menulis, saya sekali duduk, bisa kelar satu cerita dengan waktu 30 menit. Hahaha... gaya benar saya ini.

      Delete
  13. ya memang begitu, keteguhan hati dan niat yang membuat para penulis bisa bertahan. termasuk mungkin pak Bams :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar, Mas Ilham. Dengan terus menulis, maka proses menulis jadi lebih mudah, cepat, dan menyenangkan.
      Karenna terus menulis, akhirnya cinta dan candu pada menulis. Akhirnya tak bisa berhenti menulis hehehe. Semangat, Mas.

      Delete
  14. yang susah itu memulainya wkwkwk..

    Dua mingguan kemarin habis sakit, benar benar harus bedrest. Begitu mulai buat postingan baru lagi, duh kok susah bener ya? Pas satu postingan jadi, terus dibaca lagi, malah gak puas sama tulisan sendiri. Hmm..apa efek lama gak nulis?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini kuncinya harus memulai kembali. Jadi mulai dengan mambaca artikel lagi atau tulisan-tulisan. Selanjutnya mulai menulis. tidak apa pelan-pelan dulu. Tapi tetap memperhatikan kondisi kesehatan juga. Soalnya baru pulih dari sakit. Jangan sampai dipaksakan menulis, jadi sakit lagi.

      Delete
  15. Aku setuju banget jika menulis itu mudah. Yang susah ya di proses. Banyak yang menggebu2 semangtnya saat memulai. Eh, giliran proses, aduduh capek.aku kayak gini nih pak. Hahaha... Tip dong

    ReplyDelete
  16. Benar, Mbak Malica. Proses itulah yang menentukan, seseorang berhasil atau tidak dalam menulis. Terus semangat menulis, Mbak Malica.

    ReplyDelete
  17. Saya sendiri baru bisa istiqomah menulis akhir-akhir ini saja. ternyata memang menulis itu butuh konsentrasi yang tinggi. kadang kalau ada ide muncul lalu gak sempat menulis biasanya saya rekam suara saya di handphone, nanti ketika ada waktu untuk di depan laptop baru deh rekaman saya putar ulang dan saya tulis.

    sekarang juga ada fasilitas voice to text, jadi kita tinggal ngomong aja nanti otomatis tulisan akan terketik sendiri di handphone. sangat menghemat waktu.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.