} Awas, Nafsu! - Bambang Irwanto Ripto

Awas, Nafsu!




Awas, Nafsu! - Waktu itu, ceritanya sehabis jumatan, saya tidak langsung pulang ke rumah. Kebetulan ada beberapa kebutuhan yang mau dibeli, termasuk  mau mengisi deposit pulsa. Setelah itu, saya iseng ke penjual ikan basa langganan saya. Eh ternyata masih jualan, dan ada ikan bandeng yang masih baru. Saya pun membelinya sekilo.

Di sini, ikan bandeng yang ukurannya besar dan masih baru sangat jarang. Bahkan yang difresto dan dijual di pasar juga kecil. Beda dengan di Makassar atau di Jakarta. Nah, karena sudah lama tidak makan ikan bandeng bakar, maka hari ini ikan bandengnya dibakar, dengan sambal kacang kemiri. Mantaap.... hahaha.

Ikan yang di Makassar disebut ikan Bolu ini, memang mantap sekali. Saat selesai masak, air liur saya langsung netes. Apalagi makannya pakai nasi hangat. Rasanya tidak mau berhenti. Tidak sadar, jadi nambah dua piring hahaha.

Nafsu??? Iya, memang. Makanya setelah makan, kok kekenyangan, ya? hahaha. Jadi sedikit tidak enak gerak, dan ngantuk. Mau lanjut nulis juga malas. Maunya molor hahaha. 

Padahal dalam aturannya, perut itu harus dibagi 3 bagian. Sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air, dan sepertiga untuk udara. Jadi kalau kali ini perut saya kebanyakan makanannya, maka akan terpengaruh pada 2 bagian lainnya hehehe. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nafsu itu berarti :
-  Keinginan (kecenderungan, dorongan) hati yang kuat
- Dorongan hati yang kuat untuk berbuat baik
- Selera, gairah atau keinginan
- Panas hati, marah meradang

Kalau dilihat dari artinya, nafsu itu memang harus dimiliki oleh setiap orang, ya. Karena nafsu, kita mempunyai keinginan  atau sesuatu. Tapi memang nafsu itu perlu diolah, kadarnya perlu disesuai agar hasilnya menjadi baik pada diri kita.

Misalnya nafsu untuk membahagiakan orang-orang tercinta, seperti orang tua, saudara, anak, istri dan sebagainya. Maka nafsu itu bisa dijadikan semangat untuk bekerja  dan menghasilkan uang. Nantinya uang itu dipakai untuk membahagiakan keluarga.

Tapi bicara soal nafsu, memang kalau berlebihan tidak bagus. Contohnya saya yang nafsu menyantap ikan bandeng bakar bumbu kacang tadi hahaha. Harusnya pekerjaan yang sudah selesai, jadi terhambat sedikit hehehe.

Misalnya lagi saat lihat barang-barang bagus dan bermerek dari sale besar. Nafsu langsung membeli semua barang-barang itu. Padahal setelah dipikir-pikir, ternyata belum terlalu digunakan atau dibutuhkan. Sepatu dan tas kemarin beli saja belum dipakai, dan sekarang nambah lagi hehehe.

Bahkan ada yang sangat nafsu, hingga melakukan hal-hal yang tidak biasa. Misalnya saya pernah membaca. Ada cewek mau langsing. Caranya dengan memasukan cacing pita ke dalam perutnya. Jadi Cacing pita itu memakan sari-sari makanan dalam tubuh cewek itu.

Atau ada yang nafsu ingin cantik seperti boneka Barbie, maka dia mengoperasi wajah dan tubuhnya mirip boneka Barbie. Padahal sesuatu yang tidak alami itu, akan ada dan besar resikonya.

Di dunia menulis juga begitu. Nafsu menulis bagus, karena akan jadi semangat menulis. Hanya terlalu nafsu menulis, menurut saya tidak kurang bagus. Misalnya saya pernah coba ikutan nulis 10 artikel setiap hari dengan bayaran 10 ribu. Secara hitung-hitungan, memang menggiurkan. Sehari 10 artikel berarti 100 ribu. Kalau sebulan dapat 3 juta. Wih.. bisa jatah makan bakso 3 bulan tuh hahaha.

Tapi saya gagal. Saya terlalu nafsu waktu itu. Hanya tergiur hasilnya, tapi tidak melihat kemampuan diri dulu. Akhirnya saya gagal di tengah jalan, dan sempat beberapa hari berselimut dan berkaos kaki tampan manjah di atas tempat tidur hahaha.

Nah, sebentar lagi masuk puasa, nih. Sejak kecil juga sudah diajarkan, kalau puasa itu mengendalikan semua hawa nafsu. Kalau tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, berarti puasanya bisa batal.

Saat puasa, banyak orang berhasil mengendalikan hawa nafsunya. Soalnya menurut saya, karena adanya kewajiban dari puasa itu tadi. Mau marah, jangan ah, kan lagi puasa. Mau jahilin orang, jangan, kan lagi puasa. Mau ini itu.. jangan, kan lagi puasa.

Lalu bagaimana setelah puasa? Sebaiknya tetap harus sama. Jadi walau tidak ada puasa lagi yang mengikat kita, tetap kita harus mengendalikan hawa nafsu. Seperti kata Tante Vety Vera. Terlalu besar jangan... Terlalu kecil jangan... Yang sedang-sedang saja nafsunya hahaha.

Jadi kesimpulannya, nafsu harus kita yang kendalikan, bukan kita yang dikendalikan nafsu. Jangan sampai kayak saya, karena nafsu lihat ikan bandeng bakar sambal kacang, jadinya kekenyangan hahaha.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Awas, Nafsu!"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.